Mohon tunggu...
Yeni Endah
Yeni Endah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Seorang pejuang kelainan langka Friedreich's Ataxia yang memiliki hobi menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Serunya Kenangan Perjalanan Semarang-Solo-Yogyakarta Menggunakan KAI Commuter Bagi Difabel

1 September 2023   03:51 Diperbarui: 1 September 2023   04:01 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menunggu kedatangan kereta api sambil ngobrol bareng teman (Foto : Dok. Yeni Endah)

Sejak menjadi difabel saat usia 19 tahun karena kelainan Friedreich's Ataxia dan harus menggunakan kursi roda sebagai alat bantu mobilitas. Saya banyak menemui tantangan, hambatan dan kesulitan. Salah satunya adalah menggunakan sarana transportasi termasuk Kereta Api. Namun, apa yang ada di benakmu saat mengetahui jika seorang difabel akan melakukan perjalanan wisata Semarang-Solo-Yogyakarta menggunakan Kereta Api? Nggak tanggung-tanggung lho yang berwisata nggak hanya satu orang difabel tapi 86 orang plus pendamping. Ribet, repot, nggak akses, impossible? Karena anggapan itulah diadakan wisata advokasi.

Perjalanan Menggunakan Kereta Api Dimulai

Tentu kamu bisa membayangkan, kehebohan apa yang saya alami ketika akan naik Kereta Api bukan? Yups, saya sendiri excited banget waktu tahu kabar akan diadakan wisata advokasi. Ya maklum saja naik Kereta Api adalah pengalaman pertama saya setelah menjadi difabel.

H -1 sebelum wisata advokasi dimulai, saya sudah menyiapkan barang-barang apa yang akan saya bawa. Yang membuat saya tambah senang adalah saya pergi bersama Ibu. Saya berangkat dari rumah jam 07.00 WIB dengan menggunakan taksi online menuju stasiun Poncol. Saat berada di taksi online  menuju Stasiun Poncol, supir taksi online bertanya pada kami akan pergi ke mana dan menggunakan Kereta Api jenis apa? Saya pun dengan senang hati menceritakan tentang wisata advokasi yang akan saya lakukan bersama teman-teman Komunitas Sahabat Difabel. Selesai saya bercerita, dari raut wajah supir taksi online tampak perasaan heran dan bertanya-tanya.

"Apa iya difabel bisa berwisata menggunakan kereta api?" Tebak saya saat melihat ekspresi wajah supir taksi online.

Difabel pengguna kursi roda harus digendong untuk naik ke gerbong kereta (Foto : Dok. Yeni Endah)
Difabel pengguna kursi roda harus digendong untuk naik ke gerbong kereta (Foto : Dok. Yeni Endah)

Sesampai di Stasiun Poncol sudah ada beberapa teman yang datang. Pukul 08.30 WIB, kami sudah antri untuk naik gerbong. Dan untuk naik ke gerbong butuh perjuangan lho. Bukan hidup jika tanpa perjuangan, karena peron yang ada tidak sama tinggi dengan kereta api. Jadi saya diangkat dengan kursi roda menuju gerbong. Bahkan beberapa teman difabel ada yang merangkak. Can you imagine it? So sad but this really happened. Tapi meski begitu, para relawan juga polisi khusus kereta api (Polsuska) sigap membantu saya dan teman-teman difabel lainnya.

Setelah perjuangan naik Kereta Api, saya memilih tempat duduk yang nyaman. Di dekat jendela. Selama perjalanan dari Semarang menuju Solo menggunakan Kereta Api Kalijaga saya dimanjakan pemandangan yang luar biasa indah. Dari mulai sawah yang terbentang luas, pepohonan jati dan air sungai yang mengalir. Yang jarang sekali saya temui jika bepergian.

Tiba di Stasiun Solo Balapan

Foto bersama kepala Kereta Api dan staff di Stasiun Solo Balapan (Foto : Dok.Yeni Endah)
Foto bersama kepala Kereta Api dan staff di Stasiun Solo Balapan (Foto : Dok.Yeni Endah)

Pukul 11. 44 WIB, saya sampai di Stasiun Solo Balapan disambut antusias oleh teman-teman difabel yang tinggal di Solo. Selain itu, di Stasiun Solo Balapan, saya juga berkesempatan untuk bertemu dan beranjangsana dengan kepala Kereta Api dan staff. Sungguh, pengalaman yang tidak bisa dirasakan oleh semua penumpang Kereta Api bukan? 

Perjalanan Menuju Yogyakarta

Berbagi pengalaman dengan teman-teman difabel Yogyakarta di Stasiun Tugu (Foto : Dok. Yeni Endah)
Berbagi pengalaman dengan teman-teman difabel Yogyakarta di Stasiun Tugu (Foto : Dok. Yeni Endah)

Selesai anjangsana, makan siang juga beristirahat sebentar, perjalanan pun dilanjutkan menuju Yogyakarta pada pukul 14.00 WIB menggunakan Kereta Api Prameks. Hal seru yang saya rasakan saat naik Kereta Api Prameks ini adalah selain kursi roda dan saya diangkat (lagi) adalah saat memilih tempat duduk. Saat naik, hampir semua kursi terduduki. Beruntung karena saya istimewa, karena sudah bawa kursi sendiri alias kursi roda sendiri, maka yang cari tempat duduk hanya ibu saya dan duduk kamipun terpisah. Tak hanya itu saja, penumpang juga padat memenuhi gerbong. Ada yang berdiri sampai duduk di bawah. Sekitar pukul 15.30 WIB, saya sampai di Stasiun Tugu Yogyakarta disambut gerimis tapi suasana begitu hangat karena disambut oleh teman-teman difabel dari Yogyakarta yang menyempatkan waktu untuk bertemu dan sharing pengalaman bersama. 

Suasana di dalam Kereta Api Prameks (Foto : Dok. Yeni Endah)
Suasana di dalam Kereta Api Prameks (Foto : Dok. Yeni Endah)

KAI Commuter Terus Berbenah

Saat saya melakukan perjalanan Semarang-Solo-Yogyakarta menggunakan KAI Commuter, pada tahun 2018 memang belum akses dan ramah untuk difabel. Namun berkat kesigapan dan sensibilitas dari petugas kereta api, relawan dan juga pendamping saya merasa aman dan nyaman menggunakan layanan kereta api. Saya berikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada petugas kereta api yang telah membantu teman-teman difabel mulai dari menggendong, memapah dan menggandeng. Karena tidak hanya aksesibilitas saja yang diperlukan oleh difabel ketika menggunakan kereta api tapi juga sensibilitas dari orang-orang sekitar.

Salah satu fasilitas untuk difabel yaitu parkir khusus untuk difabel di Stasiun Tawang (Foto : Dok. Ibu Noviana Dibyantari)
Salah satu fasilitas untuk difabel yaitu parkir khusus untuk difabel di Stasiun Tawang (Foto : Dok. Ibu Noviana Dibyantari)

Petugas Kereta Api membantu mendorong kursi roda (Foto : Dok. Yeni Endah)
Petugas Kereta Api membantu mendorong kursi roda (Foto : Dok. Yeni Endah)

Seiring berjalannya waktu KAI Commuter terus berkomitmen meningkatkan pelayanan kepada seluruh penggunanya termasuk difabel. Saat ini stasiun-stasiun yang baru dibangun maupun selesai direvitalisasi sudah dilengkapi dengan fasilitas ramah difabel seperti eskalator, lift, guiding block, dan toilet khusus difabel.

Difabel juga mempunyai hak untuk menggunakan sarana transportasi publik yaitu kereta api. Saya berharap KAI Commuter terus berupaya untuk melengkapi fasilitas yang ramah dan aksesibel untuk difabel. Sehingga tidak ada lagi difabel pengguna kursi roda yang harus digendong oleh polsuska untuk bisa masuk ke gerbong tujuan, yang terkadang tangganya terlalu tinggi dan pintu masuk ke gerbong yang terlalu sempit sehingga tidak sesuai dengan ukuran kursi roda yang terlalu besar sehingga seringkali menjadi kesulitan tersendiri. Menyediakan kursi roda yang ukurannya disesuaikan dengan lebar atau luas jalan di gerbong tujuan yang harus dilewati sehingga jika kursi roda yang dibawa dari rumah terlalu besar, difabel bisa berpindah menggunakan fasilitas kursi roda milik KAI Commuter seperti fasilitas milik maskapai penerbangan. Meningkatkan soft skills kepada petugas kereta api agar bisa berinteraksi secara baik dan benar dengan berbagai jenis ragam disabilitas yang ada.

Meski sarana transportasi belum akses bukanlah sebuah hambatan. Jika mau pasti bisa. Maka ketika difabel menggunakan layanan kereta api, sekaligus membuka mata masyarakat bahwa difabel itu ada. Jika tidak begitu, maka difabel hanya bisa berdiam diri di rumah dan tidak pergi kemana-mana.

Terima kasih KAI Commuter yang terus berbenah dan berupaya memberikan pelayanan yang ramah dan aksesibel bagi pengguna dengan disabilitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun