Sejak menjadi difabel saat usia 19 tahun karena kelainan Friedreich's Ataxia dan harus menggunakan kursi roda sebagai alat bantu mobilitas. Saya banyak menemui tantangan, hambatan dan kesulitan. Salah satunya adalah menggunakan sarana transportasi termasuk Kereta Api. Namun, apa yang ada di benakmu saat mengetahui jika seorang difabel akan melakukan perjalanan wisata Semarang-Solo-Yogyakarta menggunakan Kereta Api? Nggak tanggung-tanggung lho yang berwisata nggak hanya satu orang difabel tapi 86 orang plus pendamping. Ribet, repot, nggak akses, impossible? Karena anggapan itulah diadakan wisata advokasi.
Perjalanan Menggunakan Kereta Api Dimulai
Tentu kamu bisa membayangkan, kehebohan apa yang saya alami ketika akan naik Kereta Api bukan? Yups, saya sendiri excited banget waktu tahu kabar akan diadakan wisata advokasi. Ya maklum saja naik Kereta Api adalah pengalaman pertama saya setelah menjadi difabel.
H -1 sebelum wisata advokasi dimulai, saya sudah menyiapkan barang-barang apa yang akan saya bawa. Yang membuat saya tambah senang adalah saya pergi bersama Ibu. Saya berangkat dari rumah jam 07.00 WIB dengan menggunakan taksi online menuju stasiun Poncol. Saat berada di taksi online menuju Stasiun Poncol, supir taksi online bertanya pada kami akan pergi ke mana dan menggunakan Kereta Api jenis apa? Saya pun dengan senang hati menceritakan tentang wisata advokasi yang akan saya lakukan bersama teman-teman Komunitas Sahabat Difabel. Selesai saya bercerita, dari raut wajah supir taksi online tampak perasaan heran dan bertanya-tanya.
"Apa iya difabel bisa berwisata menggunakan kereta api?" Tebak saya saat melihat ekspresi wajah supir taksi online.
Sesampai di Stasiun Poncol sudah ada beberapa teman yang datang. Pukul 08.30 WIB, kami sudah antri untuk naik gerbong. Dan untuk naik ke gerbong butuh perjuangan lho. Bukan hidup jika tanpa perjuangan, karena peron yang ada tidak sama tinggi dengan kereta api. Jadi saya diangkat dengan kursi roda menuju gerbong. Bahkan beberapa teman difabel ada yang merangkak. Can you imagine it? So sad but this really happened. Tapi meski begitu, para relawan juga polisi khusus kereta api (Polsuska) sigap membantu saya dan teman-teman difabel lainnya.
Setelah perjuangan naik Kereta Api, saya memilih tempat duduk yang nyaman. Di dekat jendela. Selama perjalanan dari Semarang menuju Solo menggunakan Kereta Api Kalijaga saya dimanjakan pemandangan yang luar biasa indah. Dari mulai sawah yang terbentang luas, pepohonan jati dan air sungai yang mengalir. Yang jarang sekali saya temui jika bepergian.
Tiba di Stasiun Solo Balapan
Pukul 11. 44 WIB, saya sampai di Stasiun Solo Balapan disambut antusias oleh teman-teman difabel yang tinggal di Solo. Selain itu, di Stasiun Solo Balapan, saya juga berkesempatan untuk bertemu dan beranjangsana dengan kepala Kereta Api dan staff. Sungguh, pengalaman yang tidak bisa dirasakan oleh semua penumpang Kereta Api bukan?Â