Mohon tunggu...
yeni djokdja
yeni djokdja Mohon Tunggu... karyawan swasta -

free on my mind

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengasuh Anak Modal Naluri

4 Juni 2018   11:42 Diperbarui: 4 Juni 2018   11:50 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jangan khawatir,  dalam ketersesatan pengetahuan pengasuhan, biasanya si ibu akan mendapatkan pertolongan. Sebuah kekuatan magis yang berasal dari tali batin antara ibu dan anak menjadi auto pilot kegiatan mengasuh anak-anak.  Inilah naluri. Hal ini bersifat pribadi,  tak bisa diduplikasi oleh ibu lain kepada anak yang lain pula. Jika terpaksa terjadi peniruan pola,  hasilnya kemungkinan besar akan sangat berbeda.

Pola asuh naluriah yang dipimpin oleh kedekatan ibu-anak ini adalah pola asuh yang paling natural.  Pola natural ini tak bisa sendirian,  ia harus dilengkapi dengan kesadaran dan keikhlasan. Dampaknya dahsyat tidak diragukan,  ibu bisa mengenali karakter anak,  dan anak pun secara natural bisa kenal karakter ibunya.

Pola asuh naluriah ini memiliki kelebihan: Ada sukacita yang muncul di hati ibu dan anak karena ada kedekatan, kesadaran dan keikhlasan di antara mereka, dimana bahagianya melebihi bahagia yang ditimbulkan oleh sebab-sebab lain.

Pola asuh naluriah yang begini ini tak bisa dibanding-bandingkan dengan pola naluriah serupa yang diterapkan oleh ibu lain kepada anak yang berbeda. Jika hasilnya terlihat lain,  maka tak perlu sensitif karena pola asuh naluriah masing-masing ibu itu sama-sama hebatnya. Di sini berlaku kebenaran bahwa proses lebih penting daripada hasil (tentu saja untuk sementara - karena mengasuh anak itu membutuhkan waktu jangka panjang sampai jelang dewasa, dimana hasilnya baru bisa terlihat setelah waktu berlalu sedemikian rupa).

Bisa diakui bahwa pola asuh naluriah ini sifatnya rapuh bukan masif. Hal ini dikarenakan efektifitasnya yang unik dan personal. Jelas ini kembali ke fitrahnya ibu dengan naluri keibuannya,  bukan ibu dengan brain, beauty and behavior. Tetapi percayalah, untuk pengasuhan anak, naluri keibuan itu lebih tepat untuk digunakan sebagai alat mengoperasikan makhluk atau mesin bernama anak.

Dan, naluri keibuan ini bisa diasah seperti halnya mengasah naluri bisnis bagi para pebisnis. Yang bisa dilakukan untuk hal itu adalah membuka hati kepada anak sebagai pihak yang membutuhkan perhatian, pengertian, kesabaran, kasih sayang, dan hal-hal lain yang dibisikkan naluri di telinga batin si ibu.

Tulisan ini bukan untuk mengecilkan ilmu parenting. Ilmu parenting baiknya memang dipelajari, bukan oleh kaum ibu yang punya modal naluri, tetapi oleh kaum ayah yang hari-harinya sibuk dengan urusan pekerjaan, main game dan surfing di dunia maya sekedar cuci mata.

"Belajarlah ilmu parenting,  Yah.  Dampingi si ibu yang berjibaku mengasuh sejenis makhluk atau mesin (entahlah) yang bernama anak-anak hingga ia siap disebut dewasa. Jika ayah tak belajar ilmu parenting,  bisa-bisa mereka diasuh rembulan.  Lalu,  kita harus ganti nama anak-anak di rumah kita,  bukan lagi Banyu, Awan,  Lentera melainkan jadi Peterson 1, Peterson 2 dan Peterson 3 para anak asuhan rembulan. Perlukah begitu, Yah? "

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun