Aku panik. Tanganku saat itu gemetar hebat. Tak jauh dariku Cahya menangis. Dia yang duluan menghampiriku dan memeluk bahuku.
“Syukur...syukur loe gak diapa-apain sama mereka,, Aya...” Itu adalah kata-kata yang pertama kali berhasil kuucapkan.
*
beberapa hari kemudian, malam-malam rumahku didatangi polisi. Aku ditangkap saat selesai sholat isya.
Pria yang kutusuk tidak tertolong. Mati.
Dan sekarang disinilah aku. Menghadapi hari-hari yang seperti neraka. Dikungkung dalam jeruji besi.
Aku menyesalkan kenapa pria itu harus mati. Tapi di sisi lain, aku bersyukur karena aku berhasil mejaga kehormatan Cahya. Andai aku tidak ada di sana, bisa saja dia diperkosa.
Yah...,meskipun begitu..tetap saja aku harus membayar semua itu.....
yang membuatku sedih, aku tidak bisa melanjutkan sekolah, tidak bisa bekerja dan memberi uang jajan pada adik-adikku.
Masih ada sisa tujuh tahun lagi yang harus kuhabiskan di penjara. Aku yakin bisa melewati semua ini. Setelah keluar nanti, aku akan menikahi Aya.
'aku akan selalu menunggumu, Arga' begitu tulisnya di surat yang kuterima baru-baru ini. Dan itu menjadi kekuatan bagiku.