Karena berbagai hal, lalu saya dan rekan saya sepakat untuk tidak melanjutkan bisnis bersama. Dan saya pun bergabung lagi menjadi associate consultant di salah satu konsultan human capital yang cukup ternama di negeri ini.
Dari situ saya lalu di-hire oleh klien perusahaan konsultan, yaitu Haka Group milik Bapak Halim Kalla (adik dari Jusuf Kalla) dan bekerja sampai menjadi HRGA & Legal GM (General Manager) disana.Â
Saya bekerja beberapa tahun disini dan dibajak oleh salah satu perusahaan outsourcing terbesar swasta saat itu (KPSG, anak Perusahaan Titan Group). Karena kerinduan saya untuk bisa lebih sering beribadah setiap Jumat siang, tawaran itu saya ambil. Karena di tempat yang lama ibadah saya kurang teratur.
Setelahnya saya lalu diajak bergabung di beberapa perusahaan headhunter (Jakarta Executive Search) sampai akhirnya saya memutuskan untuk membuat perusahaan executtive search sendiri yang bernama BALI JAVAHEADHUNTER.
Karena saya suka belajar dan mengajar, maka saya lalu merintis training organizer di bawah bendera yang sama dengan nama merk BUTTERFLY CONSULTING INDONESIA sampai saat ini. Perusahaan ini bergerak di bidang penyediaan training (private, inhouse & public training) serta sertifikasi profesi/kompetensi antara lain BNSP dan Kemnaker.
Tidak terasa kemarin BUTTERFLY CONSULTING INDONESIA sudah berulang tahun kesekian. Bagi saya semua pengalaman yang saya dapatkan ketika bekerja di perusahaan-perusahaan sebelumnya menambah wawasan dan pengetahuan serta membangun mental saya dalam menjalani dinamika bisnis.
Saya selalu teringat kerendahan hati para mantan bos saya. Bagaimana cara mereka memperlakukan stafnya, menerima pendapat atau berbagi kisah hidup dengan kami. Ini yang saya coba terapkan dalam saya melakukan kegiatan sehari-hari.
Bagaimana Pak Budi Santoso, bos saya yang pertama selalu tersenyum hangat ketika bertemu saya, termasuk ketika saya datang ke ruangannya untuk meminta saran atau menyampaikan sesuatu. - Ada yang unik disini, jam berapa pun saya sampai di kantor, saya selalu datangi beliau lebih dulu (setelah meletakkan tas saya di ruangan saya), dan menanyakan tugas apa yang beliau ingin saya kerjakan hari itu, sebelum saya mengerjakan tugas yang sudah ada. -Â
Bagaimana seorang Jakob Oetama sebagai pemilik KKG (Keluarga Kompas Gramedia) yang termasuk orang terkaya ke sekian di Indonesia pada masa itu mau membukakan pintu lift, memencet nomor lantai dan mempersilahkan kami untuk keluar dari lift dengan sopan saat kami masuk ke lift yang sama dengannya. Wow, bayangkan bagaimana rasanya dilayani oleh orang nomor 1 di KKG sperti itu ! Sampai hari ini hati saya tergores secara positif mengingat kerendahan hati salah satu orang hebat di negeri ini. Buat saya, beliau wujud nyata dari Penerapan Service Leadership (Pemimpin Yang Melayani) di Perusahaan.Â
Bagaimana seorang desainer Harry Darsono yang sudah mendunia memperlakukan wartawan yang baru dikenalnya dengan penuh kehangatan dan kerendahan hati yang luar biasa.
Bagaimana seorang Halim Kalla yang semua juga tahu kebesaran nama keluarganya membahana di seantero negeri ini, memperlakukan kami seperti temannya ketika bercerita apa saja. Bagaimana kerendahan hatinya ketika mengurus anak-anaknya saat mereka akan liburan bersama, sikap hidup anak-anaknya yang hemat dan bersahaja dll.