Hal-hal seperti ini yang perlu dihindari, agar tidak memperuncing masalah atau malah membuat masalah melebar kemana-mana.
Sebab tahukah kamu ?
Menurut Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim pada 26 Oktober 2021, 80 persen mahasiswa Indonesia tidak bekerja sesuai dengan jurusan kuliahnya (kompas.com).
Artinya adalah, hanya 20% mahasiswa yang kuliah sesuai dengan minatnya atau passion-nya. Sedangkan 80% mahasiswa salah jurusan saat kuliah. Dan para mahasiswa yang salah jurusan itu akan memulai tahun-tahun yang membuatnya bosan, tidak termotivasi, passionnya meredup dan bisa jatuh ke pergaulan dengan orang-orang yang tidak produktif.Â
Sangat membuang waktu, tenaga dan biaya. Apalagi kalau mereka harus kos di kota lain.
Sehingga euphoria masuk ke PTN Favorit akan segera lenyap seperti embun kena sinar matahari. (Saya akan bahas di artikel lain tentang pentingnya passion di saat kuliah dan di dunia kerja.)
Ada banyak cara untuk mengetahui passion kamu. Misalnya kamu bisa hubungi Lembaga Konsultan Psikologi misalnya di INASCEN di nomor Hp/WA Â 081212286156 untuk cek passion atau minat dan bakat kamu dengan harga terjangkau.
Karena itu, bagi kamu yang belum lolos PTN tahun ini, ini bukanlah saat buat kamu atau ortu kamu untuk menangisi diri. Justru ini kesempatan kamu untuk cek passion kamu dan menata ulang target kamu ke depan.
Tahukah kamu, kuliah itu tidak hanya belajar, tapi cara kamu mempersiapkan diri untuk bekerja di bidang yang kamu minati kelak. Jika kamu masuk pada bidang kuliah yang keliru, kamu akan merasa ada gap (jurang) antara latar belakang pendidikan kamu dan pekerjaan kamu kelak.
Misalnya salah satu klien saya minatnya ke bisnis, tapi orangtuanya ingin dia menjadi dokter. Sedangkan dia tidak mau menjadi dokter yang menjadikan pasiennya sebagai ladang bisnisnya, karena dia sangat suka berbisnis.
Kebetulan dia memiliki tingkat intelektual, semangat kerja, kepribadian dan kondisi keuangan yang kuat untuk kuliah di kedua bidang tersebut. Tapi dia tidak mau membuat pasien harus membayar mahal setelah dia periksa atau membisniskan obat-obatan kepada pasiennya ketika praktek nanti.