Mohon tunggu...
Yendri Zal Putra
Yendri Zal Putra Mohon Tunggu... Petani - Belajar menuangkan ide lalu menuliskannya disini. Kendati terbata-bata, tapi saya yakin bahwa hasil dari sebuah usaha tidak akan pernah sia-sia.

Saya punya hobi berpetualang, kemping, dan memasak. Saya punya kepribadian yang saya sendiri pun sukar untuk menjelaskannya dan semoga saja suatu saat pacar atau istri saya paham akan kepribadian saya ini. Muehehe...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Manusia, Negara, dan Perkara

24 Oktober 2020   16:04 Diperbarui: 24 Oktober 2020   16:06 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekelumit kisah beberapa manusia

Sejak pertama mengenal hidup hingga maut datang menjemput

Berjuang dengan suara-suara lantang, menuntut keadilan dalam kemerdekaan

Dicatat oleh sejarah dan akan diingatkan pada manusia selanjutnya agar tak tenggelam lalu berlumut

Bagi mereka, hidup nan adil beserta damai hanya berada di surga sana

Tapi di negeri ini takkan nampak keadilan dan kesejahteraan selain dari cerita yang diada-ada

Apalagi zaman sekarang, kalimat adil dan sejahtera hanya sebatas kata dari mereka yang memegang kuasa

Mereka lahir di negeri yang punya sejarah tidak biasa

Berawal dari kerja rodi hingga datang masa romusha

Berakhir di tangan jepang  namun awalnya dari belanda

Terombang ambing ditangan para penjajah

Hebatnya, tradisi-tradisi demikian masih melekat dibenak negara

Perkara manusia antar manusia

Ada yang bericara kemanusiaan tapi nyatanya bukan manusia

Ada yang memanusiakan tapi justru tidak dimanusiakan

Bahkan ada yang sangat paham tapi hanya memilih diam

Iya..diam. Dirasa lebih baik daripada bersuara lalu mendekam di penjara kelam

Demikian perkara antara manusia dengan manusia

Hidup di tanah yang kini di panggil nusantara

Berfalsafah pancasila, berpedoman undang-undang empat lima

Namun, sayang beribu malang. Segala perkara ada dari keadilan yang nampak tak seimbang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun