Mohon tunggu...
Yemima AnugrahLestari
Yemima AnugrahLestari Mohon Tunggu... Lainnya - Yemima

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Perjalanan Detik.com sebagai Salah Satu Pelopor Media Online di Indonesia

28 September 2022   08:09 Diperbarui: 28 September 2022   13:05 1090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan media pada masa kini sudah semakin maju, khususnya adalah media di Indonesia. Media cetak di masa kini sudah mulai beralih ke media online yang terhubung dengan internet. Banyaknya perusahaan berlomba-lomba untuk memperlihatkan kemajuan medianya yang sangat pesat.

Margianto dan Saefullah (dalam Widodo, 2020, h.43) menjelaskan bahwa internet ada di Indonesia bermula pada tahun 1990-an yang awalnya merupakan proyek hobi sejumlah orang yang tertarik membangun jaringan komputer yaitu Rahmat M. Samik-Ibrahim, Suryono Adisoemarta, Muhammad Ihsan, Robby Soebiakto, Putu Surya, Firman Siregar, Adilndrayanto, Onno W. Purbo.

Dengan pesatnya perkembangan internet membuat surat kabar digital muncul perlahan.

Sumber: Maxmanroe.com
Sumber: Maxmanroe.com

Media Online Indonesia

Salah satu media online yang ada di Indonesia adalah Detikcom.

Detikcom adalah media digital paling populer dan merupakan konsep berita terbaru serta terbesar di Indonesia yang memberikan informasi tentang peristiwa terkini dan gaya hidup. Sekarang Detikcom juga bertransformasi sebagai pintu gerbang ke semua layanan internal ekosistem CT Corp.

Domain Detik.com sudah aktif sejak tanggal 29 Mei 1998, tetapi mulai online konten berita untuk 9 Juli 1998. Didirikan oleh Budiono Darsono (sebelumnya merupakan Reporter Tempo dan Tabloid Detik), Yayan Sopyan (mantan reporter Tabloid Detik), Abdul Rahman (mantan reporter SWA) dan Didi Nugrahadi. 

Detikcom dibangun di atas ide bahwa berita dibawakan secara lebih awal dan atas dasar yang ada.

Pada 3 Agustus 2011, Detikcom resmi diakuisisi oleh Transmedia dibawah perusahaan CT Corp yang dimiliki oleh Chairul Tanjung. 

Sebagai pemilik baru, Chairul Tanjung masih bersikeras membawa Detikcom sebagai media independen dan netral. 

Dengan adanya semangat inovasi, kreativitas dan kewirausahaan menjadi pijakan pemutaran bisnis Detikcom.

Mulailah dengan akses ke ratusan ribu pengguna, Detikcom menjadi media online dengan pengakses jutaan tiap harinya dan menjadi pengiklan harian dan terbesar di Indonesia. Dengan demikian, Detikcom terus berinovasi dan berkarya yang menjadikan Detikcom bertransisi ke Beyond Media. 

PT Agranet Multicitra Siberkom (Agrakom) yang sebelumnya menjadi nama perusahaan naungan Detikcom berubah menjadi PT Trans Digital Media.

Hal tersebut membuat Detikcom tidak seperti satu-satunya media digital yang ada di PT Trans Digital Media tetapi berkembang menjadi keluarga online yang bernama Detik Network.

Reuters Institute baru saja merilis laporan jurnalisme digital 2022 di lanskap media massa pada Rabu (15 Juni 2022). Indonesia juga termasuk dalam laporan tersebut.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia menggunakan media online sebagai sumber berita, yaitu sebesar 88%.

Detikcom adalah media online yang paling banyak dikonsumsi. Sebanyak 65% responden mengaku membaca Detikcom minimal seminggu sekali

Kekurangan dan Kelebihan

Dalam Lia, L. (2022 14 April) Ekrut Media. https://www.ekrut.com/media/media-online. Dengan adanya teknologi yang sangat pesat ini membuat media online mempunyai kekurangan, antara lain:

1. Ketatnya persaingan 

Membuat media online bisa dibilang lebih mudah dibandingkan media tradisional. Jadi, jumlah media online semakin menjamur. Hal ini sebenarnya dapat memberikan dampak yang baik, tetapi pada saat yang sama, sulit bagi media kecil dengan modal kecil untuk berkembang. Bahkan jika mereka menyediakan konten yang hebat, mereka belum tentu hebat.

2. Konten belum tentu berkualitas

Karena persaingan yang ketat, terkadang konten yang disajikan oleh media online tidak berkualitas. Media sering menampilkan konten hanya untuk membuat kehebohan untuk mendapatkan banyak viewers. Akibatnya, popularitas media juga meningkat. Hal ini sering terlihat dengan judul dan kualitas konten media yang buruk.

3. Penyebaran langsung informasi palsu

Untuk mendapatkan traffic dan pageview dengan cepat, terkadang media tidak melakukan riset yang tepat. Sehingga media langsung mengangkat berita tersebut tanpa mengkonfirmasi berita tersebut kepada sumbernya. Baru kemudian disadari bahwa informasi yang diberikan salah. 

Karena dilakukan secara online, jelas informasi bisa menyebar dengan cepat. Meski ini salah, banyak konsumen yang sudah mempercayainya. Sebenarnya informasi tersebut dapat dikoreksi, namun seringkali sulit bagi konsumen untuk diyakinkan dengan informasi yang benar.

Dengan berkembangnya teknologi membuat berita tersusun dengan cepat. Maka dari itu, kita diharapkan dapat memilah informasi berita dengan baik. Pelajari dan telusuri kebenaran berita untuk menghadapi hoax.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun