Mohon tunggu...
Bagus Pribandono
Bagus Pribandono Mohon Tunggu... Petani - petani gurem

Pekerja harian lepas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teror Terhadap Pejuang Anti Korupsi

18 April 2017   22:05 Diperbarui: 18 April 2017   22:16 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

`           Kalau serangan terhadap Novel Baswedan dikategorikan teror, maka teror semacam itu adalah teror pekerjaan yang biasa terjadi di tempat kerja. Dalam sebuah instansi pemerintah, lembaga negara, perusahaan negara atau swasta, teror seperti itu sering terjadi. Bawahan, rekan sekerja, atau orang luar melakukan teror terhadap seseorang yang menjadi atasan, rekan sekerja, atau bahkan tidak ada hubungan kerja langsung. Biasanya sasaran teror adalah orang yang posisi, peran dan fungsinya penting atau kuat tetapi secara sosial politik dan ekonomi tergolong orang yang lemah atau minoritas.

 Orang yang “lemah” ini dicari-cari kesalahannya sebagai alasan atau pembenaran dalam aksi terornya, yang seringkali bertujuan untuk menjatuhkan nama baik, merebut jabatan atau menghapus jejak kejahatan sekelompok orang. Peneror bisa leluasa menjalankan aksinya karena dia atau mereka mendapatkan dukungan atasan atau kelompok mayoritas yang taringnya telah dibeli atau dilucuti oleh teroris dan kelompoknya. Teror itu menjadi semakin parah bila para pejabat telah bersekongkol secara diam-diam atau secara ideologis dengan kelompok teroris. 

Apabila hal ini yang terjadi maka korban secepatnya perlu keluar dari lingkungan kerja seperti itu karena apapun yang dilakukannya di tempat kerja akan selalu dianggap salah dan keselamatan jiwanya akan selalu terancam. 

Oleh karena sifat dan gaya terornya yang selalu diam-diam dan mengesankan seolah-olah tidak ada apa-apa alias aman, maka gaya teror seperti ini saya istilahkan dengan teror setan. Kondisi yang terjadi pada kasus Ahok yang dianggap menistakan agama serupa dengan kondisi ini tetapi atasan tidak terlibat. Orang dalam dan orang luar yang membuat kasus itu membesar dan mengundang aksi berbagai pihak untuk menjatuhkan nama baiknya.

            Teror di tempat kerja bisa beralih atau diperluas ke tempat tinggal dengan menyerang rumah tinggal, kepala keluarga, anak dan isteri. Seseorang yang hanya bertujuan menakut-nakuti atau menjatuhkan mental korban, bisa hanya dengan menggebrak pagar atau pintu garasi, merusak tanaman, hewan peliharaan atau kendaraan yang dimiliki korban. Ada yang dilakukan secara langsung berhadapan muka, ada yang hanya lewat telepon misterius atau pesan teks. Teror melalui ponsel meskipun tidak ditanggapi, telah bisa mentransfer roh atau spirit ketakutan, penyakit, atau gangguan kejiwaan. 

Mematikan telepon misterius dan tidak membuka pesan teks adalah cara aman menghindari teror lewat ponsel. Ada teror yang dilakukan dengan cara halus berpura-pura baik, tetapi ada yang dilakukan dengan cara kasar sambil marah-marah. Apabila cara ini tidak berhasil, maka kelompok teroris akan bekerja sama dengan tetangga yang bisa dibayar dengan diam-diam, memanfaatkan tetangga sebagai mata-mata atau anggota kelompok teroris, dan membayar para pemuka masyarakat setempat untuk tinggal diam seolah tidak tahu dan menganggap situasi  tetap aman. Apabila tempat tinggal dibakar, anak ditabrak lari, isteri diperkosa atau disiksa, maka dasar-dasar keluarga telah dihancur leburkan oleh teroris. 

Kinerja korban dalam pekerjaan akan terpengaruh dan atasannya bisa atau punya alasan untuk membebas tugaskan dia sementara atau selamanya. Apabila hal itu berkaitan dengan perebutan jabatan atau promosi, maka kejadian teror bisa berdampak negatif pada korban. Padahal itu semua hanya rekayasa sekelompok orang yang mereka kategorikan sebagai persaingan. Dalam benak teroris, persaingan saja memakai cara teror, apalagi dalam mencapai tujuan yang lebih tinggi, maka teror lebih keras adalah satu-satunya jalan yang harus dilakukan untuk menundukkan pihak lain.

            Teroris juga punya intelijen dan sistem intelijen sendiri yang halus dan rapi, yang menyasar asal-usul korban, mendekam di tempat-tempat gelap untuk mengintip korban, memberi topeng pada orang-orang yang mau diajak bermuka dua, dan melenyapkan mereka begitu situasi dan kondisi tidak memerlukan mereka lagi. Kasus Antasari Ashar yang akan diangkat kembali oleh karena dirasakan janggal atau tidak wajar, bisa saja tidak jadi terangkat kembali karena bukti dan saksi telah dilenyapkan. 

Nah pada tahap itu orang baru sadar kalau ternyata kawan bisa menjadi lawan. Ketidak wajaran atau kejanggalan, atau diistilahkan orang Jawa dengan “njanur gunung”  adalah kata kunci untuk mengetahui seseorang itu terlibat dalam kelompok si jahat atau tidak. Orang yang tidak pernah ada hubungan atau orang yang putus komunikasi setelah puluhan tahun, tiba-tiba mendekat dan mengesankan akrab adalah sesuatu yang janggal atau tidak wajar. Atasan atau pejabat yang tidak pernah peduli pada kita, tiba-tiba menyuruh bawahannya memberi hadiah atau cindera mata adalah sesuatu yang tidak wajar. 

Kawan lama bertamu dengan mengajak orang lain yang tidak dikenal penerima tamu, dan baru dikenal oleh tamu yang mengajak, adalah sesuatu yang tidak wajar. Kawan di tempat kerja yang selalu bermuka cemberut dan benci pada kita, tiba-tiba minta datang ke rumah untuk bersilaturahmi adalah sesuatu yang tidak wajar. Dan masih banyak contoh ketidak wajaran yang lain lagi, yang berpotensi dan berpeluang menjadi agen teroris. Untuk kasus seperti ini sebaiknya hindarkan untuk bertemu langsung dengan mereka apabila tidak bisa menghindarinya. Berkumpul dengan para pemberontak dan pencemooh saja sudah sesuatu kekejian, apalagi menerima mereka menjadi tamu di rumah, pasti beresiko tidak baik.

            Sepanjang yang saya ketahui, semua koruptor melakukan aksi kejahatannya karena dia yakin bahwa kejahatan korupsinya tidak akan terbongkar. Ada program tipuan yang digunakan sebagai face cover; ada strategi jangka pendek dan jangka panjang untuk memindahkan kekayaan negara menjadi kekayaan pribadi langsung dan tidak langsung, serta ada setan-setan yang dilibatkan untuk menyakiti dan membunuh siapapun yang mengetahui eksistensi, misi, dan rahasia mereka. Segala jin dan setan dari berbagai jenis sudah dijadikan bala tentara untuk mengamankan tugas anti kemanusiaan dan melawan hukum ini. Jumlahnya tidak hanya ribuan, puluhan ribu, atau ratusan ribu. Bila terkumpul, jumlahnya bisa mencapai jutaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun