Kereta yang terbuat dari kayu jati ini kembali berhenti di Monumen Gatot Subroto. Di Jalan Slamet Riyadi yang berbatasan dengan Jalan Gatot Subroto ini terdapat dua gapura di sisi kiri dan kanan.Â
Di sisi kiri, gapura berwarna hijau, melambangkan Pura Mangkunegaran terletak tak jauh dari situ. Sedangkan, gapura di kanan jalan berwarna biru, melambangkan Keraton Kasunanan.
Perjalanan berlanjut melewati tempat yang bernama Gapura Gladag yang merupakan gerbang masuk Keraton Surakarta dan Kantin Straat yang sekarang lebih dikenal dengan kawasan wisata kuliner Galabo (Gladag Langen Bogan).
Kereta buatan Jerman ini sampai pada titik henti ketiga, yaitu Stasiun Solo Kota. Di sinilah tempat langsir kepala kereta serta pengisian air agar lokomotif dapat terus bergerak.
Selesai mengisi air, kereta wisata ini kembali bergerak untuk kembali ke Stasiun Purwosari. Namun sebelum benar-benar kembali ke Stasiun Purwosari, kereta kembali mandek di Taman Sriwedari.Â
Taman milik Keraton Kasunanan ini sampai sekarang masih beroperasi dengan fasilitas yang cukup lengkap seperti panggung, teater, gedung wayang orang, Â kolam, dan yang cukup terkenal adalah Museum Radya Pustaka.
Jaladara bergerak kembali menuju Stasiun Purwosari. Setelah sampai, saya dan peserta yang lain turun. Wisata dengan Kereta Uap Jaladara berakhir pukul 16.45.
Saya sangat menikmati perjalanan kali ini. Rasanya puas dan antusias. Penyelenggara acara memberikan informasi yang menyeluruh melalui dua pemandu yang selalu mendampingi.Â
Pemandu dengan wawasan yang luas terutama mengenai Kota Surakarta dan sejarahnya, serta kemampuan berbicara di depan umum yang sangat baik menyempurnakan perjalanan Jaladara ini.Â
Ditambah lagi tim yang selalu siap dengan dokumentasi dan kamera yang mumpuni. Tidak hanya sampai di situ.Â