Mohon tunggu...
Yuniar Eka Risti
Yuniar Eka Risti Mohon Tunggu... Guru - Berbagi cerita dan pengalaman lewat tulisan

Saya suka berbagi cerita, pengalaman, dan sudut pandang subyektif melalui tulisan yang receh.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Move to Heaven", Serial Drama Korea yang Jinjja Daebak

4 Juni 2021   11:07 Diperbarui: 4 Juni 2021   11:43 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama-tama saya mau menyampaikan bocoran cerita serial drama Korea yang berjudul Move to Heaven. Jadi bagi pembaca yang belum nonton filmnya, sebaiknya nonton dulu biar bisa relate sama tulisan saya.

Netflix baru merilis serial drama Korea yang berjudul Move to Heaven bulan Mei ini. Untuk serial drama Korea, serial ini cukup pendek karena hanya terdiri dari 10 episode. Jadi buat para newbie yang suka bosan nonton serial Korea yang biasanya 16-20 episode bisa mencoba nonton Move to Heaven.

Move to Heaven ini mengisahkan tentang kehidupan seorang anak yang mengidap sindrom Asperger dan ayahnya. Mereka berdua menjalani pekerjaan yang unik, menurut saya yaitu membersihkan tempat kejadian perkara. Jadi pekerjaan mereka itu adalah membersihkan rumah atau kos-kosan korban yang sudah meninggal.

Di awal cerita dikisahkan ada seorang anak remaja yang mengidap sindrom Asperger bernama Han Geu Ru yang hidup berdua dengan ayahnya, Han Jeong Woo. Mereka berdua menjalani sebuah pekerjaan yang unik yaitu membersihkan tempat kejadian perkara.

Dalam beberapa episode digambarkan mereka akan datang ke sebuah rumah atau goshiwon (kaya kos-kosan di Korea yang kamarnya cuma seukuran 3,5 meter) orang yang sudah meninggal. Kemudian mereka akan membersihkan ruangan atau rumah tersebut, membuang barang-barang yang tidak terpakai. Mereka juga akan memilih barang-barang yang penting seperti buku diari, buku tabungan, foto mendiang yang kemudian akan dimasukkan ke dalam kotak berwarna kuning bertuliskan "Move to Heaven".

Terus tokoh yang ada di poster ini siapa?

Selain ada Han Geu Ru yang menjadi tokoh utama, ada paman Cho Sang Gu yang mendampingi Geu Ru sampai akhir film setelah ayah Geu Ru meninggal. Kemudian gadis yang ada di poster ini adalah Yoon Na Mu tetangga Geu Ru. Peran Na Mu cukup penting karena dia ikut membantu Geu Ru dan Paman Sang Gu untuk mengelola Move to Heaven sekaligus menyelesaikan konflik di serial ini.

Ada banyak hal menarik yang saya temukan di serial ini. Yang pertama, Geu Ru dan ayahnya seperti mengerti dan mengenal korban yang meninggal dari barang-barang yang ditinggalkan. 

Mereka mengetahuai kualitas hidup mendiang dari membaca buku diari, melihat nota pembelian, foto, dan barang-barang kenangan dengan keluarga atau kekasih mendiang.

Bagian pas Geu Ru mencoba mencari tahu pesan yang disampaikan mendiang melalui barang-barang yang ditinggalkan juga sangat menarik buat saya. Dalam serial tersebut digambarkan Geu Ru yang memiliki IQ tinggi semacam Henry Cavendish mencoba merekonstruksi bukti yang ditemukan di TKP. 

Bukti-bukti berupa surat, foto, ataupun catatan-catatan dikumpulkan dan disusun sehingga dia bisa mengetahui masa lalu dan cerita dibalik hubungan mendiang dengan keluarga maupun orang-orang di sekitarnya.

Hal menarik lainnya adalah Paman Cho Sang Gu adalah adik dari ayah Han Geu Ru. Tapi anehnya marga mereka bisa berbeda. Keanehan itu akan terjawab di akhir episode. Beberapa plot tersembunyi yang ditayangkan di awal serial seperti Paman Sang Gu yang mantan narapidana, pekerjaannya, masa lalu ayah dan ibu Geu Ru akan terjawab di akhir episode. Dan yang bikin saya berteriak "daebak" adalah akhir cerita yang tidak terduga.

Sebagai penonton orang Indonesia, pekerjaan sebagai pembersih TKP bukan pekerjaan yang lumrah. Tapi tidak di Korea yang kebanyakan orang-orang di sana tinggal sebatang kara. Serial ini menggambarkan kehidupan di Korea yang rumit dan penuh dengan berbagai permasalahan. Kesepian, kerja super keras, sakit, bunuh diri menjadi konflik tersendiri yang digambarkan pada serial yang diproduksi negara gingseng ini.

Namun di satu sisi, saya merasa ada sedikit yang kurang gereget pada antiklimaksnya. Konflik utama begitu cepat selesai. Selain itu ada tokoh yang muncul hanya di beberapa episode sebagai cameo, padahal menurut saya perannya cukup penting.

Tapi secara keseluruhan film ini saya beri nilai 9 dari 10. Bagus dalam hal pendalaman tokoh dan karakternya. Alur cerita yang sederhana membuat setiap episodenya bermakna. Belum lagi open-ending yang bikin saya "hilih, kapan part duanya tayang?" Sebagai penonton yang cukup melankolis, saya termehek-mehek setelah nonton serial ini. Jadi tertarik menonton?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun