Mohon tunggu...
Yosua Eka Putra
Yosua Eka Putra Mohon Tunggu... Freelancer - ENFP

C'est la vie.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Wahyu dari "Toto"

28 Januari 2020   16:43 Diperbarui: 29 Januari 2020   00:12 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tangis Antonio Di Natale pecah di ruang ganti klubnya, Udinese, pada 15 Mei 2016. Momen emosional itu terjadi jelang Udinese menjamu Carpi di Stadion Friuli pada pekan ke-38 Serie A musim 2015-16.

Laga tersebut menjadi akhir pengabdian Di Natale bersama Udinese selama 12 musim terakhir. Empat bulan berselang, pemain yang kerap disapa "Toto" itu pun gantung sepatu.

Menurut catatan Transfermarkt, Di Natale menyumbangkan 228 gol dan 65 assist dari 445 pertandingan di berbagai ajang selama berseragam Le Zebrette.

Di Natale merupakan salah satu late bloomers di sepak bola. Dalam arti sederhananya, pemain yang terlambat atau baru bersinar pada pengujung karier.

Lebih dari separuh perjalanan kariernya, Di Natale bermain sebagai winger atau gelandang serang. Dia digeser ke posisi ujung tombak menggantikan Fabio Quagliarella yang hijrah ke Napoli pada musim panas 2009.

Keputusan pelatih Udinese saat itu, Francesco Guidolin terbilang cukup berani. Pasalnya, Di Natale telah berusia 31 tahun. Bukan usia yang relatif produktif untuk seorang striker.

Akan tetapi, Di Natale menemukan posisi terbaiknya. Dia membayar kepercayaan Guidolin dengan penghargaan pemain tersubur Serie A dua musim beruntun, yakni pada 2009-10 dan 2010-11.

Daftar pencetak gol terbanyak Serie A sejak 2010 (Foto: Opta)
Daftar pencetak gol terbanyak Serie A sejak 2010 (Foto: Opta)

Opta melansir statistik pencetak gol terbanyak Serie A sejak 2010 (data hingga 26 Desember 2019). Di Natale memimpin daftar tersebut dengan 125 gol atau unggul empat gol atas pesaing terdekatnya, Gonzalo Higuain.

"Sungguh disayangkan dia (Di Natale) baru bermain sebagai striker pada pengujung kariernya. Jika tidak, dia bisa mencetak lebih dari 200 gol di Italia. Dia pria yang hebat dan seorang juara," tutur Guidolin, seperti dilansir The Wall Street Journal.

Dari perjalanan karier Di Natale, saya menarik pelajaran penting. Melalui tulisan ini pula, tanpa malu, saya mengungkapkan kondisi saya. Tujuannya jelas bukan untuk mengumbar aib, melainkan pengingat bagi saya dan Anda yang membaca artikel ini.

Saya akan menginjak usia 30 tahun pada Agustus 2020. Tidak jauh berbeda dengan usia Di Natale kala menjadi striker Udinese.

Saya menyadari ada beberapa tinta hitam dalam trek rekor pekerjaan saya selama ini. Saya pernah mengecewakan dan menyia-nyiakan kesempatan dari beberapa orang. Awalnya, saya kehilangan kepercayaan diri bisa mendapat kesempatan membuktikan kinerja terbaik dalam pekerjaan.

Belum lama ini, rasa minder membuncah setelah dokter memvonis saya mengidap Bipolar psikotik sejak remaja. Seketika itu juga, saya merasa dunia dan karier saya tamat.

Kendati begitu, saya memutuskan untuk bangkit. Saya menjalani pengobatan dan berupaya mengisi hari-hari dengan segala aktivitas yang positif. Semua itu memerlukan waktu, tetapi saya yakin tidak ada kata terlambat untuk "bersinar".

Kelak, kesempatan dan kepercayaan itu akan kembali datang. Tugas saya adalah memaksimalkannya sebaik mungkin dan hal-hal buruk pada masa lalu tidak boleh terulang lagi.

"It is never too late to be what you might have been" - George Elliot.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun