Mohon tunggu...
Yehuda Lonteng
Yehuda Lonteng Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Jenis-Jenis Tes Hasil Belajar

4 Oktober 2023   21:21 Diperbarui: 4 Oktober 2023   21:34 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

c.Penggolongan Lain-lain

 1) Dilihat dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:

  a) Tes individual, yakni tes dimana tester hanya berhadapan dengan satu orang testee saja
  b) Tes kelompok, yakni tes dimana tester berhadapan dengan lebih dari satu orang testee


2) Dilihat dari segi waktu yang disediakan bagi testee untuk menyelesaikan tes, tes  dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:


  a)Power test, yakni tes dimana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi.
  b)Speed test, yaitu tes dimana waktu yang disediakan testee untuk menyelesaikan tes tersebut dibatasi.  


3) Dilihat dari segi bentuk responnya, tes dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:
   a) Verbal test, yakni suatu tes yang menghendaki respon (jawaban) yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun tertulis.


  b)Nonverbal test, yakni tes yang mneghendaki respon (jawaban) dari testee bukan berupa ungkapan kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku, jadi respon yang dikehendaki muncul dari testee adalah berupa perbuatan atau gerakan tertentu.  


4) Ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
  a) Tes tertulis, yakni jenis tes dimana tester dalam mengajukan butir pertanyaan dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya juga secara tertulis.


  b) Tes lisan, yakni tes dimana tester di dalam mengajukan pertanyaan dilakukan secara lisan dan testee memberikan jawaban secara lisan pula.  
 
D. Ciri Ciri Tes Yang Baik
Untuk mendapatkan suatu tes yang dapat dikatakan sistematis dan obyektif maka dalam menyusun tes itu harus didasarkan pada pedomanpedoman, kriteria-kriteria, dan norma-norma tertentu. Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur, harus memenuhi
persyaratan tes, yaitu memiliki:
a.Validitas. Jika data yang dihasilkan dari sebuah instrument valid, maka dapat dikatakan bahwa instrument tersebut valid, karena dapat memberikan gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya.  Dapat disimpulkan bahwa jika data yang dihasilkan oleh instrument benar dan valid, sesuai kenyataan, maka instrument yang digunakan tersebut juga valid. Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur.
b.Reliabilitas. Dapat dipercaya. Tes dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila dicoba berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliable apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan. Dengan kata lain, jika kepada para siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan (rangking) yang sama dalam kelompoknya.  
c.Objektivitas. Objektivitas berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi. Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi.
d.Praktikabilitas. Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis (mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan oleh orang lain)
e.Ekonomis. Yang dimaksud dengan ekonomis adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama.  
 

E. Bentuk tes obyektif yang sering digunakan 

Teks obyektif yang digunakan adalah bentuk pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, melengkapi dan uraian obyektif (isian). Tes uraian dapat dikategorikan uraian obyektif dan uraian non obyektif. Tes uraian yang obyektif sering digunakan pada bidang sains dan teknologi atau bidang sosial yang jawaban soalnya sudah pasti, dan hanya satu jawaban yang benar. Tes uraian non obyektif, sering digunakan pada bidang ilmu sosial, yaitu yang jawabannya luas dan tidak hanya satu jawaban yang benar, tergantung argumentasi peserta
tes.  
Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk tes obyektif pilihan ganda dan bentuk tes benar salah sangat tepat digunakan bila jumlah peserta tes banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak. Kelebihan tes obyektif bentuk pilihan adalah lembar jawaban dapat diperiksa dengan komputer, sehingga obyektifitas pensekoran dapat dijamin, namun membuat tes obyektif yang baik tidak mudah.  
Bentuk tes uraian  sering digunakan pada mata pelajaran yang batasnya jelas. Soal pada tes ini jawabannya hanya satu, mulai dari memilih rumus yang tepat, memasukkan angka dalam rumus, menghitung hasil, dan menafsirkan hasilnya. Pada tes bentuk uraian obyektif ini, sistem pensekoran dapat dibuat dengan jelas dan rinci. Bentuk tes dikatakan non obyektif apabila penilaian yang dilakukan cenderung dipengaruhi subyektifitas dari penilai. Bentuk tes ini menuntut kemampuan peserta didik untuk menyampaikan dengan menggunakan katakatanya sendiri.  
4) Menentukan panjang tes
Penentuan panjang tes berdasarkan pada materi cakup ujian dan kelelahan peserta tes. Pada umumnya tes tertulis menggunakan waktu 90 sampai 150 menit, untuk tes praktek bisa lebih dari itu. Pada umumnya waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tes bentuk pilihan ganda adalah 2 sampai 3 menit untuk tiap butir soal. Hal ini juga dipengaruhi tingkat kesulitan soal. Untuk tes bentuk uraian lama tes ditentukan berdasarkan pada kompleksitas jawaban yang dituntut. Untuk mengatasi agar jawaban soal tidak terlalu panjang, sebaiknya jawaban dibatasi dengan beberapa kata atau beberapa halaman.  
b. Menulis Soal Tes
Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator  menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan dengan perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat. Langkah ini perlu dilakukan secara hati-hati agar keseluruhan tes dapat berkualitas baik. Kualitas tes secara keseluruhan sangat terpengaruh dengan tingkat kebaikan dari masing-masing butir soal yang menyusunnya.  
Pertanyaan perlu dikembangkan dan dibuat dengan jelas dan simpel. Soal yang tidak jelas dan terlalu bertele-tele akan menyebabkan interpretasi yang tidak tunggal dan juga
membingungkan. Dengan demikian, setiap pertanyaan perlu disusun sedemikian sehingga jelas yang ditanyakan dan jelas pula jawaban yang diharapkan.
Pedoman utama pembuatan tes bentuk pilihan ganda adalah :
1)Pokok soal harus jelas  
2)Pilihan jawaban homogen dalam arti isi  
3)Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama  
4)Tidak ada petunjuk jawaban benar  
5)Hindari menggunakan pilihan jawaban semua benar atau semua
salah  
6)Pilihan jawaban angka diurutkan  
7)Semua pilihan jawaban logis  
8)Jangan menggunakan negatif ganda  
9)Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta tes  
10)Bahasa yang digunakan baku  
11)Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak
Langkah membuat tes uraian yang mencangkup uraian obyektif dan non obyektif adalah sebagai berikut:
1)Menulis soal berdasarkan indikator pada kisi-kisi
2)Mengedit pertanyaan:
(a)Apakah pertanyaan mudah dimengerti?
(b)Apakah data yang digunakan benar?
(c)Apa tata letak keseluruhan baik?
(d)Apakah pemberian bobot sekor sudah tepat?
(e)Apakah kunci jawaban sudah benar?
(f)Apakah waktu untuk mengerjakan tes cukup?
 
 
Kaedah penulisan soal bentuk uraian non obyektif adalah:
1)Gunakan kata-kata: mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, tafsirkan, hitunglah, buktikan.
2)Hindari penggunaan pertanyaan: siapa, apa, bila.
3)Menggunakan bahasa yang baku.
4)Hindari penggunaan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda.
5)Buat petunjuk mengerjakan soal.
6)Buat kunci jawaban.
7)Buat pedoman pensekoran.  
c.Menelaah Soal Tes
Menelaah soal tes dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam pembuatannya masih ditemukan kekurangan atau kesalahan. Walaupun telah dipersiapkan dengan baik, kekurangan dan kesalahan pembuatan soal mengkin terjadi selama proses pembuatan berlangsung. Sebaiknya telaah ini dilakukan oleh orang lain, karena sering kali kelemahan dan kekurangan, baik dari tata bahasa maupun dari substansi, tidak dapat terlihat oleh pembuat soal. Namun, lebih baik lagi jika telaah soal ini dilakukan oleh sejumlah orang, para ahli secara bersama dengan tim mengoreksi soal. Dengan ini, diharapkan dapat semakin memperbaiki kualitas soal yang terbentuk.  
 
d.Melakukan Uji Coba
Sebelum soal digunakan dalam tes yang sesungguhnya, uji coba perlu dilakukan untuk semakin memperbaiki kualitas soal. Melalui uji coba, dapat diperoleh data tentang: reliabilitas validitas, tingkat kesukaran, pola jawaban, efektifitas pengecoh, daya beda, dan lain-lain. Jika semua soal sudah disusun dengan baik, maka perlu diujicobakan terlebih dahulu di lapangan. Tujuannya untuk mengetahui soal-soal dimana yang perlu diubah, dibenahi atau diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali, serta soal-soal mana yang perlu dipergunakan selanjutnya Dalam melaksanakan uji coba soal, ada beberapa yang harus diperhatikan:
1)Ruangan tempatnya tes diusahakan seterang mungkin.
2)Perlu disusun tata tertib pelaksanaan tes, baik yang berkenaan dengan peserta didik itu sendiri, guru, pengawas, maupun teknis pelaksanaan tes.
3)Para pengawas tes harus mengontrol pelaksanaan tes dengan ketat, tetapi tidak mengganggu suasana tes. Peserta didik yang melanggar dapat dikeluarkan dari ruang tes.
4)Waktu yang digunakan harus sesuai dengan banyaknya soal yang diberikan sehingga peserta didik dapat bekerja dengan baik.
5)Peserta didik harus benar-benar patuh mengerjakan semua petunjuk dan perintah dari penguji. Tanggung jawab penguji dalam hal ini adalah memberikan petunjuk dengan sikap yang
tegas, jujur, adil dan jelas.
6)Hasil uji coba hendaknya diolah, dianalisis dan diadministrasikan dengan baik sehingga dapat diketahui soal-soal mana yang lemah untuk selanjutnya dapat diperbaiki kembali.  
e.Menganalisis Butir Soal
Soal yang baik adalah soal yang sudah mengalami beberapa kali uji coba dan revisi, yang didasarkan atas analisis empiris dan rasional. Analisis empiris dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan setiap soal yang digunakan. Informasi empiris pada umumnya menyangkut segala hal yang dapat memengaruhi validitas soal, seperti aspek-aspek keterbacaan soal, tingkat kesukaran soal, bentuk jawaban, daya pembeda soal, pengaruh kultus dan sebagainya.  
Sedangkan analisis rasional dimaksudkan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan setiap soal. Melalui analisis masing-masing butir soal ini dapat diketahui antara lain:  tingkat kesukaran butir soal, daya pembeda, pola jawaban, dan juga efektivitas pengecoh.  
f.Memperbaiki Tes
Setelah uji coba dilakukan dan kemudian dianalisis, maka langkah berikutnya adalah melakukan perbaikan-perbaikan tentang bagian soal yang masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Langkah ini biasanya dilakukan atas butir soal, yaitu memperbaiki masing-masing butir soal yang ternyata masih belum baik. Dengan demikian, ada soal yang masih dapat diperbaiki dari segi bahasa, ada juga soal yang harus di revisi total, baik yang menyangkut pokok soal maupun alternatif jawaban, bahkan ada soal yang harus dibuang atau disisihkan karena tidak memenuhi standar kualitas yang diharapkan.  
g.Merakit Soal Tes
Berdasarkan hasil revisi soal, barulah dilakukan perakitan soal menjadi instrumen yang terpadu. Keseluruhan butir perlu disusun secara berhati-hati hingga menjadi kesatuan soal tes. Untuk itu, semua hal yang dapat memengaruhi validitas soal, seperti nomor urut soal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun