Mohon tunggu...
yeftafebriantopanggabean
yeftafebriantopanggabean Mohon Tunggu... Programmer - Writing! Builiding Nation

Nama Saya Yefta Febrianto Panggabean, saat ini sedang menempuh pendidikan S1 jurusan Teknik Informatika di Universitas Advent Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Metaverse

Smart City: Kemajuan atau Memperluas Ketimpangan?

4 Desember 2024   19:01 Diperbarui: 4 Desember 2024   19:05 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konsep smart city atau kota cerdas semakin populer dalam diskusi di era teknologi modern. Dengan memanfaatkan inovasi seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), dan big data, kota cerdas menawarkan potensi untuk meningkatkan efisiensi, kenyamanan, serta keberlanjutan hidup masyarakat. Namun, di balik janji-janji tersebut, muncul pertanyaan krusial: apakah kota cerdas benar-benar memberikan manfaat yang adil bagi semua kalangan, atau malah memperburuk kesenjangan sosial? 

Informatika Pemerintahan (LAIP), berkolaborasi dengan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian PUPR, Kantor Staf Presiden, Kementerian Keuangan, Kemenko Perekonomian, dan Kementerian PANRB, memprakarsai pelaksanaan program Gerakan Menuju 100 Smart City. 

Inovasi yang Ditawarkan Smart City

Pada dasarnya, smart city bertujuan menciptakan solusi berbasis teknologi untuk mengatasi tantangan kota, seperti kemacetan, polusi, dan layanan publik yang tidak efisien. Misalnya:

  1. Transportasi Pintar

Di Singapura, teknologi transportasi pintar semakin diterapkan untuk meningkatkan efisiensi dan keandalan sistem transportasi umum. Salah satu inovasi terbaru adalah sistem berbasis kecerdasan buatan (AI) yang disebut "Overwatch," yang pertama kali diterapkan di Line Circle pada tahun 2020. Sistem ini akan diperluas ke jalur MRT North-South dan East-West pada akhir 2024. Overwatch berfungsi untuk memantau operasi kereta secara real-time, mendeteksi anomali seperti pintu kereta yang tidak tertutup dengan baik, serta memprediksi potensi keterlambatan. Implementasi sistem ini telah mengurangi keterlambatan hingga 30% untuk penundaan yang berlangsung lebih dari lima menit.

PHOTO: LIANHE ZAOBAO
PHOTO: LIANHE ZAOBAO

2. Pengelolaan Sampah yang Efisien

Dengan IoT, kota dapat memantau lokasi tempat sampah penuh dan mengoptimalkan pengangkutan sampah, seperti di Stockholm, ibukota negara Swedia. Stockholm telah memperkenalkan sistem pengelolaan sampah yang canggih dengan menggunakan teknologi vakum bawah tanah, yang mengurangi kebutuhan akan transportasi sampah menggunakan truk. Dalam sistem ini, sampah dikumpulkan melalui pipa bawah tanah menggunakan tekanan udara yang diciptakan oleh kipas, yang mengalirkan sampah ke stasiun pengumpulan. Setelah sampai di stasiun, sampah dipadatkan dalam kontainer tertutup.

https://www.ctc-n.org/products/underground-waste-vacuum-system-takes-waste-management-new-level
https://www.ctc-n.org/products/underground-waste-vacuum-system-takes-waste-management-new-level

3. Energi Ramah Lingkungan

Masdar City di Uni Emirat Arab dirancang untuk menjadi contoh kota ramah lingkungan dengan memanfaatkan energi terbarukan secara maksimal. Salah satu fitur utamanya adalah penggunaan energi surya untuk memenuhi kebutuhan listrik kota ini, yang termasuk instalasi panel surya besar dan sistem pembangkit listrik tenaga surya. Misalnya, ada sebuah pembangkit surya dengan kapasitas 10 megawatt yang menghasilkan 17.500 MWh energi bersih setiap tahun, mengurangi emisi karbon sebanyak 7.350 ton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun