Mohon tunggu...
Fiksiana Pilihan

Paradoks Penyelamat

4 Februari 2017   21:05 Diperbarui: 4 Februari 2017   21:54 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Langit mulai berwarna jingga pekat, matahari sudah mulai tak terlihat menunjukkan malam akan segera tiba. Seperti biasa setiap hari, bos menyuruhku untuk bekerja lembur karena akhir-akhir ini perusahaan kami sedang mengejar proyek pemerintah yang menggiurkan karena nilai yang ditawarkan mencapai miliaran rupiah. Maka dari itu bos menyuruhku untuk kerja lebih larut demi memenangkan tender untuk proyek pemerintah tersebut.

Melihat jam tanganku tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Karyawan kantor yang lain sudah mulai pulang ke rumah dan menikmati hangatnya suasana malam bersama keluarga. Namun berbeda denganku yang masih terduduk di atas kursi kantor berhadapan dengan monitor sambil memikirkan apa saja yang harus dipersiapkan untuk memenangkan proyek besar itu. Sedari tadi sampai sekarang menunjukkan pukul 10:30 tidak tau kenapa agaknya sangat sulit sekali untuk berpikir bagaimana strategi yang akan dilakukan untuk menyingkirkan perusahaan-perusahaan besar lain dan memenangkan proyek tersebut.

Setelah terdiam beberapa saat, aku teringat kalau ibadah sholat isya tadi belum aku tunaikan. Aku langsung meninggalkan ruang kantor dari lantai tiga belas menuju ke musholla yang berada di lantai dasar. Kantor sudah sepi, semua karyawan sudah pulang hanya tersisa aku dan pak burhan sebagai penjaga kantor yang berada di pos keamanan. Aku berjalan cepat menuju lift dengan lampu kantor yang sebagian sudah dimatikan. Sebelum masuk ke dalam lift, aku merasakan seperti ada bayangan putih yang mengikutiku sehingga membuat sekujur tubuh merinding.

Setelah di dalam lift hawa makhluk berbayang putih tadi semakin kuat sampai-sampai aku seakan tak sanggup untuk menekan tombol lift. Lift pun mulai turun menuju lantai dasar, bunyi roda-roda lift yang berdecit seakan menambah suasana seram. Tiba-tiba terdengar bisikan serak yang memperingatkan aku untuk berhati-hati.

 “Aku peringatkan kau agar berhati-hati !”

Terkaget dengan bisikan itu, keluar dari lift aku pun berjalan kencang dengan perasaan deg-degan, jantung berdetak kencang, keringat mulai membasahi kening.

Sesampainya di musholla aku langsung mengambil air wudhu kemudian sholat dan berdoa meminta perlindungan agar Allah selalu melindungiku dan keluargaku. Setelah sholat aku pun langsung menuju ke mobil dan pulang ke rumah tanpa mengambil tas kerja yang tertinggal di ruang kantor.

Kupacu mobil dengan kencang agar cepat sampai ke rumah karena istri dan anakku pasti telah menunggu kedatanganku. Selama mengendarai mobil, aku merasakan kantuk yang teramat berat. Hingga pada akhirnya karena tidak tahan menahan kantuk kepalaku tertunduk ke stir mobil sehingga membuat mobil menabrak pembatasan jalan yang membuat mobil terpental melewati pembatas jalan.

Setelah beberapa saat, aku pun terbangun dari kecelakaan yang hampir merenggut nyawa. Anehnya, aku terbangun di ruang kerjaku dan melihat diriku sendiri sedang terduduk bingung di depan monitor yang masih menyala. Kemudian aku melihat diriku terkaget langsung meninggalkan tempat duduknya. dari situ aku tersadar kembali ke masa lalu, kembali ke beberapa jam setelah terjadinya kecelakaan. Aku melihat diriku berjalan menuju lift, ketika di dalam lift aku berbicara pada diriku sendiri agar aku lebih berhati-hati. Tetapi diriku di masa lalu terlihat ketakutan nampak dari cara dia yang tergesah-gesah untuk segera keluar dari lift.

Setelah sampai di musholla, aku sudah tidak bisa komunikasi dengan diriku yang ingin segera melaksanakan sholat isya. Bahkan sekedar hanya mengikutinya saja aku pun tak bisa. Setelah diriku mengucap salam tanda berakhirnya sholat aku pun langsung menghilang entah kemana bak di telan bumi.

“Ayah,..”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun