TANAMAN enceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan tumbuhan air yang sangat gampang tumbuh dimana-mana. Bagi sebagian orang tanaman enceng gondok bahkan dianggap sebagai jenis tanaman liar yang sangat menganggu aktifitas masyarakat.
Sebut saja contohnya ketika tanaman enceng gondok ini tumbuh memenuhi permukaan danau atau sungai, maka ini sangat menganggu aktifitas warga sebagai nelayan disamping dapat menganggu juga jalur transportasi air.
Eceng gondok juga sering dianggap sebagai tanaman liar yang dapat mengganggu ekosistem di bawah air. Tanaman ini tumbuh lebat dan tak terkendali sehingga sering menyumbat saluran air dan menyebabkan banjir. Tapi siapa sangka di balik tampilan tanaman yang tidak indah sama sekali ini tersimpan beberapa manfaat yang cukup berguna untuk kehidupan manusia.
Belakangan ini diketahui, dibalik dampak negatif atas kehadiran enceng gondok ini ternyata membawa manfaat yang luar biasa besarnya bagi masyarakat baik secara ekologi maupun ekonomi (financial).
Dari segi ekonomi ternyata enceng gondok ini dapat menjadi bahan baku dalam pembuatan berbagai kerajinan tangan. Mungkin Anda tidak menyangka sebelumnya jika eceng gondok ternyata bisa dimanfaatkan untuk membuat kerajinan tangan yang cantik.
Masyarakat sekarang ini sering memanfaatkan eceng gondok untuk dianyam menjadi sebuah kerajinan tangan. Daun dan batang eceng gondok yang sudah dikeringkan bisa dianyam menjadi tirai, tas, sandal, sampai dengan dompet dan lain sebagainya.
Kerajinan yang terbuat dari eceng gondok ini tidak hanya dipasarkan di Indonesia saja, tetapi juga di mancanegara.
Di samping itu, tanaman enceng gondok ini juga dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam pembuatan pupuk kompos atau pupuk organik. Hal ini sangat baik mengingat enceng gondok ini mengandung asam humat sehingga dapat melengkapi unsur-unsur yang diperlukan dalam pembuatan pupuk kompos dan sangat bermanfaat sebagai unsur hara bagi tanaman lainnya.
Walau sekilas terkesan sangat tidak berguna, ternyata eceng gondok bisa menjadi bahan pembuatan pupuk organik. Sebuah penelitian menemukan fakta bahwa eceng gondok mengandung asam humat yang menghasilkan senyawa fitohara. Senyawa tersebut diklaim dapat mempercepat pertumbuhan tanaman.
Bisanya, proses untuk membuat pupuk organik dari eceng gondok, hancurkan sejumlah eceng gondok dan campurkan dengan dekomposer. Setelah dibiarkan selama beberapa hari, pupuk organik berbahan dasar eceng gondok ini siap dipakai untuk menyuburkan tanaman.
Enceng gondok, selain dipakai sebagai bahan pembuatan pupuk organik, manfaat lainnya adalah dijadikan sebagai bahan pembuatan kertas. Eceng gondok dipilih sebagai bahan pembuatan kertas karena mengandung serat dengan tekstur yang sama seperti pohon. Jadi, eceng gondok bisa menggantikan pohon yang notabene adalah bahan utama pembuatan kertas. Pulp eceng gondok memang berwarna coklat tetapi bisa diputihkan melalui proses bleaching.
Satu lagi manfaat eceng gondok yang tidak kalah penting. Eceng gondok ternyata bisa diolah menjadi pakan ternak. Bukan sekedar untuk memberi pakan ternak saja, ternak yang mengonsumsi eceng gondok juga menjadi lebih sehat dan gemuk.
Seperti yang sudah kami bahas pada point pertama, eceng gondok mengandung sejumlah zat dan vitamin yang tidak hanya baik untuk manusia, tetapi juga baik untuk hewan ternak.
Manfaat secara ekologi ternyata enceng gondok dewasa ini ternyata dapat digunakan untuk untuk mengatasi polutan sungai.
Seorang pakar dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Gadis Sri Haryani mengatakan, Â eceng gondok efektif membantu menjernihkan sungai karena bersifat fitoremediasi. Fitoremediasi artinya bisa menyerap senyawa organik dan anorganik.
Menurutnya enceng gondok sangat mudah hidup asal ada nutrien. Tanaman enceng gondok ini memiliki kemampuan menyerap nutrisi dan unsur-unsur lain dari air memungkinkan untuk menggunakannya dalam keperluan pemurnian air.
Terutama batang dan daunnya telah berhasil digunakan sebagai indikator polusi logam berat di negara-negara tropis. Penyerapan logam berat di tanaman ini lebih kuat di akar daripada di tunas mengambang.
Kini banyak ilmuan membuat penelitian untuk masalah tersebut yang melibatkan eceng gondok untuk membersihkan badan air yang tercemar karena kapasitas luar biasa dalam menyerap polutan.
Saat eceng gondok diolah menjadi bubuk dan disebar dalam air yang mengandung kromium-6, dampaknya tingkat kromium-6 menurun secara signifikan dalam air.
Untuk setiap liter air, hanya 0,4 gram bubuk eceng gondok diperlukan untuk mengurangi jumlah kromium-6 ke tingkat 'lebih aman' selama 30 menit. Menggunakan jumlah eceng gondok yang lebih tinggi atau membiarkan bubuk untuk tinggal di dalam air lebih lama tidak memiliki efek lebih lanjut pada tingkat kromium-6.
Menurut Neetu Rani dari Indraprastha University New Delhi, penggunaan eceng gondok sebagai penghisap adalah cara yang sangat murah dan sangat efektif untuk membuang unsur yang sangat berbahaya dari limbah industri sebelum menjadi berbahaya bagi manusia. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H