Bagaikan berebut pangsa pasar, digital radio nampaknya harus bersaing ketat dengan radio streaming. Kenyataan yang kita saksikan adalah sebagai  broadband tanpa kabel (wireless broadband) yakni proses pengiriman dan penerimaan data melalui sistem jaringan telekomunikasi dengan kecepatan tinggi, khususnya jaringan 4G (fourth generation technology) saat ini semakin luas dan mudah di peroleh.Â
Begitu jaringan 4G secara luas terkoneksi dengan  (radio)  mobil, streaming sebagai sebuah metode untuk menyampaikan pelayanan radio dan musik akan semakin meningkat dan menjadi cara utama menikmati konten siaran didalam mobil. Namun demikian, siaran terestrial juga akan terus tetap survivekarena memiliki keunggulan dalam hal jangkauan (coverage) dan kapasitas jaringan, khususnya di kawasan yang jauh (rural areas) di negara-negara tertentu.
Ada sebuah dampak bahwa kapasitas jaringan, khususnya jaringan  seluler akan sangat padat (congested) ketika multi media streaming semakin banyak digunakan. Walaupun mayoritas trafik ini nampaknya berupa video streaming para operator seluler akan menemukan cara untuk memindahkan data multi media streaming kedalam jaringan digital lain, misalnya Wi-Fi dalam terminologi pendek dan menengah.
Diperkirakan ada peningkatan yang stabil, walaupun tidak terlalu spektakuler, jumlah pengguna/pendengar yang mendengarkan radio melalui pesawat penerima FM dalam telepon mereka.Â
Namun demikian, hadirnya aplikasi mobile (mobile apps) sekitar sepuluh tahun terakhir membuat orang begitu mudah mendengarkan radio dan menyenangkan, sehingga semakin banyak orang mendengarkan radio melalui telepon seluler. Organisasi/lembaga penyiaran (baca: radio broadcasters) telah 'memeluk' internet dan kebanyakan malakukan interaktif personal.Â
Aplikasi merupakan cara yang baik bagi stasiun radio untuk mendekatkan diri pada audiens dan membangun relasi dengan mereka. Dalam 15 tahun terakhir, walaupun perkembangannya lamban, siaran radio cenderung bermigrasi dari siaran analog kedigital dengan sejumlah standard diantaranya DAB, DAB+, T-DMB, DRM and DRM+ di Eropa and Asia, HD Radio di AS s dan  ISDB-TBS di Jepang.
Bukan hanya perkembangan dan pemasaran radio digital di kebanyakan negara terkesan lambat, jumlah penjualan pesawat radio tradisional AM/FM nampaknya juga mengalami penurunan, karena pendengar semakin cenderung mendengarkan radio melalui aplikasi seluler dan internet (online). Walaupun di negara maju, misalnya Inggris penjualan radio digital DAB hingga beberapa tahun lalu (2013) lalu masih stabil, sekitar 1,9 juta unit (https://www.abiresearch.com/blogs/radios-future-broadcast-or-streaming/), penjualan radio analog turun sekitar 1 juta unit dibanding tahun sebelumnya.Â
Sebanyak 5,6 juta (pesawat penerima) radio terjual, angka terendah yang pernah dicatat oleh regulator Ofcom, turun dari puncak penjualan yang mencapai 10,4 juta pada tahun 2008.
Data tersebut tercatat di suatu negara maju. Bagaimana di Indonesia? Semoga tulisan ini menjadi pertimbangan bagi radio broadcasters di Indonesia untuk menyusun strategi sehingga dapat bersaing dan menang dalam merebut pendengar. 'Using strategy is how we survive'.
--------------------------------------------------------------------------------------------------
*Y.Bambang Triyono