Mohon tunggu...
Yeba Teo
Yeba Teo Mohon Tunggu... Lainnya - .

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Runtuhnya Silicon Valley Bank dan Peran Business Intelligence

14 Maret 2023   21:18 Diperbarui: 14 Maret 2023   21:23 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jumat, 10 Maret 2023 adalah tanggal kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) setelah 48 jam bank tersebut bangkrut dan mengalami krisis modal. Hal tersebut terjadi karena adanya Salah satu faktor kebangkrutan adalah kenaikan suku bunga agresif The Fed selama setahun terakhir.

Meskipun relatif tidak dikenal di luar Lembah Silikon, SVB termasuk di antara 20 bank komersial Amerika teratas. Berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpanan AS, total asetnya pada akhir tahun lalu mencapai $209 miliar atau setara Rp 3.258 triliun mengacu kurs JISDOR periode yang sama(Agustiyani, 2023).

Keruntuhan SVB memicu kepanikan perusahaan modal ventura utama yang menyarankan perusahaan untuk menarik uang mereka dari bank. Maklum, SVB merupakan bank yang berspesialisasi dalam pembiayaan startup dan berstatus bank AS terbesar ke-16 berdasarkan aset.

Mengapa SVB menjadi bank gagal?

Mengutip CNN, kegagalan SVB seperti masalah klasik bank yakni rush money atau penarikan uang tunai di bank yang dilakukan serentak atau bersamaan oleh masyarakat dan dalam jumlah besar.

Namun, penyebab gagalnya Silicon Valley Bank memiliki versi yang lebih panjang dan rumit. Kejatuhan SVB berawal dari kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve yang mulai menaikkan suku bunga sejak tahun lalu untuk menekan lonjakan inflasi. The Fed secara agresif menaikkan suku bunga yang menyebabkan biaya pinjaman menjulang, melemahkan momentum kenaikan saham teknologi yang selama ingin menguntungkan SVB.

Pada saat yang sama, modal ventura mulai mengering, memaksa para pemula untuk menarik dana yang dipegang oleh SVB. Bank pun terpaksa menjual banyak surat berharga miliknya dengan kerugian di saat laju penarikan dana oleh nasabah meningkat. kepanikan pun mulai berakar dan semakin menjalar.

Apa Peran Business Intelligence?

Business Intelligence dapat menjadi lebih penting dalam situasi tersebut karena dapat membantu Silicon Valley Bank untuk lebih memahami situasi keuangan mereka, mengidentifikasi area untuk penghematan biaya, dan membuat keputusan yang berdasarkan data tentang operasi mereka.

Demikian juga, Business Intelligence dapat digunakan untuk menganalisis data keuangan untuk mengidentifikasi area di mana biaya dapat dikurangi. Dengan menggunakan Business Intelligence untuk membuat keputusan yang berdasarkan data, perusahaan yang bangkrut dapat lebih baik mengelola sumber daya mereka dan meningkatkan peluang mereka untuk dapat mengembalikan dana dan aset nasabah.

Selain itu, Business Intelligence juga dapat digunakan untuk memantau dan melacak efektivitas proses kebangkrutan. Sebagai contoh, Silicon Valley Bank dapat menggunakan Business Intelligence untuk melacak kemajuan restrukturisasi hutang atau penjualan aset mereka dan mengidentifikasi area di mana mereka perlu melakukan penyesuaian pada strategi mereka dalam pengembalian dana dan aset nasabah.

Secara keseluruhan, meskipun Silicon Valley Bank yang mengalami kebangkrutan mungkin menghadapi tantangan yang signifikan, Business Intelligence masih dapat menjadi alat yang sangat berharga dalam membantu mereka membuat keputusan yang berdasarkan data dan mengelola operasi pengembalikan dana dan aset nasabah mereka dengan lebih efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun