Mohon tunggu...
Yetti Liza
Yetti Liza Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Mencoba sesuatu yang berbeda.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Prancis yang Bikin Berani

6 Desember 2012   04:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:06 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prancis yang Bikin Berani

Kepastian untuk menghadiri sebuah pameran peternakan di kota Rennes, Prancis sudah kudapat lima bulan sebelum acara, setelah terjadi kesepakatan antara pihak penyelenggara dengan kantorku bekerja. Prancis merupakan negara yang memiliki destinasi wisata tersohor dunia yang diidamkan banyak orang dan tentu perlu merogoh kocek yang dalam untuk bisa sampai ke sana. Mulai dari Menara Eiffel, Arc de Triomphe, surga belanja Galeri Lafayette, Montmartre, Museum Louvre dan sederet tempat eksotik lainnya. Persiapan pribadi mulai kulakukan untuk kelancaran perjalananku nanti. Mulai dari browsing pengurusan visa, bagaimana transportasi untuk menuju Rennes serta objek pariwisata apa saja di seputar Paris yang bisa aku datangi dalam satu hari. Maklum, perjalananku nanti dari Jakarta - Rennes dilakukan seorang diri tanpa ada guide atau seseorang yang menemani dan hanya berbekal bahasa Inggris yang pas-pasan. Walau berpergian ke suatu daerah atau ke luar negeri seorang diri bukanlah hal yang pertama bagiku, tapi perjalanan ke Eropa dengan jarak tempuh yang lama adalah yang pertama. Pesawat milik UEA lepas landas tepat waktu di Bandara Soekarno Hatta, di jam 18.30. Pesawat berbadan lebar ini akan membawaku keluar dari kawasan Asia menuju  belahan benua Eropa dengan lama perjalanan lebih dari 17 jam dengan transit di Dubai. Pesawat berbadan lebar dengan 3 jalur kursi ini sepertinya terisi penuh. Sebagian besar penumpang sepertinya adalah warga negara Indonesia yang mungkin akan bekerja ke Saudi Arabia, Qatar, Dubai atau negara-negara Arab lainnya. Kursi yang cukup nyaman, akses hiburan seperti lagu, film, games serta pelayanan pramugari dan pramugara yang ramah kepada penumpang cukup membuat nyaman. Namun, satu yang membuat aku harus beradaptasi berat. Breakfast, lunch hingga dinner tak pernah jauh dari roti dan roti. O lala, di dalam hati aku sadari, ini perjalanan ke Eropa, bukan lagi di Asia Tenggara. Jadi, mimpi kalau ketemu nasi. Transit di Dubai yang hampir 4 jam ternyata tak membuat mata bisa terpejam. Waktu yang lumayan panjang tersebut aku manfaatkan untuk sholat Isya, melihat-lihat barang-barang duty free, serta ngobrol dengan seorang ibu-ibu paruh baya asal Pakistan yang juga akan menuju Prancis.  Lumayan, dari obrolan tersebut aku jadi tahu lebih banyak tentang Prancis, terutama hal-hal yang penting untuk seorang muslimah yang berpakaian muslim. Sekitar jam 11 siang waktu Paris, pesawat mendarat di Bandara Charless de Gaulle. Sesaat kemudian aku bergegas mencari petunjuk di mana aku bisa membeli tiket kereta super cepat TGV untuk menuju kota Rennes. Ups, semua serba self service, tiket bisa dibeli melalui mesin seperti ATM. Tapi aku lebih memilih membeli tiket secara manual di loket/kantor penjualannya yang dioperasikan oleh SNCF. Tak disangka, peminatnya cukup banyak, ini terlihat dari antrian yang cukup panjang. Dalam hati aku berdoa, semoga aku kebagian tiket untuk perjalanan siang, karena tak terbayangkan kalau dapat kereta sore berarti akan malam hari masuk kota Rennes, karena jarak tempuh dari bandara ke kota Rennes sekitar 3 jam. [caption id="attachment_227844" align="aligncenter" width="300" caption="Stasiun kereta TGV bandara Charles de Gaulle. (dok.Ye Rianti)"][/caption] Pelayanan yang memuaskan ditunjukkan oleh madame berkulit hitam di bagian ticketing. Ia malah menyarankan untuk membeli tiket balik agar tidak menyulitkan aku nanti dan harga bisa lebih murah. Akhirnya aku membayar 116 Euro untuk tiket pergi pulang. Ia bahkan memberikan keterangan singkat tentang peta Paris dan memberikan peta gratis tanpa diminta. Wah, ini patut dicontoh oleh aparat pelayanan publik di negara kita. Menggunakan transportasi umum seperti TGV, kita akan merasakan perbedaan yang cukup besar dibandingkan naik kereta di Indonesia. Di sana, pemberangkatan dan kedatangan kereta sudah terjadwal tepat waktu. Kapan penumpang bisa masuk ke daerah voie serta letak gerbong yang bisa dilihat dari papan petunjuk khusus, sehingga tidak terlihat penumpukan penumpang di area keberangkatan. Terus terang, sesaat aku serius mempelajari sistem pemberangkatan kereta di sini, biar tidak "katro" yang bisa mengakibatkan salah jalur atau salah gerbong. Sedikit celingak celinguk aku ikut turun, ketika petugas kereta sudah mengumumkan kereta sudah sampai di kota Rennes. Aku mengamati papan pengumuman di mana arah keluar (sortie) dan di mana pangkalan taksi berada. Pihak penyelenggara sudah menginformasikan sebelumnya bahwa aku disarankan untuk naik taksi, tidak bis atau metro, karena letak hotel yang disediakan terletak di daerah resort di Bruz. Hmm, cukup mahal, aku harus membayar taksi  23 Euro atau sekitar Rp.280.000. [caption id="attachment_227845" align="aligncenter" width="300" caption="Gare de Rennes, Prancis. (dok.Ye Rianti)"]

1354768629411417345
1354768629411417345
[/caption] [caption id="attachment_227846" align="aligncenter" width="300" caption="Biar tidak nyasar, rajin baca petunjuk. (dok.Ye Rianti)"]
1354768752643813596
1354768752643813596
[/caption] Kata bonsoir yang terkesan ramah, menyapaku ketika sampai di lobby hotel. Setelah memperlihatkan identitas diri, akupun diberikan kunci kamar dan dipersilakan menuju kamar sendiri tanpa ada bantuan petugas hotel. Wow, lagi-lagi self service. Hotel yang berkonsep rumah panggung ala cottage ini dilengkapi dengan lapangan golf. Jadi, lingkungannya penuh dengan pemandangan hijau dengan jarak antar cottage cukup jauh. Ditemani gerimis dan dingin yang mulai terasa, serta keberanian ekstra,  aku mencari letak cottage dan kamarnya. Sejurus ketika aku membuka kamar,  aku dihadapkan pada kamar yang cukup mewah, besar dan  lengkap dengan peralatan masak, kursi tamu dan meja makan. Di kamar ini, sendiri, aku akan menginap selama 3 malam? Berani saja lah... Setelah mengecek dan memastikan semua jendela telah terkunci rapat, barulah aku istirahat sambil menikmati segelas susu coklat hangat dan mie instan yang sudah aku bawa dari Indonesia. Lumayan, mengobati protes perut yang mendadak berubah ritme selama perjalanan. Alhamdulillah, aku sampai di Rennes, esok bersiap melaksanakan tugas. Met malam..eh bonsoir! [caption id="attachment_227852" align="aligncenter" width="300" caption="Hotel ala panggung yang nyaman. (dok.Ye Rianti)"]
13547690751864606832
13547690751864606832
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun