Mohon tunggu...
Yosepha D
Yosepha D Mohon Tunggu... Mahasiswa - VL-XXI

Sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Manis dan Pahitnya Jurnalisme Online

18 Maret 2017   07:16 Diperbarui: 18 Maret 2017   18:00 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin saya telah membahas mengenai ‘gempuran’ jurnalisme warga dalam perkembangan dunia digital. Membahas mulai dari perannya dalam era ini hingga beberapa tips untuk menjadi jurnalis warga yang handal.

Dalam bahasan kali ini, saya akan membahas mengenai jurnalisme online berdasarkan penjelasan Giras Pasopati. Ia kini berprofesi sebagai jurnalis CNNIndonesia.com. Giras membawakan materi dan membedah jurnalisme online.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, jurnalisme adalah pekerjaan mengumpulkan, menuis, mengedit, dan menerbitkan berita dalam surat kabar dan sebagainya. Berkaitan dengan jurnalisme online, kini jenis baru dalam jurnalisme itu erat kaitannya dengan istilah daring. Apa itu daring? Berdasarkan dari sumber yang sama, daring merupakan kependekan dari ‘dalam jaringan’. Daring juga berarti sesuatu yang terhubung melalui jejaring komputer, internet, dan sebagainya.

Terlepas dari model jurnalisme baru ataupun lama, jurnalisme tetap berpedoman pada 10 elemen. Elemen-elemen tersebut merupakan pedoman wartawan dalam memberitakan suatu informasi. Kesepuluh elemen tersebut berkaitan dengan kebenaran, verifikasi, loyalitas pada warga, independen, dan warga berhak ikut bertanggung jawab dalam kepemilikan haknya. Menurut Giras Pasopati, jurnalisme online adalah mengkolaborasikan seluruh elemen jurnalisme. Media untuk publikasinya tentu memanfaatkan media daring, lebih praktis dan terus berinovasi dari waktu ke waktu.

Berbicara soal jaringan tentu tak jauh dari internet. Beberapa media dunia beralih ke media daring. Contohnya, majalah mingguan Amerika Serikat yang mulai dikenal publik pada 1933 yakni Newsweek. Newsweek sempat berhenti mencetak majalahnya, dan sungguh memanfaatkan bentuk digital. Namun pada 2014, majalah tersebut memproduksi lagi bentuk cetaknya setelah dibeli oleh International Business Times tahun 2013.

Contoh tadi tak dibayangkan akan sungguh terjadi oleh para praktisi media. John Murrel sempat beranggapan, bahwa digital tidak akan mengalahkan pamor koran cetak. Mengapa? Menurut Murrel, koran cetak lebih murah, dapat dibawa ke manapun, dan bagian-bagian dalam koran dapat dipisahkan.

Pamor media daring kini merajai hampir seluruh negara di dunia. Hal ini terjadi karena cepatnya arus perubahan dan inovasi. Media daring mampu menawarkan informasi dengan kecepatan, fasilitas mencari informasi, dan biaya distribusi yang amat murah (Paramita dalam Beritagar.id, 2015). Penawaran-penawaran itulah yang membuat banyak orang berlomba-lomba untuk mendapatkan informasi terbaru dibanding orang lain.

Bagaimana kelanjutan kisah perkembangan media daring di Indonesia? Fasilitas yang kekinian, karena menawarkan infografis, animasi, dan laporan khusus ‘longform’. User interface menjadi ciri utama seiring kemajuan teknologi dan intensnya interaksi. Kedua unsur tersebut mempengaruhi hubungan publik dengan memanfaatkan media sosial, aplikasi, dan gadget. Beberapa contoh media yang mencerminkan penjelasan tersebut adalah CNNIndonesia.com, Beritagar.id, Tirto.id, Kumparan.com, dan Katadata.co.id.

Longform alias model baru untuk liputan khusus mengandung artikel yang panjang, kontennya pun dilihat dari beragam sudut pandang. Secara teknis, artikel tersebut mengarah pada jurnalisme sastrawi atau nonfiksi kreatif. Panjangnya sekitar 1.000 hingga 20.000 kata.

Sempat menyebut seputar “jurnalisme sastrawi”, apakah Anda tahu tentang jurnalisme tersebut? Ternyata jurnalisme sastrawi dalam bentuk longform, bahkan dapat digadang-gadang menjadi genre tersendiri dalam “jurnalisme baru”.

Model jurnalisme sastrawi cenderung menjelaskan adegan per adegan, lebih menyeluruh dalam melaporkan suatu tema pemberitaan, memanfaatkan sudut pandang orang ketiga, dan lebih rinci dari model jurnalisme lainnya. Uniknya jurnalisme ini, selain karena belum semua media mainstream menggunakan model ini namun para pembaca menunjukkan ketertarikannya dalam jurnalisme sastrawi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun