"Collaboration is the mutual engagement of participants in a coordinated effort to solve a problem together" (Emily R. Lai)
Sejak awal berdirinya, 11 Februari 2011, Yayasan Prima Unggul (YPU) memantapkan tujuan sebagai pembangun generasi mandiri, pemutus rantai kemiskinan. Dalam laman https://yayasanprimaunggul.org, Dengan visi "Menciptakan 10.000 Wirausahawan dan Pekerja Profesional Lainnya yang Lahir dari Keluarga Sederhana dan Panti Asuhan, YPU mengambil peran aktif dalam karya nyata membangun sumber daya manusia pencipta lapangan kerja, baik bagi dirinya maupun orang lain.Â
Guna mencapai visi dan misi itu, YPU tidak berjalan sendirian. Dengan keterbukaan yang inklusif, YPU membangun jaringan dan berkolaborasi dengan banyak pihak, baik individu, organisasi, swasta, maupun pemerintah. Keberpihakan sosial melalui upaya-upaya pemberdayaan SDM ini menjadi penanda bahwa revolusi mental yang menjadi program mercusuar pemerintah sudah harus dibangun sejak dini. Karena itulah, dengan kesadaran penuh, YPU melibatkan diri dalam pendampingan dan pembinaan generasi muda, usia sekolah wajib belajar.
Salah satu indikator terbangunnya komunitas pemberdayaan yang dirintis YPU adalah dengan dihadirkannya unit-unit usaha yang dilakukan sepenuhnya oleh para siswa atau anak-anak binaan YPU, seperti Magna VoG, Paduan Suara, Lumbung Selera, Gen Prima Unggul Training Center, Pengembangan Seni & Drama Musikal, Keterampilan Menjahit, dan Pertanian/Peternakan.
Kolaborasi merupakah salah satu dari 4C keterampilan abad ke-21 yang direkomendasi UNESCO untuk memperoleh kesuksesan, yakni critical thingking, communication, creativity, dan collaboration. Dalam semangat kolaboratif itulah, YPU berupaya untuk lebih banyak bertindak, melakukan aksi daripada teori. Bangkit bersama, membangun bangsa semestinya tidak hanya menjadi program-program indah di awal tahun, tetapi wajib diwujudkan dalam berbagai tindakan nyata, mendidik dan membekali generasi muda agar bertumbuh menjadi pribadi yang tangguh, memiliki semangat entrepreneurship yang kuat, mandiri, pantang menyerah, dan jeli melihat peluang.
Ines (SMA), salah satu anak asuh Yayasan Prima Unggul, mengisahkan pengalamannya, di laman https://yayasanprimaunggul.org/cerita-siswa/ berikut:Â
"Sekolah Kehidupan" itulah yang pertama kali saya dengar yang mendidik setiap siswa/i nya untuk memiliki tujuan hidup dan melatih setiap potensi yang dimiliki. Di tempat inilah saya diajarkan untuk bertanggung jawab dan menemukan jati diri saya. Dengan kesempatan yang diberikan bergabung di team musik sebagai Organis saya sudah tampil di berbagai acara dan dilatih oleh Seorang Coach profesional Randy Enos Hallatu menambah wawasan saya di bidang musik.
Demikianlah seharusnya, non scholae sed vitae discimus, belajar bukan untuk sekolah (mendapatkan nilai-nilai akademis semata) melainkan untuk hidup.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H