Saya sendiri tidak tahu apa jadinya, jika saya tidak berlangganan IndiHome. Membayangkannya saja sulit. Kenapa? Selain persoalan jaringan yang menjadi sarana utama dalam bekerja, kemungkinan paling besar adalah terjadinya pembengkakan biaya internet setiap bulannya. Lagi-lagi ini soal kecermatan mengatur pengeluaran bulanan.
Karena itu, sampai sekarang saya masih setia berlangganan IndiHome. Tidak bisa dipungkiri bahwa ada banyak provider lain yang menawari langganan internet dengan harga miring, ditambah diskon yang menarik. Saya (sempat) tergoda, tetapi saya memilih bertahan berlangganan IndiHome. "Saya Ber-IndiHome, maka Saya Ada", kata saya menyitir ungkapan Descartes.
Sampai-sampai tetangga rumah yang sudah berganti provider lain selain IndiHome, sering menggoda dengan menyebut saya sebagai fans fanatiknya IndiHome. Saya tersenyum mengiyakan.
**
Kali ini, anak saya (7th) yang ketagihan video call dengan kakeknya di kampung. Kurang lebih 3 hari sekali, ia menelepon mbah Kung dan bersendau gurau. Dan, saya meyakini kedekatan mereka menjadi sebuah keajaiban yang tak terduga. Ini semua karena keterhubungan internet IndiHome yang sama-sama kami gunakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H