Duuh biyuuung...
Berkali-kali hape berdering mengabari bapak semakin kritis
Kamu panik, semakin panik. Wajahmu tertunduk lesu
Untunglah, barisan pengantri rela memberikan tempatnya terlebih dahulu
Terima kasih. Terima kasih banyak, ucapmu dengan haru.
Setelah didapatnya tabung berisi penuh oksigen, kemudian dipanggulnya dan kamu pun berlari setengah kesetanan. Terus berlari dan berlari dengan penuh harapan.
Hapenya berdering kembali. Dan terdengar suara lirih ibunya: Iklaskan bapak ya Nak.
Ia pun terhenti, di depan sebuah musala
Diam menekur diri.
Depok, dari tujuh bulan yang lalu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H