Mohon tunggu...
Yohanes Budi
Yohanes Budi Mohon Tunggu... Human Resources - Menulis kumpulan cerpen "Menua Bersama Senja" (2024), Meminati bidang humaniora dan pengembangan SDM

https://ebooks.gramedia.com/id/buku/menua-bersama-senja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Fabel: Coki, Sang Pejuang!

7 Januari 2021   13:34 Diperbarui: 7 Januari 2021   13:38 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam kelelahan, Coki teringat kata-kata ibunya. "Kalau kamu sedang jatuh, ingatlah tujuan kenapa kamu melakukannya!" Coki teringat janjinya sendiri untuk bisa menaklukan puncak. 

Ia merambat dengan sepenuh tenaga menuju tanjakan keempat. Meski sinar matahari semakin panas menyengat tubuhnya, Coki sudah tak peduli lagi. Dengan mantap, ia terus merambat dan merambat. Hingga di tanjakan keempat. Coki berhenti sesaat, menengok ke sekeliling, tidak ada apa-apa. Aman, pikir Coki. 

Maka Coki segera merambat lagi hendak melewati tanjakan keempat. Tiba-tiba terdengar suara sangat keras, "plethaak...". Pelepah daun pisang tempat Coki berdiri, patah. Coki kaget, tapi terlambat. Tubuh Coki meluncur ke bawah mengikuti pelepah daun pisang, sampai ke ujung daun. Untunglah tangan Coki sudah terlatih. Dengan susah payah, segera diraihnya pelepah daun pisang yang lebih kuat. Coki tak mau perjuangannya sia-sia. Ia terus berupaya maju, merambat dan merambat.

Coki belum menyerah. Coki kembali mengumpulkan tenaga, kemudian merangkak, merambat dan terus merambat. Coki terus merambat. Sekarang yang ia lawan adalah dirinya sendiri.  Ia lawan kelemahan tubuhnya. Ia lawan keputusasaannya. Sampai akhirnya, Coki berhasil merangkak naik, tepat begitu pelepah daun pisang itu benar-benar patah dan jatuh ke tanah, Coki telah sampai di tanjakan keempat. Coki lega. Ia tak menyangka bisa berhasil sampai saat ini.

Matahari sedang terik-teriknya. Coki berhenti sejenak. Ditariknya ujung pelepah daun pisang, lalu Coki meminum tetesan embun yang hampir menguap terkena sinar matahari. Bagi Coki, cukuplah tetesan embun itu sangat melegakannya.

Kini Coki berada di tanjakan keempat. Tanjakan terakhir sebelum puncak. Coki sangat senang dan bergairah. Buah jantung bakal buah pisang sedang mekar ranum. Warnanya indah sekali. Ingin rasanya, Coki berdiam diri sejenak untuk menikmati keindahan tersebut. 

Namun, Coki segera sadar. Ia harus menyelesaikan misinya. Maka, Coki bersiap-siap menuju puncak. Langkahnya sudah mulai terasa ringan. Ia membayangkan betapa bangga orangtuanya saat melihat Coki berhasil mencapai puncak. 

Ujung puncak sudah kelihatan. Coki makin bersemangat. Anehnya, suasana sangat sepi. Tiba-tiba saja, Coki merasakan kesejukan menerpa tubuhnya. Di tengah kelelahan itu, desiran angin sangat menyejukkan bagi Coki. Hanya saja, Coki mulai sadar, desiran angin yang menerpa tubuhnya semakin lama semakin kencang. Bahkan batang pisang tempatnya berpijak mulai bergoyang. 

Coki mulai khawatir. Jangan-jangan akan ada badai. Benar saja. Suara menderu-deru angin bergulung mengombak di seputaran puncak. Tiupan angin semakin kencang. Coki kedinginan. Tubuhnya menggigil. Tangan dan kakinya makin erat dicengkeramkan di dahan. Tubuhnya ikut bergoyang ke kiri dan ke kanan, begitu kerasnya. Tubuh Coki hampir terpental. Tapi untunglah, Coki segera bisa menguasai diri. 

Hingga akhirnya, angin mulai mereda. Mata Coki tampak sembab menahan angin. Tubuhnya menggigil kedinginan. Puncak sudah di depan matanya. Coki hampir menangis, tapi ditahannya. Coki merangkak perlahan dan ... akhirnya Coki benar-benar sampai di puncak. 

Ia melihat ke bawah. Orangtuanya yang tampak kecil di bawah sana, terlihat melambai-lambaikan tangannya. Tangis Coki membuncah. Perjuangannya tidak sia-sia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun