Membicarakan Luna, seolah tidak ada batasnya. Hampir setiap hal, penting atau gak penting, yang ia lakukan menjadi santapan media. Dan, kita membacanya dengan beragam makna. Namun, kali ini Luna, yang akting terluka, kena batunya. Tepatnya, bagi orang-orang yang tidak jernih menerjemahkan suatu fenomena. Akibat salah tafsir, hoax menjalar ke mana-mana, termasuk ke orangtua Luna sendiri. Untunglah, Luna berhasil menyelesaikan berita-berita bohong tersebut dengan menguraikan fakta yang sebenarnya. Bahwa, luka di raut wajahnya hanya make up dalam pementasan drama. Apa yang terlihat terkadang tidak seperti yang terlihat.
Pesan “Luka Luna” garapan sutradara Asa Jatmiko dan produksi Balai Budaya Rejosari ini sangat jelas, yakni mau mengingatkan pentingnya Menjaga Indonesia dengan bersikap bijak dalam bermedia sosial.
Tema “Menjaga Indonesia” dalam event Digital Movie Competition (DMC) 2020 ini diikuti oleh 110 karya, dengan jumlah 95 karya film pendek yang lolos seleksi. Para Dewan Juri yang diketuai oleh sutradara Lola Amaria, menetapkan film pendek berjudul “Putus” dan “Jejak” sebagai juara satu dan dua, serta “Luka Luna” sebagai juara ketiga.
Abdul Azis, sang sutradara film pendek “Putus” produksi Karangtaruna 03 XI berhasil meramu cerita dengan apik, sederhana, dan realistik. Adalah seorang Zidan, seorang youtuber amatir, yang terkecoh setelah membaca judul sebuah berita kalau jaringan internet di desanya akan diputus. Maka, hebohlah warga desa yang terprovokasi oleh potongan berita tersebut.
Bayangan akan kehilangan mata pencaharian dan penghasilan (dari internet) membuat mereka panik. Untunglah ada Iki, seorang mahasiswa yang cukup nalar, berhasil meluruskan kesimpangsiuran berita tersebut.
Jaringan internet memang diputus, tapi dalam rangka perbaikan, bukan untuk seterusnya. Menjaga Indonesia sepatutnya dimulai dari hal yang sederhana, teliti dalam membaca berita. Peka literasi sesungguhnya kemampuan memahami isi secara utuh sebuah berita atau narasi.
Ali Mulyawan dalam film “Jejak” yang diproduksi oleh First Hand menyambut ajakan Menjaga Indonesia sesuai dengan butir ketiga Pancasila, Persatuan Indonesia. Perasaan senasib dan sama rasa dalam menikmati kemajuan teknologi, termasuk untuk anak-anak di daerah perbatasan.
Melalui tokoh Ibu dan Rara, konten-konten edukatif dan pembelajaran yang mereka buat, akhirnya bisa dinikmati oleh banyak orang, juga mereka yang berdomisili di perbatasan. Internet sungguh-sungguh dimanfaatkan secara tepat guna, demi menunjang majunya peradaban sekaligus meningkatkan pendapatan.
DMC 2020 yang diselenggarakan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI), serta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mengingatkan agar kita terus terlibat dengan penuh semangat: Menjaga Indonesia. Keterlibatan para juri yang handal turut menambah bobot film-film pendek yang dikurasi menjadi lebih qualified. Tim juri digawangi oleh Lola Amaria (Ketua Dewan Juri, Aktris sekaligus Sutradara), Teuku Rifnu (Aktor), Rommy Fibri Hardiyanto (Ketua LSF), Benny Benke (Jurnalis dan Penyair), dan Fadhilah Mathar (BAKTI Kementerian Kominfo).
Pada akhirnya, kita menjadi percaya bahwa keterbatasan dan hempasan pandemi tidak menyurutkan langkah untuk tetap berkarya, sambil terus berikhtiar Menjaga Indonesia. Karya-karya seni, melalui film-film pendek yang edukatif bisa menjadi oase menumbuhkan kecintaan pada Indonesia, sekaligus Menjaga Indonesia tetap agung lestari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H