Mohon tunggu...
Yohanes Budi
Yohanes Budi Mohon Tunggu... Human Resources - Menulis kumpulan cerpen "Menua Bersama Senja" (2024), Meminati bidang humaniora dan pengembangan SDM

https://ebooks.gramedia.com/id/buku/menua-bersama-senja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketidakjujuran yang Mematikan

30 Maret 2020   08:29 Diperbarui: 31 Maret 2020   13:24 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: akasara.com

Alkisah Raden Sumantri memiliki seorang adik sakti mandraguna bernama Sukrasana. Atas permintaan Prabu Sasrabahu, Sumantri diperintahkan untuk memindahkan Taman Sriwedari di Gunung Untarayana ke Maespati, lengkap dengan sungai yang mengalir.

Alih-alih Sumantri menyanggupinya, Sumantri merasa sedih karena tak mungkin melakukannya sendiri. Jatuhlah iba Sukrasana terhadap kesedihan Sumantri. Sukrasana  menyanggupi permintaan kakaknya, asalkan dengan satu syarat:  ia diperbolehkan ikut bersama-sama kemanapun Sumantri pergi.

Sumantri menyanggupi. Dan, dalam sekejap, Sukrasana memindahkan Taman Sriwedari seperti titah raja. Sumantri dipuja-puji. Sayangnya, di sinilah terjadinya awal tragedi. Saat dikabari kalau Sasrabahu hendak inspeksi Taman Sriwedari, Sumantri melarang adiknya untuk menampakkan diri.

Mengapa? Sumantri malu karena Sukrasana buruk rupa. Sukrasana bersikeras untuk ikut menemui Prabu Sasrabahu. Sumantri marah dan menghunus senjata cakra untuk menakuti-nakuti adiknya, meski akhirnya takdir berkata lain. Senjata panah cakra melesat dengan cepat menghunjam tubuh Sukrasana dan membunuhnya.

Lain pula alkisah dari Kerajaan Kalingga, di Jawa Tengah, Ratu Sima, abad 7M, yang dikenal karena ketegasannya menegakkan aturan kerajaan. Rakyatnya sangat patuh dan jujur. Hal ini membuat penasaran raja Da-zi dari dataran Tiongkok. Ia menguji kepatuhan rakyat Kalingga, dengan meletakkan tas berisi sejumlah uang di perbatasan kerajaan. Benarlah seperti mitos yang viral di penjuru negeri. Tas berisi uang tersebut tetap di tempatnya, tak bergeser sedikitpun, bahkan uangnya tetap utuh di tempatnya.

Hingga suatu saat sang Putra Mahkota dari Ratu Sima justru tergoda untuk mengambilnya, hingga membuat Ratu Sima murka. Putra Mahkota dihukum potong jari kakinya.

Begitulah seni Ratu Sima membentuk kejujuran rakyatnya dengan disiplin nan keras.

**

Jujur atau tidak jujur, bukanlah area abu-abu (grey area).  Tapi memang manusia selalu kreatif membuat pilihan lain. Lha, kalau tidak jujur untuk kebaikan bukankah diperbolehkan? Apa contohnya? Para orangtua (tidak semua) mencontohkan saat anaknya meminta sesuatu, mereka tidak langsung mengabulkannya dengan alasan belum punya uang. Padahal, uang ada. Tetapi, “ketidakjujuran” orangtua kepada anaknya semata dimaksudkan untuk mendidik bahwa untuk mendapatkan sesuatu perlu kerja keras. Bisa juga dengan alasan melatih anak berhemat. Atau alasan-alasan lain yang masuk akal menurut versi orangtua.

Jadi, tidak jujur, boleh?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun