Ki Ageng Suryomentaram menghabiskan sisa hidupnya di desa, hidup sederhana bersama rakyat biasa. Ia meninggal pada tahun 1962, tetapi pemikiran dan ajarannya terus dikenang sebagai bagian penting dari filsafat Jawa yang memberikan panduan moral dan spiritual bagi generasi masa kini.
Dengan melepaskan statusnya sebagai bangsawan dan memilih hidup sebagai rakyat biasa, Ki Ageng Suryomentaram menunjukkan bahwa makna kehidupan sejati tidak ditentukan oleh harta atau jabatan, melainkan oleh pemahaman mendalam atas diri sendiri dan kontribusi terhadap kebahagiaan orang lain.
Apa Itu Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram?
Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram lahir dari pemikiran seorang filsuf Jawa yang juga anggota keluarga Keraton Yogyakarta. Ia dikenal dengan pandangan filosofisnya tentang "ngelmu kawruh jiwa," atau ilmu jiwa yang bertujuan untuk memahami diri manusia secara mendalam.
Ki Ageng Suryomentaram percaya bahwa kebahagiaan sejati bukan berasal dari materi atau jabatan, melainkan dari pengenalan diri dan kemampuan mengendalikan hawa nafsu. Dalam ajarannya, ia membedakan antara "aku sejati" (jiwa yang murni) dan "aku palsu" (jiwa yang terpengaruh oleh nafsu duniawi). Fokus dari kebatinan ini adalah bagaimana seseorang bisa mengenali "aku sejati" dan menjalani hidup yang selaras dengan nilai-nilai luhur.
a. Kesederhanaan hidup
Gaya hidup yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan dasar dengan cara yang bijaksana, tanpa berlebihan, dan menghindari sikap materialistis. Kesederhanaan hidup tidak hanya berkaitan dengan aspek materi, tetapi juga mencakup sikap mental dan spiritual, seperti rasa syukur, kepuasan dengan apa yang dimiliki, dan pengelolaan sumber daya secara efektif.Â
b. Kejujuran
Sikap dan perilaku yang mencerminkan keterbukaan, kebenaran, dan ketulusan dalam bertindak, berbicara, atau berhubungan dengan orang lain. Seseorang yang jujur selalu berusaha untuk mengatakan dan melakukan hal yang benar sesuai dengan fakta atau kenyataan, tanpa ada niat untuk menipu, menyembunyikan, atau memanipulasi.
c. Pengendalian diri
Kemampuan seseorang untuk mengatur dan mengendalikan emosi, pikiran, serta tindakan dalam berbagai situasi, terutama dalam menghadapi godaan, tekanan, atau konflik. Pengendalian diri membantu seseorang membuat keputusan yang bijaksana, bertindak sesuai norma, dan menghindari perilaku impulsif yang dapat merugikan diri sendiri atau orang lain.