Bagaimana Teodise Menjawab Masalah Kejahatan?Â
Dalam sejarah filsafat dan teologi, ada beberapa pendekatan utama dalam teodise yang berusaha menjelaskan kehadiran kejahatan, masing-masing dengan argumen dan implikasinya sendiri.Â
A. Teodise Kehendak Bebas (Free Will Defense)
Pendekatan kehendak bebas menekankan bahwa Tuhan memberikan manusia kebebasan untuk memilih sebagai tanda kasih-Nya. Kebebasan ini penting agar manusia bisa berbuat baik secara tulus, tanpa paksaan. Namun, kebebasan ini juga berarti manusia dapat memilih untuk melakukan kejahatan atau dosa. Dengan kata lain, kejahatan adalah konsekuensi dari kehendak bebas yang Tuhan berikan kepada manusia.
Pendekatan ini menjelaskan bahwa jika Tuhan menghilangkan kehendak bebas untuk mencegah kejahatan, maka Dia juga akan menghilangkan kemampuan manusia untuk mencintai, berempati, dan memiliki pilihan moral. Maka, penderitaan dan kejahatan yang dihasilkan dari pilihan bebas manusia adalah harga yang harus dibayar demi keberadaan kebebasan moral.
B. Teodise Ujian dan Peningkatan Moral (Soul-Making Theodicy)Â
Pendekatan ini menekankan bahwa kehidupan di dunia adalah sebuah proses pengembangan moral dan karakter. Dalam menghadapi penderitaan dan kejahatan, manusia diberi kesempatan untuk memperkuat kualitas-kualitas seperti empati, ketangguhan, dan kasih sayang. Ide ini berpendapat bahwa Tuhan mengizinkan penderitaan karena itu berfungsi untuk meningkatkan kedewasaan rohani manusia.
Contohnya, orang yang mengalami penderitaan sering kali menjadi lebih empati dan pengertian terhadap orang lain yang juga menderita. Jadi, menurut pendekatan ini, kejahatan dan penderitaan adalah bagian dari proses pembentukan jiwa yang membantu manusia mencapai tingkat moral dan spiritual yang lebih tinggi.
C. Teodise Kejahatan AlamiahÂ
Selain kejahatan yang dilakukan oleh manusia, ada pula penderitaan yang terjadi karena peristiwa alam, seperti gempa bumi, banjir, dan wabah penyakit, yang sering disebut sebagai "kejahatan alamiah.Â
D. Teodise Misteri Ilahi (Divine Mystery)