Mohon tunggu...
Yazid Abdullah
Yazid Abdullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penikmat nature

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sikap Tawadhu Hadrotu Syaikh Nawawi Al-Bantani

10 Januari 2025   20:29 Diperbarui: 10 Januari 2025   20:29 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Al-Imaam Al-'Allaamah Asy-Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi al-Bantani at-Tanari asy-Syafi'i (bahasa Arab: ) atau lebih dikenal Syekh Nawawi al-Bantani (lahir di Tanara, Serang, sekitar tahun 1230 Hijriyah atau 1813 Masehi - wafat di Mekkah, Hijaz, sekitar tahun 1314 Hijriyah atau 1897 Masehi) adalah salah seorang 'ulama besar asal Indonesia bertaraf Internasional yang menjadi Imam Masjidil Haram di Saudi Arabia. Ia bergelar al-Bantani karena berasal dari Banten, Indonesia. Ia adalah seorang ulama dan intelektual yang sangat produktif menulis kitab, jumlah karyanya tidak kurang dari 115 kitab yang meliputi bidang ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis. ia adalah ulama terkemuka di tanah Hijaz khususnya dan di dunia islam umumnya.

Pada suatu hari, ia menerima undangan untuk menghadiri suatu pertemuan paripurna musyawarah besar ulama di mesir, Tepatnya di Universitas Al-Azhar Kairo. adapun maksud undangan tersebut yaitu memohon kesediaan Syeikh An Nawawi Al Bantani untuk memberikan penjelasan dan pertanggungjawaban atas ratusan kitab yang telah dikarangnya. selama ini mereka hanya mengenal, melihat, dan membaca serta mempelajari karangan Tuan Syeikh An Nawawi, tetapi belum mengenali dan bertemu dengan orangnya. secara kebetulan pada waktu menerima surat undangan itu, syekh nawawi dan khadamnya yaitu Muhammad Yusuf sedang menyiapkan diri untuk berziarah ke makam Nabi Yusuf as. dan perjalanan dilanjutkan ke 17 negara-negara islam.

setelah menempuh perjalanan yang sangat jauh, tibalah keduanya diluar kota Kairo, keduanya berhenti sejenak kemudian syekh nawawi al bantani memerintahkan khadamnya (pembantu) untuk bertukar pakaian dengannya. pakaian yang di pakai syekh nawawi akan dikenakan oleh pembantunya lengkap dengan tanda-tanda kebesaran seorang ulama. sedangkan syekh nawawi akan menegenakan pakaian pembantunya.

syeikh Nawawi berpesan kepada pembantunya bahwa di dalam rapat nanti, masing-masing berbuat dan bertingkah laku sesuai dengan pakaian yg dikenakannya. Syekh Nawawi memperkenalkan sebagai khodam dan Muhammad Yusuf memperkenalkan dengan nama Syeikh  Nawawi Al Bantani.

Tibalah ditempat yang dinantikan. ketika rapat paripurna dibuka dengan memperkenalkan nama-nama yang hadir kepada Syeikh Nawawi Al Bantani yang palsu yang sedang duduk diatas kursi yang telah disediakan

Ketika Syeikh Nawawi dipersilahkan untuk berbicara, maka Syekh Nawawi yang palsu itu berpidato sebagaimana layaknya ulama besar, hingga sampailah pada kalimat " sesungguhnya saya ini masih terlalu lelah karena baru saja tiba. saya perlu istirahat agar saya dapat melanjutkan perjalanan ke 17 negara Islam. Oleh sebab itu saya berharap, kepada tuan-tuan yang saya hormati, tidaklah keberatan jika saya wakilkan atas pertanggungjawaban ini kepada khadam atau murid saya bernama Muhammad Yusuf yang berdiri di sudut itu". kemudian naiklah sang khodam, yang sesungguhnya adalah Syeikh Nawawi yang asli untuk menyampaikan pertanggungjawaban atas kitab-kitab karangan Syeikh nawawi Al Bantani dihadapan para ulama mesir.

Dalam mendengar dan meyimak pidato pertanggungjawaban dari pembantu palsu itu, para ulama yang hadir terkagum-kagum atas penguasaan hafalan sang khadam terhadap tugas yang dibebankan kepadanya. Bahkan ada yang nyeletuk," ini baru pembantunya bagaimana dengan majikannya? bila beliau sendiri yang mengemukakannya.

pada rapat itu para ulama mesir merasa puas atas pidato pertanggungjawaban tersebut. Tidak ada satupun pertanyaan atau persoalan yang tidak dijawab oleh sang pembantunya.

kemudian setalah sang khodam turun dari mimbar, hadirim memberikan apresiasi tepuk tangan yang sangat riuh. para ulama besar meneyerbu untuk memeluk dan mencium mesra kepada sang khodam palsu tiada hinti-hentinya. dan akhirnya sang khodam berdiri di suatu sudut dan berdiri lagi seperti sedia kala.

dan kita lihat, apakah kesimpulan dan pelajaran yang dapat kita ambil dari kejadian tersebut?

Seorang siswa atau santri harus taat apa yang diperintahkan oleh guru (kiyainya). ia tidak boleh sombong dan congkak bila ditempatkan pada suatu kedudukan tertinggi lagi mulia sekalipun lengkap dengan mengenakan pakaian keagungan gurunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun