Mohon tunggu...
Yayuk Srirahayu
Yayuk Srirahayu Mohon Tunggu... -

I’m a simple mom from an extraordinary boy who love adventure and exploring a new horizon.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Keluarga, Tempat Awal Pendidikan Anak yang Terbaik

29 Juni 2014   14:09 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:18 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Every child is born a genius" (Albert Einstein).

Percayakah jika setiap anak itu dilahirkan cerdas?

Pada saat lahir, otak pusat berpikir bayi hanya berupa sel-sel otak yang jumlahnya lebih dari 100 milyar yang belum tersambung. Sehingga bayi hanya bisa menangis dan belum mempunyai kemampuan dasar untuk bertahan hidup seperti bayi binatang yang telah mempunyai sambungan antar sel otaknya sejak lahir.

Kita, sebagai orangtua diberi kesempatan oleh Tuhan untuk membangun sambungan-sambungan otak ini sehingga berfungsi maksimal. Setiap sambungan sel otak terbangun, berarti konsep baru terbangun dan sebuah kemampuan baru akan dimiliki oleh anak. Setiap sembungan memerlukan bahan baku yaitu makanan yang bergizi dan proses yang berasal dari semua interaksi orang tua, orang-orang di sekitar anak maupun lingkungan yang kontak dengan anak kita. Bila interaksi yang terjadi positif, maka di otak kanan akan terbangun konsep yang positif, dan sebaliknya. Apa yang terbangun ini akan di simpan di pusat ingatan (limbic) sehingga akan mempengaruhi pusat kerja otak berpikirnya di masa depan.

Semua upaya orang tua dalam membangun sambuang sel-sel otak anaknya inilah yang di sebut dengan pendidikan.Kecerdasan dan kesuksesan seorang anak sangat di tentukan oleh bagaimana orang tua mereka mempersiapkan anak menghadapi masa depannya.

Menurut Stefi Siera Ngangi, pemimpin dari KiwiKids Preschool & Kindergarten, Kiwi School, serta Stefie’s House of Creativity, sebagai orang tua kita harus peka dalam melihat bakat anak yang tertanam sejak dini. Bakat itu bisa tumbuh jika mendapatkan fasilitas yang tepat dan lingkungan yang baik untuk sarana belajar.

Bagi Siera, selama mengembangkan tempat pendidikan, ada momen ideal bagi seorang anak untuk dapat masuk ke lembaga pendidikan, yaitu ketika anak sudah mengerti dan mempunyai dorongan dari diri anak sendiri untuk menentukan kesukaannya. Memang, pendidikan yang terbaik adalah inside- out dimana potensi anak yang unik dikenali, dihargai dan dikembangkan.

Sudah menjadi hal yang umum bahwa demi mendapatkan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya, orang tua akan berusaha keras dan bersaing mencari empat pendidikan yang terbaik, terlengkap dan bahkan termahal. Namun, ditengah kesibukan dan kebingunggan mencari tempat yang tepat ini, orang tua sering kali lupa bahwa sebenarnya mereka tidak perlu mencari terlalu jauh dahulu.

Sebab, tempat terbaik untuk memulai pendidikan anak yang sesunggunya adalah apa yang sudah mereka miliki - Keluarga!

Ki Hajar Dewantoro mendifinisikan pendidikan itu sebagai ngerti, ngroso, nglakoni (memahami, merasakan, melakukan). Keluarga dan rumah adalah awal pendidikan terbaik bagi anak-anak kita. Disinilah pertama kali pendidikan diberikan oleh orang tua, yang berkedudukan sebagai guru (penuntun), pengajar dan sebagai pemimpin pekerjaan (pemberi contoh). Tugas orang tua adalah Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani  - ("di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan").

Pendidikan dalam keluarga merupakan pondasi pembentuk watak kepribadian anak. Dalam kehidupan kesehariannya, anak banyak berkumpul dengan keluarga. Segala tingkah laku orang tua akan ditiru oleh anak, sebab mereka adalah peniru yang ulung.

Bila orang tua memberi contoh yang jelek, tidak memberikan kasih sayang yang memadai dan tidak memberikan teladan yang baik, serta jauh dari nuansa agama, maka jangan berharap nanti kedua orang tuanya akan menuai buah hasil yang baik.

Namun apabila kedua orang tuanya memberikan teladan yang baik, saling menghormati, menyayangi, jalinan yang baik sesama anggota keluarganya, tidak bersifat masa bodoh, selalu memberikan contoh yang baik,  maka semua itu juga akan tercetak pada diri anak.

Jadi, sebagai orang tua tidak mengapa bersusah payah mendidik anak dengan benar sejak dia masih bayi, daripada bersusah payah selamanya melihat kegagalan anak kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun