Mohon tunggu...
Yayuk Septyani
Yayuk Septyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Yayuk Septyani, Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pawang Hujan di MotoGP Mandalika, Budaya atau Gimmick?

20 Juli 2022   17:55 Diperbarui: 20 Juli 2022   17:59 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak komentar negatif yang bermunculan di setiap postingan yang mengunggah tentang pawang hujan tersebut, tidak sedikit netizen yang berkomentar tentang hal yang dilakukan ini sangatlah konyol bahkan memalukan di era yang sangat modern ini. Apalagi acara ini sekelas event internasional. 

Akan tetapi, tidak sedikit juga netizen yang membela aksi Mbak Rara, ini budaya katanya, "Negara kita negara yang amat sangat kaya akan budaya, pawang hujan salah satu di antara banyaknya budaya yang ada di indonesia, kita tidak boleh menghina pawang hujan, karena sama saja kita tidak menghargai leluhur kita", salah satu komentar di postingan platform media sosial mengenai pawang hujan.

Budaya Atau Gimmick

Aksi dari pawang hujan sangat menggemparkan dunia maya, hampir di seluruh media sosial sangat ramai dengan berita mengenai pawang hujan ini, terlebih lagi salah satu pembalap yang berhasil naik ke podium kedua yakni Fabio Quartararo yang mencontohkan aksi si pawang hujan sambil tertawa, hal ini memicu komentar para netizen Indonesia, dan bertanya sebenarnya pawang hujan ini "budaya atau hanya gimmick?".

Banyak dari netizen yang beranggapan kalau pawang hujan merupakan salah satu budaya di Indonesia, ritual terkait hujan ini sudah berlaku turun temurun. Masyarakat sebetulnya percaya pada kuasa Tuhan Yang Maha Esa. Namun, ikhtiar atau usaha tetap diperlukan untuk mewujudkan keinginan. Seperti doa yang dipanjatkan oleh si pawang hujan.

Perdebatan di media sosial memang tidak ada yang bisa mengontrol atau  menghentikannya, cuitan bermunculan dengan sangat liar mengenai pawang hujan ini. BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika), selaku penanggung jawab mengenai cuaca, enggan memberi komentar yang lebih lanjut mengenai aksi Mbak Rara si pawang hujan ini. 

Mereka hanya berkomentar, "Kearifan lokal dengan ilmu pengetahuan itu merupakan dua hal yang sangat berbeda, kita tidak bisa membandingkan kedua hal tersebut" ujar Prakirawan Cuaca BMKG Nanda Alfuadi.

Potensi hujan telah terdeteksi sebelumnya oleh tim BMKG, bahwa di Mandalika akan ada potensi turunnya hujan lebat disertai petir saat balapan digelar. 

Maka dari itu BMKG melakukan kerja sama dengan BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) serta TNI AU (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara) untuk menyukseskan event internasional ini dengan mengantisipasi turunnya hujan di Mandalika. 

Mereka telah melakukan modifikasi cuaca untuk mencegah hujan turun tidak lebat di Sirkuit Mandalika dengan cara mengontrol awan-awan.

Adanya statement yang singkat dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika), ini membuat netizen makin bertanya-tanya dan semakin banyak yang menganggap kalau aksi pawang hujan ini hanyalah gimmick semata yang merupakan bagian dari promosi, agar MotoGP ini semakin meriah dan dilirik oleh banyak pasang mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun