Ini bisa berupa sampah-sampah sisa kejayaan masa lampau
yang terus-menerus kita bawa terus sebagai nostalgia tanpa
mau meningkatkan diri. Kita terbekap pada romantisme masa
lalu. Ada seorang artis tua yang setiap saat selalu
menyombongkan kejayaannya. Tapi, tidak mengembangkan
diri pada saat sekarang. Akibatnya? Ia tersisihkan.
*Sampah kelima* adalah sampah pikiran kita.
Banyak pikiran yang membentuk kehidupan Anda sekarang.
Di antara pikiran itu ada yang Anda warisi dan ada pula yang
Anda pelajari. Ada yang bagus, tetapi ada pula yang
menghambat. Sadari sampah pikiran itu, dan belajarlah
membuangnya. Katakan lagi kepada pikiran itu dengan
pikiran lain yang menurut Anda lebih memberdayakan.
Untuk membuang sampah pikiran ini, ada baiknya Anda
mengambil waktu untuk rileks atau bermeditasi sejenak.
Renungkan keyakinan dan nilai-nilai yang Anda hayati.
Cek lagi mana yang baik dan mana yang membuat hidup
Anda makin keropos.
Akhirnya, *sampah terakhir atau keenam* adalah sampah
dosa kita. Timbunan dosa kita bisa membuat kita terjerat.
Efeknya bisa sampai pada kehidupan kekekalan kita.
Sesekali ada baiknya kita menilai pula apa hal-hal keliru dan
'dosa' menurut keyakinan kita yang masih terus-menerus
kita nikmati.
Dalam prayer therapy dikatakan dosa dan dilema atas
kesalahan melawan hati nurani, akhirnya akan menghambat
laju kehidupan kita. Ada pemikiran menarik pula,
jangan sampai dosa menghambat rencana Tuhan yang luar
biasa dalam hidup kita.
Semoga dengan membersihkan sampah kehidupan kita,
hidup kita menjadi lebih bersemangat, lebih damai, dan lebih
optimal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H