Mohon tunggu...
Yayat S. Soelaeman
Yayat S. Soelaeman Mohon Tunggu... Penulis - Berbagi Inspirasi

writer and journalist / yayatindonesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Karakter Kepemimpinan Prabowo Subianto Berdasarkan Weton dan Wuku

25 Oktober 2024   00:06 Diperbarui: 25 Oktober 2024   00:55 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo Subianto dan Presiden Rusia Vladimir Putin (Foto: Kompas.id)

Jakarta -- Prabowo Subianto telah dilantik sebagai Presiden RI ke-8 melalui Sidang Paripurna MPR RI pada Minggu, 20 Oktober 2024. Ia dilantik bersama pasangannya Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka di Gedung MPR/DPR, Jakarta.

Presiden RI periode 2024-2029 itu merupakan tokoh populer sejak berkarir sebagai tentara, khususnya pasukan elite Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD. Selain itu, Prabowo adalah menantu Soeharto, presiden Indonesia yang berkuasa sekitar 32 tahun.

Secara umum banyak orang mengenal Prabowo Subianto. Dalam perjalanan menuju puncak kekuasaan, Prabowo mengalami tiga kali kegetiran dalam kontestasi Pilpres. Ia sekali kalah sebagai calon wapres (pilpres 2009) dan dua kali kalah dari Joko Widodo sebagai calon presiden (pilpres 2014 dan 2029). Baru pada pilpres 2024 ia menang. Artinya, Prabowo telah melalui jalan panjang menuju ke puncak kekuasaan.

Latar belakang militer yang kuat, sering kali membuat publik mengasosiasikannya dengan sifat keras, tegas, dan mungkin cenderung otoriter. Ini karena militer biasanya beroperasi dengan hirarki yang ketat, disiplin tinggi, dan komando yang harus dipatuhi tanpa banyak perdebatan.

Oleh karena itu, wajar jika sebagian orang mengkhawatirkan gaya kepemimpinan Prabowo sebagai presiden mungkin mencerminkan pendekatan militeristik yang keras.

Namun, ada beberapa fakta yang perlu dipertimbangkan sebelum menyimpulkan sifat, kepribadian, dan karakter kepemimpinan Prabowo Subianto.  Pertama, ia tiga kali gagal dalam pemilihan presiden. Setelah kalah, ia menerimanya, dan tidak pernah mengambil tindakan yang menjurus kekerasan dan konflik besar.

Kedua, Prabowo berulang kali membantah dirinya adalah sosok otoriter. Ia justru menyatakan pentingnya menghargai tatanan demokrasi dan mustahil membungkam lawan politik atau merusak kebebasan berbicara. Bahkan setelah menang, ia mengajak lawan politiknya untuk bergabung membangun pemerintahan yang kuat.

Ketiga, Prabowo diyakini menganut filosofi Jawa, termasuk cara pandangnya terhadap demokrasi dan kekuasaan, ini karena latar belakang budaya Prabowo adalah Jawa. Dalam tradisi Jawa, terdapat nilai-nilai seperti nrimo (menerima dengan lapang dada) dan sabar (kesabaran), yang sering kali diaplikasikan dalam menghadapi tantangan.

Nilai-nilai ini, jika diterapkan dalam gaya kepemimpinan, bisa menghasilkan pendekatan yang lebih diplomatis dan kompromis daripada sekadar memaksakan kehendak secara keras. Apabila ditelusuri secara kultural, Prabowo memiliki latar belakang tradisi Banyumasan (Jateng). Sejak lama Prabowo selalu menyatakan dirinya sebagai "wong Kebumen" (asli orang Kebumen).

Ayah Prabowo, yaitu Sumitro Djojohadikusumo, yang dikenal sebagai ekonom senior, mantan menteri, dan akademisi di Fakultas Ekonomi (FE) UI, juga selalu bangga menyatakan bahwa dirinya adalah orang Banyumas, yang disebutnya suka ngomong blak-blakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun