Mohon tunggu...
Yayat S. Soelaeman
Yayat S. Soelaeman Mohon Tunggu... Penulis - Berbagi Inspirasi

writer and journalist / yayatindonesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Swiss Perkasa Ketika Italia Tampil Buruk dan Dijauhi Keberuntungan

30 Juni 2024   06:44 Diperbarui: 30 Juni 2024   14:03 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Luciano Spalletti blunder merotasi pemain kunci dan ubah formasi (https://football-italia.net)

Benarkah Italia kini dijauhi 'Dewi Fortuna'? Mengapa keberuntungan tidak menaungi Italia ketika disingkirkan Swiss di babak 16 besar Euro 2024 di Olympiastadion Berlin, Sabtu (29/6/2024)? Apakah karena Luciano Spalletti tidak seberuntung, tidak memiliki keyakinan dan sikap yang teguh sebagaimana Enzo Bearzot, Marcello Lippi atau Roberto Mancini?

Jauh di tahun-tahun sebelumnya, pelatih Enzo Bearzot dengan gemilang membawa Paolo Rossi dan kawan-kawan meraih trofi Piala Dunia 1982, lalu Marcelo Lippi juga sukses meraih trofi Piala Dunia 2006, sedangkan empat tahun lalu, Roberto Mancini berhasil meraih trofi Euro  2020.

Kekalahan Italia dari Swiss 2-0 jelas menyesakkan publik Italia, apalagi 'Si Biru Langit' lebih diunggulkan untuk melaju ke babak delapan besar Euro 2024. Rekor mereka lebih dari cukup untuk memberi keyakinan kepada para pemain untuk mempertahankan gelar Euro 2020. Rekor Italia atas Swiss meyakinkan, 29 kali menang dan hanya kalah delapan kali.

Dalam tiga kali pertemuan terakhir, yaitu di Euro 2020 dan Piala Dunia 2022, Italia menang 3-0 dan dua kali bermain imbang. Hanya saja kali ini, rekor pertemuan yang bagus dan faktor keberuntungan yang selama ini menaungi Gli Azzurri tidak mampu menghindarkan Italia dari kekalahan, dan mereka gagal mengulang kesuksesan meraih trofi Piala Eropa empat tahun lalu.

Benarkah alasan kekalahan Italia dari Swiss karena faktor keberuntungan yang menjauh dari Italia? Atau kekalahan tersebut murni karena secara teknis timnas Swiss lebih kuat? Lalu apa yang dapat dianalisis dari hasil pertandingan Swiss melawan Italia yang berakhir 2-0?


Jauh dari keberuntungan? 

Olympiastadion Berlin merupakan tempat bersejarah bagi Italia. Stadion itu menjadi saksi kegemilangan Italia menjuarai Piala Dunia 2006. Namun ketika melawan Swiss, pasukan Gli Azzurri tidak mampu menunjukkan level sebagai timnas negara Eropa tersukses.

Lebih buruk lagi, sejak babak penyisihan grup Euro 2024, Italia selalu tampil buruk, hanya menang tipis dari Albania, kalah dari Spanyol, dan bermain imbang melawan Kroasia. Ketika melawan Swiss, mereka tetap bermain buruk, bahkan mungkin dijauhi keberuntungan.

Pengakuan pelatih Luciano Spalletti bahwa timnya bermain buruk di babak penyisihan dan para pemainnya belum tampil di level terbaiknya sepertinya tidak memberikan arti apa-apa. Meskipun Spalletti menyatakan bahwa Italia harus membuktikan kapasitasnya sebagai salah satu timnas raksasa Eropa, ternyata pada kenyataannya di lapangan, Italia menjadi pecundang di hadapan Swiss.

Koordinasi buruk bek-tengah Alessandro Bastoni dan Mancini (Foto Reuters)
Koordinasi buruk bek-tengah Alessandro Bastoni dan Mancini (Foto Reuters)

Spalletti bahkan hanya berharap para pemainnya menemukan identitas permainan filosofi khas Italia, yaitu bermain tangguh di belakang, kuat dalam menutup setiap ruang permainan, dan tajam ketika melakukan serangan balik.

Pernyataan dan pengakuan Spalletti itu sesungguhnya menyiratkan beratnya beban yang harus ia dan pemainnya tanggung, sekaligus  mengindikasikan tidak adanya kepercayaan diri menghadapi Swiss. Ketika Spalletti berharap tuah Olympiastadion Berlin tahun 2006 memberi keberuntungan ganda, Italia justru menjadi sebuah tim yang gagal.

Ketika pelatih Italia Enzo Bearzot, Marcelo Lippi, dan Roberto Mancini dinilai memperoleh keberuntungan saat sukses meraih gelar mayor, seharusnya Spalletti mengesampingkan bayang-bayang keberuntungan itu, karena seorang pelatih sepak bola profesional tingkat dunia tidak boleh tergantung pada keberuntungan.

Keberuntungan tidak bisa diandalkan dalam dunia sepak bola profesional. Sangat mungkin Spalletti terjebak dengan keyakinan bahwa keberuntungan pada saatnya akan menghampirinya, sehingga ia lengah dan tidak sungguh-sungguh mempersiapkan timnya secara teknis.

Spalletti mungkin lupa bahwa sikap demikian amat berbahaya. Ia lupa bahwa keberuntungan hanya datang di waktu yang tepat, datang dengan sendirinya, dan tidak pernah direncanakan. Ia lupa bahwa faktor keberuntungan tidak mungkin datang atas kemauan sendiri, dan keberuntungan seharusnya tidak dijadikan sandaran kesuksesan di dunia sepak bola profesional.

Pakar keuangan dari Universitas Maryland, AS, Profesor David Kass mengatakan, faktor keberuntungan memang memainkan peran penting dalam keberhasilan manusia. Namun ia juga menekankan pentingnya bersungguh-sungguh, bekerja keras, dan bersikap rendah hati, karena keberuntungan akan datang tanpa diketahui. Manusia, katanya, harus menghargai kontribusi orang-orang yang bekerja keras, dan hal itu adalah momen kritis dalam persoalan keberuntungan.

Mengubah Formasi 4-2-3-1

Ketika timnas Italia dijauhi keberuntungan, sebenarnya, hanya strategi dan taktik pelatih yang tepat dan kekuatan para pemain yang seharusnya menjadi andalan untuk bertarung di lapangan hijau.

Luciano Spalletti blunder merotasi pemain kunci dan ubah formasi (https://football-italia.net)
Luciano Spalletti blunder merotasi pemain kunci dan ubah formasi (https://football-italia.net)
Namun ada yang mengejutkan ketika Luciano Spalletti merombak susunan pemain dan mengubah formasi permainan saat menghadapi Swiss. Setidaknya lima pemain baru menjadi starter saat menghadapi Swiss, yaitu Stephan El Shaarawy, Nicolo Fagioli, Bryan Christante, Matteo Darmian, dan Gianluca Mancini. Kelimanya menggantikan Lorenzo Pellegrini, Davide Frattesi, Jorginho, Ricardo Calafiori, dan Frederico Dimarco.

Ketiadaan Ricardo Calafiori yang selalu berduet dengan Alessandro Bastoni meninggalkan celah yang rawan, dan berhasil dimanfaatkan para gelandang dan penyerang Swiss dengan umpan-umpan terobosan menusuk ke kotak penalti. Mancini yang menggantikan Calafiori gagal menjalin kerja sama solid dengan Bastoni.

Keputusan Spalletti mengubah formai 4-2-3-1 menjadi 4-3-3 juga patut diperdebatkan, karena dengan menghilangnya Jorginho di posisi defensive-midfielder membuat Nicolo Barella bekerja sendirian di daerah berbahaya. Mengubah pakem double-pivot khas Italia juga membuat barikade di depan kotak 16 menjadi terbuka dan dan mudah ditembus lawan.

Masuknya Stephan El Shaarawy, Nicolo Fagioli, dan Bryan Christante dalam starting eleven juga terlihat tidak berhasil menghadirkan perubahan yang berarti, justru sebaliknya, setiap kali menguasai bola, para gelandang dan penyerang Italia seperti tidak tahu harus melakukan apa. Belum ada kerja sama dan saling pengertian yang padu.

Tidak bisa dipungkiri, buruknya permainan Italia saat dikalahkan Swiss, salah satu penyebabnya adalah hilangnya para pemain kunci mereka, yaitu Ricardo Calafiori dan Frederico Dimarco di jantung pertahanan, Jorginho (gelandang bertahan), dan duet attacking-midfielder Lorenzo Pellegrini dan Davide Frattesi.

Masuknya super-sub Mattia Zaccagni di awal babak kedua menggantikan Stephan El Shaarawy juga tidak mengubah keadaan. Italia terus mendapat tekanan. Ketiadaan Pellegrini membuat Zaccagni justru harus turun ke tengah untuk memperoleh bola.

Swiss Layak Menang

Namun di balik keputusan meragukan pelatih Italia Luciano Spalletti mengubah formasi permainan menjadi 4-3-3 dan mengganti beberapa pemain kunci, Swiss memang layak menang karena bermain sangat solid, kuat dalam bertahan dan berhasil memanfaatkan celah di daerah pertahanan Italia melalui umpan-umpan terobosan ke kotak penalti.

Tidak berlebihan apabila keberhasilan Swiss menyingkirkan juara bertahan Euro 2020 itu berkat kejelian pelatih Murat Yakin yang melakukan pergantian kunci yang membuat serangan mereka lebih tajam.

Ruben Vargas mengoyak pertahanan buruk Italia (Foto: www.foxnews.com)
Ruben Vargas mengoyak pertahanan buruk Italia (Foto: www.foxnews.com)
Dengan formasi andalannya 3-4-3, Murat Yakin mengubah sedikit susunan pemain mereka dibanding melawan Jerman. Wing-back kanan Dominic Widmer yang lebih kuat dalam bertahan duduk di bangku cadangan, dan posisinya diganti Fabian Rieader yang lebih agresif dan memiliki daya serang yang besar. Sedangkan posisi Reader sebagai gelandang serang diisi Ruben Vargas.

Daya gempur Swiss menjadi lebih berat dan berbahaya. Striker Breel Embolo seperti hantu yang sulit dijaga oleh Mancini maupun Bastoni, sedangkan Dan Ndoye, Ruben Vargas, dan Remo Freuler setiap saat bisa menusuk bergantian ke kotak penalti untuk menyambut umpan-umpan terobosan yang membelah pertahanan Italia.

Granit Xhaka juga mampu menstabilkan lapangan tengah, sehingga serangan Italia selalu gagal mengancam gawang Swiss. Dua gol Swiss dicetak Remo Freuler menit ke-37 ketika dia menusuk ke kotak penalti untuk menerima umpan terobosan Ruben Vagas, dan tendangannya gagal dihadang kiper Donnarumma.

Kemudian di awal babak kedua, giliran Ruben Vargas yang mencatatkan namanya sebagai pencetak gol. Umpan terobosan dari wing-back kiri Michel Aebischer ke kotak penalti berhasil dikuasai Vargas, lalu tanpa hambatan melakukan tendangan keras yang gagal dibendung Donnarumma. Swiss 2-0 Italia.

Meskipun Italia terus berusaha membalas gol dan melakukan beberapa pergantian pemain, namun para pemain Swiss seara tim benar-benar sudah memiliki kepercayaan diri tinggi, dan berhasil menahan tekanan Italia.

Secara statistik, Swiss tampak lebih agresif dan lebih sering mengancam gawang Italia dengan 16 tembakan dan empat tepat sasaran, sedangkan Italia hanya mampu melepaskan 10 tembakan dengan hanya satu kali yang tepat sasaran. Meskipun Italia unggul penguasaan bola dengan 52 persen berbanding 48 persen, namun saat menguasai bola Swiss bermain lebih tajam dan berbahaya. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun