Mohon tunggu...
Yayat S. Soelaeman
Yayat S. Soelaeman Mohon Tunggu... Penulis - Berbagi Inspirasi

writer and journalist / yayatindonesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Wahai Italia, Lupakan Catenaccio dan Jangan Lagi Berharap Keberuntungan!

28 Juni 2024   19:20 Diperbarui: 29 Juni 2024   07:15 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Duel final Piala Dunia 1982 itu berakhir dengan kesuksesan Gli Azzurri menggilas Tim Panser 3-1. Magis Paolo Rossi kembali membawa tuah bagi Italia ketika dia mencetak gol pembuka sekaligus gol keenamnya di turnamen ini. Dua gol lagi dicetak Marco Tardelli dan Alessandro Altobelli. Sedangkan satu gol hiburan Jerman Barat dicetak Paul Breitner.

Pada final PD 1982 itu terbukti lagi betapa sulitnya menundukkan kehebatan lini pertahanan Italia yang digalang stopper Claudio Gentile dan sweeper Gaetano Sciera. Paul Breitner, Peter Briegel, Hansi Muller, Karl-Heinz Rummenigge, dan Klaus Fischer gagal menembus pertahanan Italia. Bahkan bintang Pierre Littbarski redup, tidak berdaya, karena ke sisi lapangan mana pun ia mencari ruang, Gentile terus membayanginya.

Rintangan Swiss dan Inggris

Tentu tidak pada tempatnya bagi pelatih Luciano Spalletti untuk menerapkan taktik Catenaccio saat melanjutkan kiprah mereka di arena Euro 2024, terutama menghadapi rintangan pertama, Swiss. Spalleti juga seharusnya tidak bermimpi akan menerima naungan keberuntungan seperti Enzo Bearzot saat memimpin tim PD 1982.

Timnas Swiss (Foto: Getty Images)
Timnas Swiss (Foto: Getty Images)
Namun dengan jujur ia mengakui sangat beruntung saat melawan Kroasia. Ia mengaku tidak memiliki harapan saat tertinggal 0-1, dan waktu telah memasuki perpanjangan waktu. Dan ia terkejut dengan reaksi dan tekad pemain yang tidak menyerah sehingga berhasil mencetak gol di menit akhir melalui Mattia Zaccagni.

Spalleti jelas tahu, yang dibutuhkan timnya saat menghadapi Swiss dan lawan-lawan selanjutnya adalah memperkuat pertahanan. Dari tiga kali penampilan di babak grup, Italia selalu kebobolan lebih dulu melawan Albania, Spanyol dan Kroasia.


Pelatih Spalleti selalu setia dengan formasi 4-2-3-1, dan formasi itu jika dicermati, sesungguhnya merupakan modifikasi dari taktik Catenaccio. Setidaknya, Italia selalu familiar dengan dua defensive midfielder atau yang populer disebut double-pivot. Perbedaan taktik Catenaccio dengan formasi 4-2-3-1 adalah hilangnya fungsi sweeper atau libero.

Namun hal yang logis tidak diterapkannya taktik Catenaccio karena Luciano Spalletti tidak memiliki pemain bertahan yang tangguh dan memiliki disiplin keras layaknya Claudio Gentile dan Gaetano Scirea. Atau setidaknya sekelas Fabio Cannavaro, Franco Baresi, Paolo Maldini, Alessandro Nesta dan Alessandro Costacurta.

Meskipun selama berpuluh-puluh tahun sepak bola Italia selalu dibangun dari lini pertahanan lebih dulu, namun dengan perkembangan sepak bola modern yang memainkan gaya total-football, ketika semua pemain sangat cair dan seringkali bertukar-posisi, gaya bermain bertahan 'gerendel ala Italia' yang menerapkan man-to-man-marking menjadi kehilangan fungsi.

Namun ada hal lain, Jerman adalah tempat yang memberikan kenangan indah dan membanggakan bagi Italia ketika tahun 2006 merengkuh trofi Piala Dunia yang keempat bagi mereka setelah menyingkirkan Perancis. Nama-nama besar menghiasai tim PD 2006 Italia saat itu.

Kiper Gianluigi Buffon, deretan pemain belakang tangguh Gianluca Zambrotta, Fabio Cannavaro, Marco Materazi, dan Gennaro Gatusso, sementara Andrea Pirlo, Francesco Totti, dan Alessandro Del Piero menjadi gelandang dan penyerang yang berada di level tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun