Mohon tunggu...
Yayat S. Soelaeman
Yayat S. Soelaeman Mohon Tunggu... Penulis - Berbagi Inspirasi

writer and journalist / yayatindonesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Gagalnya Shin Tae-yong Fungsikan Marselino Ferdinan sebagai Deep-Lying Playmaker

10 Mei 2024   04:11 Diperbarui: 14 Mei 2024   11:37 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Andrea Pirlo, Maestro Deep-Lying Playmaker (Foto: X.com)

Pemain ini harus mengalirkan bola dari belakang dengan cepat, dengan umpan-umpan akurat, dan tidak boleh gagal! Melalui pemain ini transisi dari bertahan ke menyerang berjalan lebih cepat. Namun pemain tipe ini harus berpikir dua kali untuk masuk ke kotak penalti lawan, hal ini karena ia bertanggung jawab menjadi benteng pertama ketika timnya kehilangan bola. Inilah yang menyulitkan posisi Marselino. Tentu saja, tanpa ada Marselino, maka ketajaman Struick dan Witan Sulaeman hilang. 

Karena itu, tanpa menyadari bahwa Marselino tidak bermain di posisi terbaiknya sebagai gelandang agresif, jutaan penggemar sepak bola Indonesia bisa menyaksikan betapa tidak lepasnya permainan Marselino, sering ragu, kadang-kadang egois, dan kerja sama yang tajam dan indah dengan Struick dan Witan benar-benar tidak terlihat.

Komposisi Tiga Bek

Apabila dianalisis lebih mendalam, STY juga sepertinya keliru dalam meracik komposisi pemain tiga bek sejajar saat melawan Guinea, sehingga jantung pertahanan Indonesia selalu terancam karena para pemain melakukan berbagai kesalahan yang benar-benar mendasar. Harus diakui secara jujur, Guinea seharusnya menang lebih dari dua gol.

Nathan Tjoe-a-on gagal perankan center-back (Foto: PSSI)
Nathan Tjoe-a-on gagal perankan center-back (Foto: PSSI)
Komposisi trio center-back Komang Teguh (kiri), Nathan Tjo-a-on (tengah) dan Muhammad Ferarri (kanan) benar-benar tidak mampu bekerja sama dengan solid. Berkali-kali ketiganya melakukan salah oper, penempatan posisi yang tanggung, dan ketika terjadi serangan balik, ketiganya tidak hadir, sehingga Witan terpaksa menjegal pemain di kotak penalti, dan menjadi satu-satunya gol yang tercipta.

Cukup mengherankan ketika STY menempatkan Nathan Tjo-a-on di tengah, padahal ia adalah pemain left full-back/left wing-back. Komang Teguh juga seharusnya ada di posisi center-back kanan sebagaimana biasanya, sedangkan  Muhammad Ferarri lebih tepat yang berada di tengah karena ia adalah kapten timnas U20 yang berpengalaman sebagai bek tengah.

Namun bagaimanapun, pertandingan melawan Guinea telah selesai, dan mereka harus diakui lebih berhak menang. Guinea unggul secara statistik, juga unggul secara fisik dan mental, sebaliknya Indonesia kehilangan dua pilar utama di pertahanan. Bagaimanapun, timnas U23 Indonesia secara fisik dan mental tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk mengalahkan Guinea. 

Para pemain dan pelatih Indonesia U23, secara fisik dan mental, sepertinya sedang dilanda kelelahan yang luar biasa, seperti juga dikakui oleh STY. Bagaimanapun, enam kali bertanding terus menerus dalam tiga pekan terakhir Piala Asia U23, telah menguras fisik dan mental pemain.

Bandingkan dengan Guinea yang sudah lebih dahulu menyelesaikan turnamen Piala Afrika U23 pada Juli 2023 lalu ketika kalah dari Mali dalam perebutan tempat ketiga. Hampir setahun yang lalu! Lebih dari itu, ekspektasi tinggi dari penggemar sepak bola Indonesia juga diyakini turut memberikan tekanan berat kepada ofisial dan pemain.

Tekanan pikiran, emosi/perasaan dan kelelahan fisik tampaknya amat mengganggu kesehatan mental para pemain, termasuk STY sebagai pelatih utama. Kesehatan mental menjadikan respon dan pengambilan keputusan tidak tepat, fokus dan pengamatan berkurang, termasuk kepercayaan diri yang menurun, sehingga sangat wajar apabila itu memengaruhi perilaku pemain di lapangan.

Tentu tidak heran apabila pemain belakang Indonesia saat melawan Guinea sering salah oper, tidak fokus, perhitungan tidak cermat, dan tidak tepat dan cepat dalam mengambil keputusan. Hal sama berlaku dengan STY yang tidak mampu mengendalikan emosi sehingga mendapat kartu merah. Itu semua menyangkut kesehatan mental, gangguan mental, akibat kelelahan fisik dan tekanan psikis yang berat. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun