Mohon tunggu...
Yayat S. Soelaeman
Yayat S. Soelaeman Mohon Tunggu... Penulis - Berbagi Inspirasi

writer and journalist / yayatindonesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Shin Tae-yong Kalah Taktik dan Paksakan 9 Pemain Utama Terus Bermain

1 Mei 2024   00:47 Diperbarui: 1 Mei 2024   12:18 1461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain Indonesia Kehabisan Tenaga (Foto:Reuters)

Harapan Timnas U23 Indonesia melaju ke babak final dan juara Piala Asia U23 hilang setelah anak-asuh pelatih Shin Tae-yong dikalahkan Timnas U23 Uzbekistan 2-0 di babak semi-final di Stadion Adullah bin Khalifa, Qatar, Senin malam (29/4/2024).

Meski kalah, Indonesia masih memiliki kesempatan untuk mengejar mimpi lolos ke pesta olahraga multi-event Olimpiade Paris 2024, yaitu perebutan tempat ketiga melawan Timnas U23 Irak. Seandainya kalah juga dari Irak, Indonesia masih punya kesempatan terakhir melalui babak play-off melawan wakil Afrika, yaitu Guinea.

Bagaimanapun, prestasi Timnas U23 Indonesia asuhan Shin Tae-yong (STY) cukup membanggakan, sehingga jutaan pencinta berat sepak bola Indonesia seperti memperoleh minuman manis menyegarkan akibat dahaga prestasi tim nasional yang sudah berlangsung bertahun-tahun.

Tembus semi-final dengan menyingkirkan tim-tim kuat merupakan kejutan. Apalagi Indonesia baru pertamakali tampil di ajang sepak bola kelompok umur Asia itu. Dari lima kali bertanding, Indonesia kalah dari Qatar dan Uzbekistan dengan skor identik, 2-0, kemudian tiga kali menang atas Australia, Yordania, dan Korea Selatan.

Berkaca dari lima pertandingan yang telah dijalani, publik bisa melihat bagaimana para pemain Indonesia bermain, menampilkan karakter permainan, menunjukkan mental bertanding yang kuat, berani memegang bola, dan melakukan kerja sama apik antar-pemain.

Meskipun publik tidak pernah melihat bagaimana pemain berkumpul, menempa diri, berlatih, dan mempelajari strategi dan taktik di kelas, namun setiap orang dapat melihat dan merasakan ada peran menentukan dari pelatih STY, sehingga Indonesia berhasil menembus semi-final Piala Asia U23.

Mengalahkan Timnas U23 Australia (peringkat 24 FIFA), U23 Yordania (71 FFA), dan U23 Korsel (23 FIFA), tentu bukan prestasi main-main. Sepak bola Korsel terutama, memiliki sejarah gemilang, menduduki urutan tiga di Asia di bawah Jepang dan Iran. Sepak bola Korsel sudah 10 kali berman di Piala Dunia sejak PD 1986 Meksiko dan sembilan kali ikut serta di ajang multi-event Olimpiade sejak 1988.

Lalu mengapa Indonesia gagal melanjutkan kejutan?

Banyak faktor penentu Indonesia dikalahkan Uzbekistan. Namun ketika bicara pertandingan sepak bola, setidaknya ada tiga faktor kunci, yaitu perencanaan/strategi sebelum pertandingan, penerapan taktik di lapangan, dan pemain (komposisi, skill, mental, fisik).

Formasi 4-3-2-1

Timnas U23 Uzbekistan selalu menggunakan formasi 4-2-3-1 sejak melawan Malaysia (menang 2-0), Kuwait (5-0), Vietnam (3-0), Arab Saudi (2-0), dan Indonesia (2-0).

Formasi ini memiliki keseimbangan dalam menyerang dan bertahan. Dengan mengandalkan double-pivot, tiga gelandang serang, dua full-back, dan striker tunggal, Uzbekistan menjadi tim tersubur dengan 14 gol dan tanpa kebobolan!

Formasi 4-2-3-1 Uzbekistan (Foto: https://ggwp.id)
Formasi 4-2-3-1 Uzbekistan (Foto: https://ggwp.id)
Namun dari lima pertandingan yang dijalani, sepertinya melawan Malaysia menjadi yang merepotkan, dan dua gol yang bersarang ke gawang Negeri Jiran itu tercipta bukan hasil dari permainan terbuka, tetapi karena kesalahan yang tidak disengaja pemain Malaysia.

Gol pertama dari titik putih setelah pemain Malaysia yang hendak membuang bola, kakinya justru membentur kaki lawan tanpa diduga, dan penalti! Gol kedua terjadi ketika pemain bertahan Malaysia salah mengoper bola di dekat kotak penalti, lalu diserobot, dan gol. Selebihnya, Uzbekistan kesulitan menjebol gawang Malaysia.

Dari faktor skema formasi, sepertiya formasi balance 4-2-3-1 hanya dapat dihadapi dan diimbangi oleh tim yang menerapkan formasi serupa 4-2-3-1, seperti yang dilakukan Malaysia, sedangkan menghadapi formasi 4-4-2 (Kuwait dan Arab Saudi) dan formasi 3-4-3 (Vietnam dan Indonesia), Uzbekistan berhasil mengatasinya.

Tentu saja kekalahan Indonesia bukan semata karena menggunakan formasi 3-4-3, namun ada banyak faktor lain, di antaranya kedalaman skuad, kebugaran pemain (fisik), skill dan mental pemain. Semua pelatih profesional mengakui bahwa formasi permainan amat menentukan dan menjadi landasan awal pelatih dalam menyusun taktik, struktur permainan, dan memilih pemain.

Kata Louis van Gaal, ketika ada yang bertanya mana yang lebih penting, pemain atau formasi? "Saya pilih formasi, karena seorang pelatih yang berkarakter akan bertahan dengan sebuah sistem permainan yang membuatnya dapat tampil dominan dan berpeluang lebih banyak menghasilkan kemenangan. Formasi dipilih lebih dulu, dan pemain yang akan dipasang menyesuaikan dengan kebutuhan sistem yang ada di kepala seorang pelatih," katanya.

Mentahkan Build-Up

Timnas U23 Uzbekistan hampir sempurna menerapkan formasi 4-2-3-1 ketika mengalahkan Indonesia. Kemudian taktik operan pendek cepat dan memblokade kotak 16 berhasil mementahkan setiap rencana build-up para pemain Indonesia. Tiga gelandang serang dan striker tunggal mereka menutup upaya Rizky Ridho dan Justin Hubner yang akan memulai membangun serangan dari bawah.

Dua gelandang bertahan mereka juga naik dan berada di tengah permainan, menjaga dan membatasi Witan Sulaeman dan Marselino untuk menerima umpan dari bawah.

Dua full-back mereka juga naik dan dengan ketat memarking Fajar Fathurahman dan Pratama Arhan. Meski gawang Ernando Ari tidak kebobolan, namun sepanjang babak pertama Indonesia terus tertekan.

Saat memegang bola, Uzbekistan leluasa memainkan operan-operan pendek cepat. Tiga gelandang serang mereka selalu bergerak membagi dan menerima bola, striker tunggal mereka rajin membuka ruang, sementara dua full-back mereka menjepit dari kiri dan kanan, siap memberikan umpan silang sekaligus menahan gerakan naik Fajar Fathurahman dan Pratama Arhan.

Shin Tae-yong pasti mengetahui kesulitan para pemainnya, namun tidak ada solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi blokade presisi pemain Uzbekistan di daerah pertahanan. Yang dapat dilakukannya adalah terus meminta pemainnya disiplin dan ketat menjaga pergerakan pemain lawan, sambil terus mencoba menembus tekanan lawan.

Meski hanya dua gol yang menembus gawang Ernando Ari, namun ada tiga ancaman nyata ketika tiga kali bola membentur mistar.

Dapat dikatakan, Uzbekistan secara taktik dan fisik jauh lebih unggul, sehingga wajar, sepanjang pertandingan tidak ada satu pun shot on target dari pemain Indonesia, sedangkan tendangan ke arah gawang perbandingannya sangat besar, 4:28, dan penguasaan bola 38:62 persen.

Pemain Kelelahan

Pertanyaannya adalah, selain karena formasi 3-4-3 yang gagal menghadapi kokohnya formasi 4-2-3-1, dengan empat pemain depan Uzbekistan yang selalu menekan tiga bek sejajar Indonesia, lalu apalagi faktor penyebab kekalahan Indonesia?

Pemain Indonesia Kehabisan Tenaga (Foto:Reuters)
Pemain Indonesia Kehabisan Tenaga (Foto:Reuters)
Secara taktik, penerapan operan-operan pendek cepat anak asuh pelatih Timur Kapadze dan pergerakan para pemainnya sulit diantisipasi, demikian juga taktik menekan di garis pertahanan lawan untuk mementahkan setiap build-up pemain Indonesia boleh dibilang berhasil, sehingga Indonesia kesulitan mengembangkan permainan. Pemain Uzbekistan juga langsung menekan pemain Indonesia yang memegang bola.

Kemudian, dari analisis sejak dimulainya Piala Asia U23, para pemain Uzbekistan sepertinya dibekali fisik yang kuat, mampu memainkan dan membawa bola serta bergerak lebih cepat dibanding pemain Indonesia. Terutama sekali, para pemain Uzbekistan tampak lebih bugar, sehingga tampil bertenaga.

Dari pemain yang diturunkan melawan Indonesia, ada tujuh pemain baru dibanding susunan starter Uzbekistan saat melawan Arab Saudi, yaitu penyerang Alisher Odilov; tiga gelandang serang Hojimat Erkinov, Abbosbek Fayzullaev, dan Ulugbek Khoshimov; gelandang bertahan Umarali Rakhmonalev; full-back Zafarmurod dan bek tengah Usadbek Rakhimjonov.

Sedangkan Indonesia, ada tiga pemain baru dibanding starter melawan Korsel, yaitu Muhammad Ferarri (bek tengah kanan), Fajar Fathurahman (wing-back kanan), dan penyerang Ramadhan Sananta.

Dari lima kali bermain, pelatih Uzbekistan selalu mengganti banyak pemain dalam setiap pertandingan, namun tidak mengurangi ketangguhan mereka untuk selalu clean-sheet dan mencetak gol. Biasanya, ada lima hingga tujuh pemain baru setiap kali bermain, sehingga tim secara keseluruhan mampu tampil agresif, kuat dan bertenaga.

Sedangkan Indonesia, ada tujuh pemain yang terus menerus bermain dalam lima kali pertandingan, yaitu Ernando Ari, Rizky Ridho, Justin Hubner, Pratama Arhan, Nathan Tjo-a-on, Marselino Ferdinan, dan Witan Sulaeman, sedangkan Ivar Jenner dan Rafael Struick bermain empat kali. Artinya, ada sembilan pemain yang terus bermain.

Dari fakta itu, bagaimanapun, sangat sulit bagi sebuah tim untuk terus bermain dalam tempo tinggi melawan tim yang semakin kuat, karena tujuh hingga sembilan pemain utama Indonesia pasti ada batas kekuatan/tenaga (fisik), selain itu juga pasti ada ketegangan, kelelahan, tekanan mental yang luar biasa, dan sangat mungkin kebosanan karena jenuh.

Karena kebugaran menurun, ketegangan, kelelahan, tekanan mental yang berat, dan kebosanan pemain, sangat mungkin menurunkan kualitas permainan pemain, juga pergerakan, kecepatan, reaksi, pengambilan keputusan, kesabaran, dan kemampuan menahan emosi.

Akibat tekanan luar biasa, sangat mungkin memengaruhi nalar pemain dalam mencerna strategi dan taktik yang telah digariskan pelatih.

Kedalaman Skuad

Perbedaan besar dalam menyusun pemain starter dalam setiap pertandingan antara pelatih Timur Kapadze dan STY, sepertinya juga mengandung arti bahwa kedalaman skuad kedua tim tidak sama.

Kartu Merah Rizky Ridho (Foto: AFP)
Kartu Merah Rizky Ridho (Foto: AFP)
Dengan kata lain, mungkin antara pemain utama dan pemain pengganti timnas Indonesia tidak setara, sehingga nama-nama Arkhan Fikri, Dony Tri Pamungkas, Bagas Kaffa, Rayhan Hannan, atau Daffa Fasya, sulit mendapat kesempatan bermain, padahal mereka sudah terpilih dan termasuk yang terbaik di posisinya.

Kegagalan Indonesia melakukan build-up dari bawah untuk menyerang, tampaknya juga akibat hilangnya Rafael Struick yang biasanya bekerja sama dengan Pratama Arhan di sisi kiri.

Struick memiliki kemampuan olah-bola bagus dan mampu melindungi bola. Mungkin itu sebabnya Hubner dan Ridho sangat jarang membangun serangan dari bawah melalui sisi kiri.

Hal lain adalah kemungkinan kurang jelinya STY yang memainkan Fajar Fathurahman di wing-back kanan, padahal Rio Fahmi dengan kecepatan dan naluri menyerang yang tinggi mungkin bisa membantu memecahkan masalah ketika build-up selalu dimentahkan lawan. Apalagi saat melawan Korsel, Fahmi tampil bagus.

Selepas istirahat, tidak ada perubahan taktik atau pergantian pemain yang dilakukan STY, sedangkan pelatih Uzbekistan langsung memasukkan sang kapten, Jasurbek Jaloliddinov dan Khusain Norchaev, keduanya gelandang serang. Artinya, sejak awal babak kedua, Uzbekistan memasukkan dua gelandang serang baru, tentu dengan tenaga yang full.

Bahkan menit ke-70 dua penyegaran dilakukan lagi dengan memasukkan bek Ibrokhimkhalil Yuldoshev dan striker Ruslanbek Jiyanov, sedangkan Indonesia baru mengganti pemain pada menit ke-76, itu pun seorang striker, ketika Kelly Sroyer menggantikan Ramadhan Sananta.

STY sepertinya frustrasi dan bimbang. Ia menginginkan adanya pergantian pemain di awal-awal babak kedua, untuk mencoba mengubah permainan, apalagi sembilan pemain utamanya sudah kelelahan, kehabisan napas dan kehabisan akal. Bahkan beberapa pemain tidak mampu mengendalikan emosi, termasuk Rizky Ridho dan Marselino. STY sepertinya bimbang dan tidak berani mengambil keputusan.

Meskipun sejauh ini STY berhasil mengejutkan dunia sepak bola Asia, lolos ke semi-final Piala Asia U23, namun fakta bahwa STY tidak berani merotasi pemain utamanya untuk istirahat, terus bermain dalam lima pertandingan, sepertiya sebuah pilihan anomali dari seorang pelatih profesional. 

Langkah anomali itu akan menjadi kendala besar bagi STY ke depan, bukan hanya bagi kebugaran dan ancaman cedera pemain andalannya, namun juga mengakibatkan para pemain pengganti tidak pernah bisa meningkat kematangannya karena tidak pernah dimainkan. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun