Mohon tunggu...
Yayat S. Soelaeman
Yayat S. Soelaeman Mohon Tunggu... Penulis - Berbagi Inspirasi

writer and journalist / yayatindonesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Perang Pakem 3-4-3 Dua Pelatih "Negeri Ginseng" dalam Duel Korsel-Indonesia

25 April 2024   01:57 Diperbarui: 25 April 2024   17:16 983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Garuda Muda: Witan, Marselino dan Hubner (Foto: AFP)

Jakarta -- Duel Korea Selatan-Indonesia pada Babak 8 Besar Kejuaraan Sepak Bola Piala Asia U23 di Abdullah bin Nasser bin Khalifa Stadium, Doha, Qatar, Jumat dinihari wib (26/4/2024) dinantikan banyak orang, bukan hanya jutaan pencinta sepak bola yang ada di Indonesia dan Korea, tetapi juga para pelatih dan pengamat sepak bola di kedua negara.

Ada dua hal yang mendasari begitu kuatnya daya tarik pertemuan Korsel-Indonesia di ajang sepak bola kelompok umur Piala Asia itu. 

Pertama, sosok pelatih timnas. Indonesia Shin Tae-yong (STY) asal Korsel, dan kedua, prestasi timnas Indonesia sedang menanjak, dan kini harus bertemu tim tangguh Korsel di babak perempat-final.

Tidak tanggung-tanggung. Timnas Indonesia yang baru pertama kali ikut serta di ajang Piala Asia U23, berhasil mengalahkan Australia 1-0 dan Yordania 4-1 di penyisihan Grup A. Indonesia, peringkat 134 FIFA, adalah peserta pot 4 (terendah), namun secara mengejutkan menyingkirkan Australia (24/FIFA) dan Yordania (71/FIFA).

Shin Tae-yong (STY) yang menjadi pelatih kepala timnas Indonesia sejak Desember 2019 kini makin mendapatkan dukungan luas. Meski belum memberi gelar juara, namun sistem kepelatihannya yang disiplin dan melakukan revolusi mental terhadap para pemain, dianggap telah memberikan harapan baru bagi kemajuan sepak bola nasional.

Garuda Muda: Witan, Marselino dan Hubner (Foto: AFP)
Garuda Muda: Witan, Marselino dan Hubner (Foto: AFP)

Ciri lain dari kepelatihan STY adalah potong generasi, yaitu memilih para pemain muda yang disiplin dan bersedia berkorban untuk tim. Satu lagi fenomena yang terjadi dalam masa kepelatihannya adalah adanya 'proyek naturalisasi', dan saat ini Indonesia memiliki lebih dari 11 pemain naturalisasi.

Salah satu indikator meningkatnya prestasi sepak bola nasional adalah meningkatnya peringkat FIFA Indonesia dalam dua bulan terakhir, naik delapan tingkat, dari peringkat 142 ke urutan 134 di bulan April 2024.

Jelas, daya tarik babak perempat-final antara Korsel dan Indonesia adalah adanya sosok STY, pelatih Indonesia asal 'Negeri Ginseng', yang justru akan melawan tim nasional negaranya. Apalagi, duel ini tidak main-main, pemenangnya akan lolos ke semi-final dan tinggal selangkah lagi meraih tiket ke ajang Olimpiade 2024 Paris.

Jutaan pencinta berat sepak bola nasional juga menantikan pertandingan ini. Meskipun banyak yang mendukung STY untuk terus menukangi timnas, namun tidak sedikit yang mengeritik dan menyatakan STY belum memberikan apa-apa dalam masa empat tahun kepelatihannya.

Banyak pengamat dan pencinta bola belum yakin, benarkan sepak bola Indonesia sudah naik level? Atau, mampukah timnas tampil konsisten ketika menghadapi raksasa Taeguk Warriors yang kini menduduki peringkat 23 FIFA? Bagaimanapun, selama puluhan tahun, level Korea tidak sama. Sulit membayangkan, timnas Indonesia mampu mengalahkan Korsel.

Patut ditunggu strategi dan formasi apa yang akan diterapkan STY. Struktur formasi tim dan pemilihan pemain yang tepat akan memberikan peluang yang lebih besar bagi pasukan Garuda Muda. 

Ketepatan, kejelian dan pengalaman STY akan menentukan hasil pertandingan, meskipun di atas kertas, Korsel lebih diunggulkan. Satu keuntungan STY adalah, ia sangat mengenal sepak bola Korsel, karena ia adalah mantan pemain dan pelatih timnas Korsel.

Tiga Bek Sejajar

Pada awal tugasnya, STY selalu menerapkan formasi empat bek (dua bek sejajar dan dua full-back), dua defensive midfielder, satu gelandang box-to-box yang mengatur ritme permainan, satu gelandang serang, dan dua penyerang, dengan formasi 4-4-2 atau 4-2-3-1. Pada perkembangannya, STY kemudian senang menggunakan formasi 4-3-3 dengan dua winger.

Dua tahun terakhir, STY sering menggunakan formasi tiga bek sejajar, terutama ketika menghadapi lawan yang secara kualitas lebih kuat. Dalam penerapan di lapangan, formasi tiga bek sejajar ala' STY memiliki varian menarik. Saat menyerang, ia menerapkan formasi 3-4-3 atau 3-5-2, sedangkan saat bertahan, ia membangun dua barikade kokoh dengan formasi 5-4-1.

Formasi tiga bek sejajar STY sangat jelas, yaitu adanya dua wing-back, satu gelandang bertahan, satu gelandang box-to-box yang mengatur permainan, satu gelandang serang (attacking-midfielder), dan dua penyerang yang saling bertukar posisi.

Conte, Pep dan Pakem 3-4-3 (Foto: BBC)
Conte, Pep dan Pakem 3-4-3 (Foto: BBC)
Pakem 3-4-3 dengan varian 3-5-2 besutan STY sejatinya persis dengan skema Antonio Conte yang sukses di Juventus, Chelsea dan Inter Milan. Kekuatannya ada di dua wing-back dan seorang gelandang pembagi bola. Dua penyerang di depan dan satu gelandang serang bisa menjadi trisula mematikan, sedangkan dua wing-back agresif menusuk ke sudut pertahanan atau melakukan umpan silang ke kotak penalti.

Timnas U23 saat ini memiliki pemain yang dapat menjalankan formasi 3-4-3 atau 3-5-2. Justin Hubner, Rizky Ridho, Nathan Tjoe-a-on, Komang Teguh, Muhammad Ferarri, dan Ivar Jenner adalah para pemain yang bisa mengisi pos tiga bek sejajar.

Untuk posisi wing-back, STY memiliki Arhan, Nathan Tjoe, Fajar Fathurrahman, Rio Helmi, Bagas Kaffa, dan Dony Tri Pamungkas. Sedangkan Ivar Jenner, Justin Hubner, Nathan Tjoe dan Rayhan Hanan juga bisa menjadi pilihan STY untuk posisi gelandang bertahan, sedangkan gelandang box-to-box dan gelandang serang, STY bisa menurunkan Ivar Jenner, Nathan Tjoe, Marselino, Witan Sulaeman, Ikhsan Nur, atau Arkhan Fikri.

Dari tiga pertandingan yang telah dijalani, STY selalu menerapkan formasi 3-4-3 dengan varian 3-5-2 atau 5-4-1. Ketika melawan Yordania, formasi menyerang 3-4-3 atau 3-5-2 Indonesia mampu membuat pemain Yordania tertekan, sedangkan saat bertahan dengan formasi 5-4-1, gawang Indonesia sulit ditembus dan membuat pemain lawan frustrasi.

Skema 5-4-1 STY merupakan dua barikade sejajar, dengan lima pemain bertahan, yaitu Arhan, Hubner, Ridho, Ferrarri dan Fajar Fathurrahman/Rio Fahmi, yang membentengi kotak penalti dari bahaya. Sedangkan barikade di depannya adalah barisan gelandang layaknya sebuah benteng, yaitu Marselino Ferdinan, Ivar Jenner, Nathan Tjoe-o-an, dan Witan Sulaiman, sementara Rafael Struick berada di garis tengah permainan.

Kelebihan strategi STY adalah, pemain yang dipilihnya benar-benar mengerti dan memahami filosofi permainannya, dan setiap pemain bisa bertukar posisi.

Satu bukti ketika Rizky Ridho membelah lapangan dengan bola, mengoper ke Marselino, lalu menerima bola kembali. Dengan sentuhan ringan, Ridho mengarahkan bola ke kotak penalti, dan Witan muncul menyambar dengan kaki kiri, gol! Contoh lain adalah saat Marselino dan Witan menjadi duet-striker yang bermain one-two dan mencetak gol ke gawang Yordania.

Tanpa Wing-Back

Lalu bagaimana gaya permainan timnas U23 Korsel di bawah asuhan pelatih Hwang Sun-Hong? STY dan Sun-Hong pernah bermain bareng membela timnas Korsel saat mengalahkan Indonesia 4-2 pada ajang Piala Asia 1996 di UEA, Desember 1996. Sun-Hong adalah striker dan saat itu mencetak dua gol, sedangkan STY bermain sebagai attacking-midfielder.

Dari tiga pertandingan yang telah dilakoni di Piala Asia U23, Hwang Sun-Hong dua kali menggunakan formasi 4-2-3-1, yaitu ketika menekuk UEA 1-0 dan menang atas China 2-0. Formasi ini memberikan jaminan stabilitas dan keseimbangan dalam menyerang dan bertahan, dan mencoba menguasai bola.

Duel Dua Pelatih Korsel (Foto: PSSI)
Duel Dua Pelatih Korsel (Foto: PSSI)
Namun ketika melawan Jepang, Sun-Hong menerapkan pola permainan tiga bek sejajar, yaitu formasi 3-4-3. Hanya saja, berbeda dengan pakem tiga bek sejajar STY, Hwang Sun-Hong justru tidak membutuhkan dukungan dua wing-back. Sun-Hong lebih memilih memasang double-pivot, menempatkan dua gelandang serang dan kreatif, serta menurunkan dua winger dan striker tunggal.

Formasi 3-4-3 / 3-4-2-1 dengan tiga bek sejajar tanpa wing-back itu sepertinya serupa dengan pakem Pep Guardiola di Manchester City. Formasi tiga bek sejajar ini sangat cair dan solid, sehingga sulit untuk ditembus, kecuali melalui serangan balik cepat.

Uniknya dari pakem 3-4-3 besutan Guardiola ini adalah ketika lawan sedang menekan, maka seorang gelandang bertahan akan mundur ke belakang, sehingga formasi sistem pertahanan tiga bek sejajar berubah menjadi empat pemain belakang, yaitu dua bek sejajar dengan dua full-back. Skema ini membuat stabilitas di lini tengah tidak terganggu.

Skema 3-4-3 yang dimainkan Hwang Sun-Hong saat melawan Jepang sangat mungkin dimaksudkan untuk bermain aman dan menghindari kebobolan. Dengan hasil imbang, Korsel akan menempati posisi juaara Grup B, dan terhindar dari pertemuan dengan tuan rumah Qatar.

Dengan skema 3-4-3 itu, pemain Korsel bermain aman dan hanya sesekali melakukan serangan cepat dengan dua winger mereka. Karenanya wajar apabila Jepang unggul jauh dalam penguasaan bola, 62 persen berbanding 38 persen. Demikian juga jumlah tendangan ke gawang, Jepang membukukan 14 kali berbanding enam, sedangkan tendangan sudut enam berbanding tiga.

Solidnya permainan bertahan Korsel membuat Jepang kesulitan mencetak gol. Bahkan harus legowo ketika di babak kedua kecolongan satu gol melalui skema bola mati (tendangan sudut).

Tentu menarik ketika pelatih Hwang Sun-Hong dan STY sama-sama menerapkan pakem tiga bek sejajar formasi 3-4-3 saat keduanya bertemu. Penggemar sepak bola akan menyaksikan adu strategi formasi 3-4-3 besutan STY dengan dua wing-back menghadapi formasi 3-4-3 milik Hwang Sun-Hong tanpa wing-back, namun memasang double-pivot dan winger.

Cepat dan Bertenaga

Pasukan Taeguk Warriors memiliki gaya bermain tajam, cepat, pressing kuat, counter-attack yang berbahaya, dan pertahanan solid. Para pemain Korsel juga dikenal memiliki semangat juang tinggi.

Apabila pelatih Hwang Sun-Hong menerapkan formasi 3-4-3 seperti saat melawan Jepang, kemungkinan kiper yang akan diturunkan adalah 12-Baek Jong-Bum, dengan tiga bek sejajar diisi 2-Cho Hyun-Taek, 5-Byun Jun-Soo (kapten), dan 4-Seo Myung-Guan.

Double-pivot yang dipasang Sun-Hong kemungkinan 8-Lee Kang-Hee dan 22-Lee Tae-Seok. Keduanya akan bergantian mengawasi pergerakan Marselino Ferdinan. Sedangkan dua gelandang kreatif yang akan diturunkan, kemungkinannya 14-Kang Sang-Yoon 14 dan 17-Eom Ji-Sung.

Untuk winger, pelatih Sun-Hong dapat menurunkan 11-Jong Sang-Bin dan 7-Hong Si-Hoo yang tajam. Keduanya akan mengapit striker jangkung yang telah mencetak tiga gol, 6-Lee Young-Jun.

Striker Korsel, Lee Young-Jun (Foto: Koreatimes.co.kr)
Striker Korsel, Lee Young-Jun (Foto: Koreatimes.co.kr)

Bagaimana dengan komposisi Garuda Muda? 

STY tidak punya pilihan selain menerapkan skema 3-4-3 seperti saat menghadapi Yordania, namun dengan merotasi dua atau tiga pemain, sebagai bagian dari taktikal. Ferarri sangat mungkin diganti Komang Teguh untuk mendampingi Hubner dan Rizky Ridho, sedangkan wing-back kanan Rio Fahmi akan turun lebih dulu.

Ivan Jenner dan Nathan Tjoe-a-on akan tetap mengisi posisi gelandang bertahan, sedangkan di depannya trio Marselino, Witan dan Struick akan kembali dipercaya.

Sangat menarik menyaksikan dua tim yang dilatih dua pelatih asal Korea bertarung dengan formasi yang serupa, 3-4-3, namun dengan karakter pemain dan permainan yang berbeda. 

Gaya dan karakter pemain Korsel selalu tampil spartan, cepat, kuat, bertenaga, dan tajam, sedangkan pemain Indonesia lebih stylish melalui trio Rafael Struick, Marselino dan Witan.

Namun apapun formasi yang diterapkan, kedua tim sesungguhnya datang dari level yang berbeda. Sangat jelas, Korsel lebih diunggulkan untuk melaju ke semifinal Piala Asia U23.

Hanya saja, dalam cabang olah raga permainan sepak bola, dominasi penguasaan bola dan banyaknya peluang gol tidak menjadi ukuran dan tanda kemenangan. Kemenangan ditentukan oleh jumlah gol yang lebih banyak. Bagi Indonesia, satu gol cukup untuk menang, meskipun sepanjang 90 menit terus menerus mendapat tekanan lawan.

Prediksi Susunan Pemain:

Indonesia (3-4-3): Ernando Ari; Justin Hubner, Rizky Ridho, Komang Teguh; Ivar Jenner, Nathan Tjoe-a-on, Pratama Arhan, Rio Fahmi; Rafael Struick, Marselino Ferdinan, Witan Sulaeman.

Korea Selatan (3-4-3): 12-Baek Jong-Bum; 2-Cho Hyun-Taek, 5-Byun Jun-Soo (kapten), dan 4-Seo Myung-Guan; 8-Lee Kang-Hee, 22-Lee Tae-Seok, 14-Kang Sang-Yoon dan 17-Eom Ji-Sung; 11-Jong Sang-Bin, 7-Hong Si-Hoo, 6-Lee Young-Jun. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun