Mohon tunggu...
Yayat S. Soelaeman
Yayat S. Soelaeman Mohon Tunggu... Penulis - Berbagi Inspirasi

writer and journalist / yayatindonesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Ancaman Degradasi Menghantui Arema FC

25 Oktober 2023   00:20 Diperbarui: 26 Oktober 2023   21:40 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dedik Setiawan (29) meredup (Tribunnews.com)

Jakarta - Setelah kompetisi Liga 1 musim 2023/2024 menyelesaikan pekan ke-16 pada pekan ketiga Oktober 2023 lalu, kompetisi sepak bola kasta tertinggi Indonesia itu tinggal menyisakan satu pertandingan lagi pada pekan ke-17. Meskipun putaran pertama belum usai, namun tiga klub sudah dipastikan menghuni zona degradasi, yaitu Arema FC, Persikabo 1973, dan Bhayangkaran Presisi. Ketiganya berada di urutan tiga terbawah dari 18 klub yang menghuni Liga 1.

Ketiga klub terbawah itu masih menyisakan satu pertandingan lagi sebelum mengakhiri putaran pertama, namun apapun hasilnya, poin ketiganya tidak mungkin mengejar perolehan angka klub yang berada di peringkat 15, yaitu Persita Tangerang, saat ini mengoleksi 18 poin. Arema FC yang menghuni peringkat 16, baru mengoleksi 13 poin, sehingga meskipun menang di akhir putaran pertama melawan Madura United, perolehan angkanya tidak akan melampaui Persita Tangerang.

Menjadi tugas amat berat bagi ketiga klub itu untuk mengarungi putaran kedua yang dipastikan akan semakin keras dan sengit. Tanpa melakukan perubahan penting di masa jeda kompetisi dan dibukanya jendela transfer pemain pada November 2023, terutama menambah pemain berkualitas dan meningkatkan kualitas permainan, akan sangat sulit bagi Arema FC, Persikabo dan Bhayangkara FC untuk melepaskan diri dari ancaman degradasi di akhir musim.

Dedik Setiawan (29) meredup (Tribunnews.com)
Dedik Setiawan (29) meredup (Tribunnews.com)

Sebaliknya di klasemen atas, yang menyisakan satu pertandingan lagi di putaran pertama, hanya ada tiga tim yang memiliki peluang untuk menjadi juara paruh musim 2023/2024, yaitu Borneo FC Samarinda, Madura United, dan RANS Nusantara. Borneo FC saat ini mengoleksi 32 poin, sedangkan Madura United 30 point dan RANS Nusantara 29 poin.

Pada pertandingan terakhir putaran pertama, 28 Oktber 2023, Borneo FC akan menjamu Dewa United yang pada pekan ke-16 tampil luar biasa, yaitu menghempaskan tuan rumah Madura United 4-1. Apabila menang, dengan tambahan tiga angka, Borneo FC dipastikan menjadi juara paruh musim. Namun apabila hasilnya imbang atau bahkan kalah dari Dewa United, maka Madura United dan RANS Nusantara memiliki peluang untuk menjadi juara paruh musim 2023/2024.

Madura sendiri pada pekan terakhir akan ditantang tuan rumah Arema FC yang berada di zona degradasi, sedangkan RANS Nusantara akan menjamu lawan tangguh juara musim lalu, PSM Makassar.

Persaingan 18 klub di kompetisi Liga 1 Indonesia musim ini bisa dibilang berlangsung amat keras dengan level yang lebih tinggi, terutama karena adanya keleluasaan setiap klub untuk memainkan enam pemain asing sesuai regulasi. Ditambah dengan adanya dua fase kompetisi, yaitu Reguler Series dan Championship Series, menjadikan setiap klub berusaha keras untuk memperebutkan posisi empat besar di tahap kompetisi reguler, sehingga bisa bertarung memperebutkan juara pada tahap Championship Series.

Borneo FC berkuasa di papan atas (Kompas.com)
Borneo FC berkuasa di papan atas (Kompas.com)
Menjelasng berakhirnya putaran pertama seri reguler yang tinggal menyiakan satu pertandingan lagi, hanya ada satu tim yang sudah dipastikan berada di posisi empat besar paruhh musim, yaitu Borneo FC yang sudah mengoleksi 32 poin, sedangkan tiga tempat sisanya dengan ketat diperebutkan oleh lima klub, yaitu Madura United (30), RANS Nusantara (29), Persib Bandung (28), PSIS Semarang (27), dan Bali United (27). Hingga pekan ke-16, penghuni empat besar klasemen sementara adalah Borneo FC, Madura United, RANS Nusantara, dan Persib Bandung.

Nama Besar Arema

Dari tiga klub penghuni posisi terbawah, yaitu Arema FC, Persikabo 1973, dan Bhayangkara Presisi Indonesia, maka Arema menjadi klub yang paling menonjol dan memiliki nama besar, bahkan tidak dapat dipisahkan dari perkembangan sejarah sepak bola profesional Indonesia yang dimulai saat hadirnya Liga Sepak Bola Utama (Galatama) pada 1979 yang dicetuskan Ketum PSSI Ali Sadikin. Arema FC sendiri berdiri tahun 1987 dan langsung mengikuti kompetisi Galatama musim 1987/1988.

Apabila manajemen tidak mampu menyelamatkan Arema FC dari ancaman degradasi, maka kenyataan itu benar-benar memilukan, dan akan mencoreng nama besar Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu provinsi sepak bola dan memiliki paling banyak klub sepak bola profesional. Lebih-lebih, nama Arema bahkan sudah menjadi semacam subkultur, ikon, kebanggaan, dan harga diri bagi orang Malang (Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Batu).

Selain Surabaya, wilayah Malang Raya memang memiliki beberapa klub sepak bola. Selain Arema FC, saat ini ada klub Persema Malang, Persekam Metro FC, Persikoba Batu, Malang United, NZR Sumbersari, Singhasari FC, atau Kanjuruhan FC. Termasuk Arema Indonesia yang saat ini masih berkompetisi di Liga 3.

Pada musim 2023/2024 ini, dari 18 klub profesional yang menghuni Liga 1, hanya ada dua klub eks Galatama, yaitu Barito Putra dan Arema FC. Posisi Barito Putra saat ini cukup aman, menduduki posisi ke-8 dengan perolehan 23 poin hasil dari enam kali menang, lima kali seri dan lima kali kalah. Menjelang berakhirnya putaran pertama kompetisi, setidaknya Barito Putra masih akan berada di 10 besar klasemen sementara.  

Sudah banyak klub eks Galatama yang dahulu populer dan memiliki prestasi tinggi akhirnya bubar karena berbagai alasan, misalnya Pardedetex Medan, Mercu Buana Medan, Warna Agung, Niac Mitra, Kramayudha Tiga Berlian, Petrokimia Putra, Arseto, Pelita Jaya atau Bandung Raya. Rasanya sulit untuk membayangkan ketika kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia, Liga 1, harus kehilangan satu lagi klub bersejarah.

Arema FC sebelumnya memiliki banyak nama, dimulai dari PS Arema (1987-1995), kemudian berubah menjadi Arema Malang (1995-2009), seterusnya berganti nama menjadi Arema Indonesia (2009-2013), Arema Cronus (2013-2016), kemudian Arema FC (2017-sekarang). Sejarah Arema juga pernah diwarnai terjadinya dualisme Arema, buntut dari terjadinya konflik internal PSSI pada tahun 2011. Saat itu Arema Indonesia mengikuti kompetisi Liga Primer Indonesia, sedangkan Arema Cronus berkompetisi di Liga Super Indonesia.

01-kompas-com-ok-6537f80aedff763fa1559882.jpg
01-kompas-com-ok-6537f80aedff763fa1559882.jpg

Juara Piala Presiden (Kompas.com)Meski dilanda berbagai gejolak dalam perjalanannya, Arema memiliki prestasi tinggi di kancah kompetisi sepak bola nasional, di antaraya juara Galatama musim 1992/93, juara Liga Super Indonesia (2009/2010), runner up LSI (2010/2011), peringkat tiga Liga Primer Indonesia (2011/2012), juara Liga Divisi Satu (2004), juara Super Copa Indonesia (2006), runner up Super Copa Indonesia (2007 dan 2008), runner up Community Shield Indonesia (2010), juara Piala Indonesia (2005 dan 2006), runner up Piala Indonesia (2010), runner up Piala Gubernur Jatim (2008), dan juara Piala Suratin (2007).

Pada tahun 2003, Arema yang berkompetisi di Divisi Utama Indonesia, pernah terdegradasi ke kompetisi kasta kedua, yaitu Divisi I. Namun, Arema berhasil bangkit hanya dalam satu musim setelah pada tahun 2004 menjuarai Divisi I dan kembali ke Liga Divisi Utama.

Berdasarkan data dan berita dari dari berbagai media massa, Arema juga pernah berkompetisi di arena kompetisi internasional. Pada tahun 1993/1994, Arema Malang berkompetisi di Kejuaraan Antar-Klub Asia, kemudian mewakili Indonesia berkompetisi di Liga Champions Asia (2007 dan 2011), dan tahun 2012 berkompetisi di turnamen Piala Asia.

Sepanjang sejarah berdirinya klub Arema sejak tahun 1987, klub berjuluk Singo Edan itu telah melahirkan banyak pemain terkenal, di antaranya Mecky Tata, Lulut Kistono, Panus Korwa, Singgih Pitono, Aji Santoso, Kuncoro, I Putu Gede, Aris Budi Prasetyo, Hendro Kartiko, Elie Aiboy, Ortizan Salossa, Ponaryo Astaman, Ahmad Bustomi, Zulkifly Syukur, Purwaka Yudhi, Kurnia Meiga, Benny Wahyudi, Talaohu Abdul Musafri, Putut Waringin Jati, dan Dendi Santoso.

Sedangkan beberapa pemain asing berkualitas yang pernah bermain bersama Arema, di antaranya Alex Stoikos (Australia), Noh Alam Shah dan Muhammad Ridhuan (Singapura), Han Young-Kuk (Korsel), Emaleu Serge, Francis Yonga dan Pierre Njanka (Kamerun), Souleymane Traore (Guinea), Franco Hita (Argentina), Joao Carlos dan Junior Lima (Brasil), Rodrigo Araya dan Patricio Morales (Chili), Christian "El Loco" Gonzales (Uruguay), Leontin Chitescu (Rumania), dan Roman Chmelo (Slowakia).

Simbol Singa Arema

Sejatinya Arema yang memiliki puluhan ribu suporter fanatik bernama Aremania/Aremanita adalah klub yang baru lahir 'kemarin sore', tahun 1987. Tentu saja hal itu jika dibandingkan dengan klub perserikatan seperti Persebaya Surabaya, Persija Jakarta, Persib Bandung dan lain-lain, yang lahir justru sebelum berdirinya Republik Indonesia. 

Misalnya Persib lahir tahun 1933, Persija 1928, Persebaya 18927, PSIS 1932, atau Persis Solo 1923. Namun Arema adalah klub sepak bola semi profesional yang sarat dengan prestasi dan nama besar, dan puluhan ribu pendukung setia mereka selalu hadir memenuhi stadion.

Berdasarkan laman wikipedia.org, nama Arema ternyata berkaitan erat dengan seorang Patih Kerajaan Singasari bernama Kebo Arema ketika kerajaan itu diperintah Raja Kertanegara. Kebo Arema adalah patih kerajaan gagah perkasa yang berhasil menyelamatkan kerajaan dari beberapa kali upaya pemberontakan. Kebo Arema juga yang membawa Singasari menaklukkan Kerajaan Pamalayu di Jambi dan menguasai Selat Malaka.

1-liga-1-antara-6537f5d0edff7665643224e2.png
1-liga-1-antara-6537f5d0edff7665643224e2.png

Simbol Singa (Antara)Ketika nama Arema kemudian muncul lagi di dekade 1980-an, nama itu hanya merujuk pada sebuah komunitas orang-orang asal Malang, yaitu akronim dari Arek Malang. Setelahnya, nama Arema kemudian menjelma menjadi semacam "subkultur" dengan identitas, simbol dan karakter masyarakat Malang. Arek Malang sendiri membangun reputasi dan eksistensinya melalui musik rock dan olahraga (tinju dan sepak bola). Selain tinju, sepak bola adalah olahraga yang menjadi jalan bagi Arek Malang menunjukkan reputasinya, sehingga kelahiran tim sepak bola Arema pada 1987 adalah sebuah keniscayaan.

Klub PS Arema sendiri berdiri pada 11 Agustus 1987, menjadi klub semi profesional Malang, dibidani oleh Dirk Derek (pemilik klub Armada 86) dan Acub Zaenal, mantan Gubernur Irian Jaya dan mantan pengurus PSSI periode 80-an. Acub juga sebelumnya mendirikan klub sepak bola Perkesa 78. Tujuannya adalah untuk mengikuti kompetisi semi profesional Galatama. Sedangkan klub perserikatan yang sudah lebih dahulu populer saat itu di Malang adalah Persema Malang.

Mengenai simbol Singa yang mewarnai logo Arema FC, konon diilhami oleh gambar horoskop zodiak Leo atau Singa. Leo adalah zodiak yang identik dengan bulan Agustus, sedangkan Arema sendiri tercatat didirikan pada 11 Agustus 1987.

Tentu saja akan menjadi penantian yang mendebarkan bagi para Aremania/Aremanita, ketika awal November 2023, klub kebanggaan mereka akan melakoni putaran dua kompetisi Liga 1 dari peringkat 16. Target utama tentu saja adalah menyelematkan diri dari ancaman degradasi dan menjauh dari zona degradasi. Pesaing utama Arema FC saat ini adalah dua tim penghuni zona degradasi di urutan 17 dan 18, yaitu Persikabo 1973 dan Bhayangkara Presisi, serta dua tim yang menduduki posisi 14 dan 15, yaitu PSS Sleman dan Persita Tangerang.

01-bhayangkara-facebook-2-ok-6537f6f3110fce28c1412242.jpg
01-bhayangkara-facebook-2-ok-6537f6f3110fce28c1412242.jpg

Bhayangkara FC yang terpuruk (FB Bayangkara FC) Menyisakan satu laga di putaran pertama, PSS Sleman kini mengoleksi 19 poin, kemudian Persita Tangerang (18), Arema FC (13), Persikabo (10), dan Bhayangkara (7). Sedangkan di atas mereka, terdapat tiga klub dengan poin sama, yaitu 20, Persija Jakarta, Persik Kediri dan Persis Solo. 

Selisih poin di antara delapan tim ini tidak terlalu jauh, kecuali mungkin Bhayangkara Presisi yang baru mengoleksi 7 poin, sehingga di putaran dua dipastikan akan terjadi persaingan keras untuk menambah poin.

Bagi kedelapan tim ini, terutama bagi Arema FC, Persikabo, dan Bhayangkara Presisi, setiap pertandingan di putaran kedua adalah kesempatan untuk menambah point dan peluang untuk menghindari zona degradasi. Jika ketiganya gagal menambah poin sebanyak-banyaknya, maka tidak ada ampun, ketiga klub itu harus menelan pil pahit, terlempar dari kompetisi sepak bola kasta tertinggi Indonesia. (yss)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun