Mohon tunggu...
Yayat S. Soelaeman
Yayat S. Soelaeman Mohon Tunggu... Penulis - Berbagi Inspirasi

writer and journalist / yayatindonesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Formasi 3-5-2 Shin Tae-yong Kejutkan Vietnam, Namun Banyak Buang Peluang

7 Januari 2023   01:40 Diperbarui: 8 Januari 2023   00:42 1258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Formasi 3-5-2 (www.superlive.id)

Jakarta - Meskipun Timnas Sepakbola Indonesia berhasil menampilkan permainan direct berbahaya yang selama ini dikembangkan pelatih Shin Tae-yong.

Dalam beberapa kesempatan anak asuh Shin Tae-yong juga mencoba membangun permainan dari belakang dan mengatur ritme permainan, sehingga menghasilkan beberapa peluang yang mengancam gawang Vietnam.

Namun secara keseluruhan Vietnam tetap tim kuat yang sulit dikalahkan, dan selama 95 menit Vietnam menunjukkan sebagai tim yang pantas berada di peringkat 96 FIFA, cukup jauh dari peringkat Indonesia yang ada di posisi 152.

Karena itu, meskipun Indonesia gagal mengalahkan Vietnam dan harus puas bermain imbang 0-0, namun secara keseluruhan, pasukan Shin Tae-yong bermain lebih menjanjikan, karena ketika bertahan, mereka bermain sangat solid, dan ketika menyerang, selalu membahayakan gawang Vietnam.

Kiper Nadeo juga selama 95 menit hanya sekali mendapat ancaman serius saat diserang, selebihnya selalu kandas di barisan pertahanan Indonesia yang digalang Jordi Amat.

Bahkan dibanding pertandingan Indonesia-Vietnam tahun lalu di ajang Piala AFF 2020 yang berakhir 0-0, penguasaan bola Vietnam kali ini hanya mencapai 56 persen berbanding 44 persen (Indonesia), sedangkan tahun lalu penguasaan bola para pemain Vietnam mencapai 68 persen dan Indonesaia hanya 32 persen.

Sayangnya, meskipun taktik Shin Tae-yong kembali mengejutkan publik dan lawan, sehingga permainan Indonesia sulit diduga dan bermain solid dan tajam, namun penyakit pemain Indonesia masih belum hilang selama kejuaraan Piala AFF 2022 ini, yaitu selalu membuang peluang emas.

Setidaknya, dua peluang emas tercipta pada babak pertama, namun Dendy Sulistiawan dan Yakob Sayuri sepertinya salah mengambil keputusan. Bukannya menembak ke gawang, keduanya justru melepaskan umpan tarik yang akhirnya bola diamankan lawan.

Sebagaimana biasanya, Shin Tae-yong tidak pernah ajeg dengan formasi dan komposisi pemain yang mengisi starting eleven, demikian halnya saat melawan Vietnam pada leg 1 semifinal Piala AFF 2022 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Jumat (6/1/2023).

Formasi yang dipasang Shin Tae-yong adalah 3-5-2. Namun yang mengejutkan, komposisi pemain secara keseluruhan, terutama di lini serang, Shin Tae-yong memberi kepercayaan kepada gelandang agresif Marselino Ferdinan, kemudian memasang duet Dendy Sulistyawan dan Yakob Sayuri di depan. Sedangkan Witan Sulaeman, Egy M. Vikri, Saddil Ramdani, Ilija Spasojevic dan Ricky Kambuaya disimpan di bangku cadangan.  

Pada 29 Desember 2022 lalu saat melawan Thailand (tim kuat dengan peringkat FIFA 111), Shin Tae-yong menggunakan formasi 4-2-3-1, dengan menempatkan Asnawi Mangkualam, Fachrudin Ariyanto, Jordi Amat dan Pratama Arhan di depan kiper Nadeo Argawinata, kemudian memasang Rachmat Irianto dan Marc Klok sebagai double-pivot, dan menempatkan Witan Sulaeman, Egy Maulana Vikri dan Yakob Sayuri sebagai gelandang serang, serta striker tunggal Dendy Sulistyawan. 

Hasilnya, meskipun Thailand menguasai permainan 60 persen berbanding 40 persen Indonesia, namun peluang yang dimiliki Indonesia lebih banyak, bahkan seharusnya Indonesia menang karena dua peluang emas gagal dimaksimalkan menjadi gol, dan harus puas dengan hasil imbang 1-1.

Shin Tae-yong (Foto: www.kompas.com)
Shin Tae-yong (Foto: www.kompas.com)
Kali ini melawan Vietnam yang juga diarsiteki pelatih asal Korsel, Park Hang-seo, Shin Tae-yong menggunakan formasi 3-5-2 dengan memasang tiga bek sejajar Fachrudin Ariyanto, Jordi Amat dan Rizki Ridho. Rizki Ridho adalah pemain yang pada Piala AFF 2020 tahun lalu juga bermain spartan saat menahan imbang Vietnam 0-0. 

Kemudian di lini tengah, dua bek sayap ditempati Asnawi Mangkualam dan Pratama Arhan, defensive midfielder seperti biasa mengandalkan Rachmat Irianto, Marc Klok sebagai gelandang tengah box-to-box yang menjadi roh dan pengatur ritme permainan, dan Marselino Ferdinan sebagai attacking midfielder. Sedang di depan ada striker Dendy Sulistyawan dan Yakob Sayuri sebagai penyerang sayap kanan.

Formasi 3-5-2 pertama kali dikembangkan oleh Carlos Bilardo pada dekade 1980-an untuk tim nasional Argentina. Banyak yang menganggap Bilardo gila karena hanya menempatkan tiga orang di lini pertahanan, tapi ternyata formasi ini berhasil membawa Argentina juara Piala Dunia 1986. 

Faktor penentu keberhasilan formasi ini adalah adanya dua wing-back yang kuat menyerang dan bertahan, satu gelandang bertahan yang tangguh, satu gelandang pengatur ritme permainan, dan satu gelandang agresif. Kelebihan formasi ini adalah seimbang dalam menyerang dan bertahan dan mampu menguasai lini tengah. Pelatih di Liga Inggris yang menggunakan formasi 3-5-2 adalah Antonio Conte (Chelsea & Tottenham Hotspur).

Formasi Solid dan Tajam

Dengan formasi 3-5-2 tersebut, pertahanan Indonesia sangat solid, karena saat diserang, setidaknya ada enam pemain yang mengamankan area 16 meter berbahaya, yaitu tiga center back Fachrudin Ariyanto, Jordi Amat dan Rizki Ridho, dengan dua bek sayap yang mundur, yaitu Asnawi Mangkualam dan Pratama Arhan, serta bloking yang kuat dari Rachmat Irianto di area pusat pertahanan Indonesia.

Bahkan Klok seringkali membantu Rachmat Irianto untuk mengamankan daerah berbahaya itu, sekaligus bersiap untuk menerima bola pertama saat transisi bertahan ke menyerang. Sedangkan gelandang agresif dibebankan kepada Marselino Ferdinan.

Formasi 3-5-2 (www.superlive.id)
Formasi 3-5-2 (www.superlive.id)
Dengan formasi 3-5-2 racikan Shin Tae-yong tersebut, ada kekurangan pemain di penyerang sayap kiri, karena Yakob Sayuri diminta fokus menyerang dari sayap kanan dan tengah, dan Dendy Sulistyawan harus tetap berkeliaran di sekitar gawang Vietnam.

Karena alasan itulah, sepertinya Shin Tae-yong meminta Pratama Arhan untuk naik turun dan bekerja lebih keras dibanding di sisi kanan yang ditempati Asnawi Mangkualam, karena Asnawi Mangkualam masih dilapis Yakob Sayuri yang turun saat bertahan.

Untuk melindungi Pratama Arhan, maka Sin Tae-yong jelas telah meminta Rizki Ridho untuk memback-up penuh Pratama Arhan di sisi kiri, sehingga seringkali terlihat Rizki Ridho agak maju ke tengah, sedangkan Pratama Arhan seperti penyerang sayap kiri.

Tidak perlu heran ketika suatu waktu, Rizki Ridho yang beroperasi maju ke tengah, hampir saja memberi assist menentukan kepada Yakob Sayuri yang menusuk ke kotak penalti. Namun sayang, peluang emas itu gagal menghasilkan gol.

Taktik Shin Tae-yong saat melawan Vietnam tersebut tampaknya berhasil mengejutkan dan meredam permainan dan ciri khas satu dua sentuhan cepat yang dikombinasikan dengan long-ball racikan Park Hang-seo.

Bahkan Vietnam selalu gagal saat menyerang, baik dari tengah, sisi kanan dan sisi kiri. Semua serangan selalu kandas dihadang pemain bertahan Indonesia, sehingga Vietnam hanya mampu melepaskan tiga tendangan ke gawang Indonesia, dan hanya satu tendangan yang mengarah ke gawang Nadeo.

Hal lain yang patut mendapatkan apresiasi adalah, pemain Indonesia kini sangat jarang melakukan pelanggaran di daerah berbahaya seperti biasanya, sehingga sangat sedikit tendangan bebas bola mati yang biasanya selalu membahayakan dan mengancam gawang Indonesia.

Dengan komposisi dan formasi solid dan dengan Dendy Sulistyawan dan Yakob Sayuri yang tajam, sangat wajar apabila pemain bek sayap Vietnam di kedua sisi selalu menahan diri untuk maju dan tidak ingin terjebak dengan meninggalkan wilayah pertahanan mereka.

Demikian juga para gelandang Vietnam lebih sering memusatkan perhatiannya untuk mengawasi dan menjaga pergerakan Marc Klok, Marselino Ferdinan, Asnawi Mangkualam, dan Pratama Arhan yang sering memainkan bola direct secara cepat, atau bahkan menyisir sisi lapangan.

Fans Militan Indonesia (Foto: www.kompas.com)
Fans Militan Indonesia (Foto: www.kompas.com)
Tidak bisa dipungkiri, solid dan tajamnya permainan Indonesia karena para pemain juga bermain amat bersemangat berkat adanya dukungan dari puluhan ribu penonton yang fanatik dan militan, termasuk Presiden Joko Widodo, apalagi bermain di Stadion GBK yang selalu menggetarkan musuh.

Tentu amat diharapkan, permainan Indonesia ketika nanti bertarung di Hanoi, Senin (9/1/2023) pada semifinal leg 2, tetap akan solid dan tajam, meskipun harus bermain jauh dari rumah dan tanpa dukungan penonton, bahkan sebaliknya akan mendapat tekanan dari ribuan penonton tuan rumah.

Strategi Hemat Tenaga

Satu lagi strategi permainan yang diperlihatkan Shin Tae-yong saat melawan Vietnam pada semifinal pertama itu, yang dipastikan menjadi pertanyaan banyak pihak, ia sama sekali tidak ingin mengganti pemain atau memasukkan pemain yang lebih segar.

Pada pertandingan itu, Shin Tae-yong 'terpaksa' memasukkan Ricky Kambuaya pada menit ke-81 untuk menggantikan Rachmat Irianto yang cedera karena terjangan keras lawan. 

Sedangkan trio Ilija Spasojevic, Witan Sulaweman, dan Saddil Ramdani masuk menggantikan Yakob Sayuri, Marselino Ferdinand, dan Dendy Sulistyawan pada menit-menit akhir, atau menit ke-93. Artinya ketiganya hanya bermain kurang dari dua menit!

Strategi Shin Tae-yong tersebut tampaknya bisa dibaca sebagai upayanya untuk menghemat tenaga anak asuhnya, karena tiga hari lagi, tepatnya Senin, 9 Januari 2023, Indonesia harus bertarung pada semifinal leg 2 di Hanoi.

Strategi itu bisa jadi akan memberikan keuntungan, sehingga saat bermain pada leg 2 nanti, para pemain yang tidak bermain melawan Vietnam dalam kondisi bugar dan bisa menjadi andalan Shin Tae-yong. Para pemain itu adalah Ricky Kambuaya, Witan Sulaeman, Egy Maulana Vikri, Saddil Ramdani, Ilija Spasojevic (Spaso), Edo Febriansyah, dan Hansamu Yama, termasuk Ramadhan Sananta dan Syahrian Abimanyu.

Oleh karena itu, sepertinya, pada pertandingan leg 2 di Hanoi nanti, Syahrian Abimanyu dan Ricky Kambuaya akan menemani Marc Klok di lini tengah, sedangkan Edo Febriansyah memiliki peluang besar untuk menggantikan Pratama Arhan yang pada pertandingan pertama melawan Vietnam habis-habisan, sehingga di babak kedua sering terlihat kedodoran untuk bermain naik dan turun.

Hansamu Yama juga berpeluang untuk menggantikan posisi Fachrudin Ariyanto yang tampak kelelahan. Sedangkan di lini serang, Witan Sulaeman, Egy Maulana Vikri, Spaso, Saddil Ramdani, dan Ramadhan Sananta dipastikan akan bertarung bergantian di lapangan untuk menggempur pertahanan Vietnam.

Pertandingan semifinal leg 2 di Hanoi, pada Senin (9/1/2023) nanti, benar-benar ditunggu oleh puluhan juta rakyat Indonesia yang amat menggemari sepakbola. Sungguh penantian yang mendebarkan bagi para penggemar fanatik Indonesia.

Jika kalah dari Vietnam, yang memang secara peringkat FIFA jauh di atas Indonesia, apalagi bermain di kandang dan di hadapan pendukungnya, maka Indonesia harus kembali gigit jari dan kembali gagal untuk pertamakalinya menjadi juara Piala AFF (d/h Piala Tiger). 

Namun apabila imbang lagi 0-0, maka tentu akan dilanjutkan dengan adu penalti. Namun seandainya menang, maka rekor Shin Tae-yong yang belum pernah menang atas Park Hang-seo akan pecah, dan Indonesia akan melaju ke final Piala AFF untuk menantang Malaysia atau Thailand. [/]  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun