Mohon tunggu...
Yayat S. Soelaeman
Yayat S. Soelaeman Mohon Tunggu... Penulis - Berbagi Inspirasi

writer and journalist / yayatindonesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Kak Siti Mendongeng Seru pada Hari Sabtu

5 Januari 2023   01:39 Diperbarui: 5 Januari 2023   01:46 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membuat karya kreatif (Foto: Dok Pribadi)

Dongeng juga menjadi salah satu media komunikasi untuk menyampaikan beberapa pelajaran dari pesan moral yang didapatkan, sehingga diharapkan anak dapat menerapkan apa yang sudah didengarkan dalam kehidupan sehari-hari.

Naskah dongeng bersifat anonim karena tidak diketahui siapa pengarangnya, dan sering terjadi perubahan-perubahan dalam alur cerita disesuaikan dengan penalaran pendongengnya. Dongeng diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi.

Kemampuan mendongeng seseorang sangat terkait dengan kemampuannya membangun cerita imajinasi, ajaib, aneh, bahkan tidak masuk akal, namun selalu mengandung pesan moral yang bermanfaat bagi kehidupan anak.

Jenis dongeng yang popular adalah Legenda, misalnya "Sasakala Tangkuban Perahu"; kemudian Mitos, seperti kisah "Dewi Sri", "Aji Saka", atau "Nyi Roro Kidul". Ada juga Cerita Rakyat, yaitu dongeng dari suatu daerah, contohnya "Malin Kundang" (Sumatera Barat) dan "Lutung Kasarung" (Jawa Barat); dan terakhir cerita binatang, misalnya "Si Kancil dan Buaya", "Sang Kodok", atau "Si Kancil dan Petani".

Menurut Siti Setia, manfaat dongeng cukup banyak, di antaranya mengembangkan minat baca dan meningkatkan kemampuan berbahasa, mendekatkan hubungan orang tua dan anak, untuk hiburan dan menyembuhkan trauma psikologis anak, merangsang pengetahuan dan rasa ingin tahu, serta meningkatkan konsentrasi anak.

"Membaca buku dongeng dan mendengarkan dongeng juga bisa mendukung perkembangan daya imajinasi anak, menumbuhkan nilai-nilai moral anak, dan membentuk karakter positif anak," katanya.

Belajar melalui dongeng memiliki kelebihan, karena mendorong anak untuk berkomunikasi dengan orang lain, memupuk keberanian untuk berbicara dan menyampaikan pendapat, serta mendapat tuntunan dari kisah-kisah inspiratif.

Mendongeng merupakan budaya orang tua di zaman dulu dalam pola pengasuhan anak, namun sayangnya, saat ini sudah semakin hilang dari lingkungan sekolah dan keluarga.

"Orang tua zaman sekarang memiliki pola asuh yang berbeda dibanding orang tua zaman dulu, atau mungkin juga karena terlalu sibuk bekerja, sehingga anak-anak tidak punya pilihan, kecuali menonton TV, Youtube, Tik-Tok, atau bermain games online," katanya.

Siti Setia berharap budaya mendongeng dapat kembali dilakukan oleh orang tua, termasuk juga di sekolah-sekolah, sehingga anak-anak Indonesia dapat memiliki jiwa sosial, punya empati, tidak egois, dan tetap memiliki adab dalam pergaulan sesama. [/]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun