Faktor Individu Vladimir Putin
Meskipun konflik itu mewakili dan mengatasnamakan dua negara, Rusia dan Ukraina, sesungguhnya ada faktor dominan yang menentukan di balik terjadinya perang, khususnya Rusia yang memulai melakukan invasi ke Ukraina. Faktor dominan itu adalah individu pemimpin Rusia, Vladimir Putin.Â
Dalam teori Ilmu Negara, faktor (siapa) pemimpin (tertinggi) dalam organisasi akan sangat menentukan arah, kemajuan dan keberhasilan sebuah organisasi, dalam hal ini negara. Pemimpin tertinggi negara adalah individu sebagai pengambil keputusan tertinggi dan terakhir, memiliki hak dan kewenangan terbesar dan menentukan, yang diatur konstitusi negara.
Apa pun bentuk negara Rusia, negara kesatuan atau negara federasi, atau apa pun bentuk pemerintahan Rusia, apakah otokrasi, monarki, oligarki, republik demokratis atau sosialis, satu faktor penentu dalam keberhasilan mencapai tujuan negara adalah, siapa pemimpinnya.
Juga tidak peduli apa sistem pemerintahan Rusia, apakah presidensial, parlementer, semipresidensial, komunis, atau demokrasi liberal, tetap saja keputusan perang ada di tangan pemilik tertinggi kekuasaan, Vladimir Putin.
Meskipun invasi ke Ukraina diputuskan bersama oleh Presiden Rusia dan Majelis Federasi (semacam MPR) serta didukung Dewan Federasi (semacam DPD) dan Duma Negara (DPR), namun tidak bisa disangkal, keputusan invasi Rusia lebih ditentukan oleh Vladimir Putin yang memiliki kekuasaan besar sebagai presiden. Tanpa perintah dan permintaan Putin, invasi ke Ukraina tidak akan terjadi. Tanpa Putin, konflik Rusia-Ukraina tidak akan pernah ada.
Apalagi Vladmir Vladmirovich Putin adalah presiden terlama dalam sejarah pemerintahan Rusia dan menjadi orang paling berkuasa di Rusia dalam 20 tahun terakhir. Putin menjadi presiden empat periode, yaitu 2000-2004, 2004-2008, 2012-2018 dan periode 2018-2024. Sedangkan pada kurun waktu 2008-2012, Putin menjadi perdana menteri ketika Dmitry Medvedev menjadi presiden.
Dua Wajah "Dewa Janus"
Sesungguhnya dalam setiap konflik politik yang menyangkut kekuasaan, setiap individu pemimpin, dalam hal ini Vladimir Putin, menampilkan dua wajah yang saling bertentangan. Dua wajah yang mukanya saling membelakangi itu menggambarkan dua watak manusia yang ambivalen ketika menyangkut kekuasaan.
Menurut guru besar dan ahli Sosiologi Politik Universitas Paris, Maurice Duverger, dalam buku "Sociologie Politique" (Sosiologi Politik), kekuasaan memiliki dua dimensi yang saling bertentangan, dan mengumpamakan kedua dimensi kekuasaan itu sebagai Dewa Janus yang bermuka dua.Â