Mohon tunggu...
Yayat R Cipasang
Yayat R Cipasang Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Penulis dan editor beberapa buku di antaranya Selebritas Ramai-Ramai Bidik Senayan (Madia Publisher, 2009), Ketika Hollywood Ngambek (Departemen Keuangan RI, 2011), Pers Amnesia: Mengapa Jawa Pos Berbohong & Mengapa SBY Nginggris (C&K Publisher, 2012), Max Sopacua: Separuh Jiwaku Pergi (C&K Pulisher, 2013), Sutan Bhatoegana Ngeri-ngeri Sedap Gebrak Senayan (C&K Pulisher, 2013), Sutarto Alimoeso Jenderal Semut Membangun Bulog yang Baru (Kreatif Media, 2014), Transformasi Yanti B. Sugarda: Ibu Polling Indonesia (Change, 2014) DPR Salah Gaul (Change, 2014), Biografi Inspiratif Pemilik Trusmi Group Muslim Muda Miliarder (Gramedia, 2015) dan Negeri Kecanduan Impor (C&K Publisher, 2016). | Email: kangyayat@gmail.com | Facebook: Yayat R Cipasang | Twitter: @YayatRCipasang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sutan Bhatoegana Sempat Ditolak Calon Mertua (4)

21 November 2016   18:00 Diperbarui: 21 November 2016   18:17 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

CERITA soal percintaan Sutan tidak kalah mengharu-birunya dengan kisah hidupnya.  Mulai dari kisahnya, cara mendapatkan serta konfliknya seperti dalam film India yang paling sering ditontonannya.

Diceritakan saat itu Sutan kuliah masih di tingkat satu ATN Yogyakarta, kos tak jauh dari kediaman Unung Rosyatie yang saat itu masih kelas tiga SMP. Seharusnya kelas satu SMA karena sempat tertinggal satu tahun ketika ‘diasingkan’ ke Tasikmalaya, Jawa Barat, untuk menghindari kejaran Sutan.

"Saya taruhan dengan teman-teman. Saya bilang insya Allah saya duluan dari kalian. Benar saya tunggu di sebuah gang tempat dia naik becak langganannya. Pas muncul saya kejar.  Dia ketakutan. Saya sebenarnya malu dilihatin banyak orang. Saya tangkap tangannya. Tukang becak saya usir dan tukang becak pun lari ketakutan," kenang Sutan.

Sutan mencoba menenangkan Unung agar bisa menjelaskan tentang siapa dirinya dan maksudnya. Unung tetap tidak mau dan meronta  tetapi Sutan terus memaksa. Karena merasa malu terus ditonton orang banyak akhirnya Unung berusaha tenang dan tidak berontak.

"Nung saya tetangga kamu. Saya cuma mau nganterin kamu sekolah saya ingin kenal kamu saja," bujuk Sutan.

Sutan sempat mengantarkan Unung hingga sekolahnya. Sebelum berpisah di gerbang sekolah, Sutan sempat meminta kesempatan untuk menjemputnya kembali. Sore harinya Unung sempat dijemput Sutan dan mampir makan bubur kacang ijo. Rupanya itu perjamuan terakhir karena esoknya Sutan tak bisa mendekati Unung lagi. Unung terus menghindar dan dia tidak suka dengan Sutan.

Sutan tidak putus asa. Unung lari, Sutan mengejar begitulah dalam setahun. Tidak putus asa dan berbagai upaya dilakukan. Sutan coba mendekati rumahnya dan imbalannya adalah diusir seperti anjing kudis. "Saya lakukan berkali-kali. Usiran serupa terjadi. Saya justru tambah penasaran kenapa diusir," kata Sutan.

Petaka cinta terjadi saat Unung yang sudah mulai jatuh hati dan penasaran dengan kenekatan Sutan diungsikan keluarga ke Indihiang, Tasikmalaya, Jawa Barat. Unung dipaksa pindah sekolah ke sebuah udik di Priangan Timur. "Saya hanya bisa mengirim surat dengan nama samaran agar tidak terendus keluarganya di Tasikmalaya," kenang Sutan.

Unung hanya satu tahun bertahan di Tasikmalaya. Ayahnya menyerah dan akhirnya kembali membawa Unung ke Yogyakarta agar jiwanya tidak terganggu. Namun kembalinya Unung ke Yogkarta bukan malah bertambah mudah Sutan untuk mendapatkan pujaan hatinya.

Ayah Unung tetap tidak memberi kesempatan Sutan untuk mendekat. Namun suatu waktu tiba-tiba Sutan mendapat kabar baik. Lewat Unung, Sutan diundang untuk bertandang ke rumahnya. Saat itu hatinya melonjak. Namun, lima menit kemudian akal sehatnya bertanya-tanya.

"Kenapa bisa tiba-tiba saya diundang? Apakah ini kabar baik atau kabar buruk? Apakah saya direstui?" batin Sutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun