Mohon tunggu...
Yayat R Cipasang
Yayat R Cipasang Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Penulis dan editor beberapa buku di antaranya Selebritas Ramai-Ramai Bidik Senayan (Madia Publisher, 2009), Ketika Hollywood Ngambek (Departemen Keuangan RI, 2011), Pers Amnesia: Mengapa Jawa Pos Berbohong & Mengapa SBY Nginggris (C&K Publisher, 2012), Max Sopacua: Separuh Jiwaku Pergi (C&K Pulisher, 2013), Sutan Bhatoegana Ngeri-ngeri Sedap Gebrak Senayan (C&K Pulisher, 2013), Sutarto Alimoeso Jenderal Semut Membangun Bulog yang Baru (Kreatif Media, 2014), Transformasi Yanti B. Sugarda: Ibu Polling Indonesia (Change, 2014) DPR Salah Gaul (Change, 2014), Biografi Inspiratif Pemilik Trusmi Group Muslim Muda Miliarder (Gramedia, 2015) dan Negeri Kecanduan Impor (C&K Publisher, 2016). | Email: kangyayat@gmail.com | Facebook: Yayat R Cipasang | Twitter: @YayatRCipasang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sutan Bhatoegana, Anak Kolong dengan Tujuh Nama (1)

26 Oktober 2016   18:34 Diperbarui: 26 Oktober 2016   18:41 1839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benar saja, kehidupan kembali menggeliat.  Awalnya hidup di asrama sumpek dan tanpa pintu, kecuali pintu masuk. Namun rupanya Kasdim Mayor Hutajulu sejak awal sudah memperhatikan keluarga Mahyudin Siregar. Dengan alasan Ayah banyak anaknya sang komandan kemudian menawarkan rumah dinasnya di luar kompleks untuk ditempati. Bak durian runtuh. Tidak hanya itu saja, mobil pun parkir di garasinya.

Pada zamannya mereka yang memiliki rumah dinas besar selain Komandan Kodim, Komandan Korem, Bupati juga Kasdim. Rumahnya besar berbentuk pangggung dan banyak kamarnya. Mayor Hutajulu ini tidak memiliki anak. Dia menempati rumah yang tidak terlalu besar.

Suatu saat Ayah dipinjami mobil tiga hari berikut sopirnya. Sutan dan keluarga pun rekreasi. Di perjalanan sopir berusaha untuk menembus lampu merah. Namun Ayah mengingatkannya. "Jangan, ikuti peraturan. Kita harus jadi contoh. Jangan mentang-mentang tentara," tegur ayah. Rupanya Ayah Sutan pencinta kehidupan yang tertib dan disiplin.

Masa sekolah dasar adalah saat-saat paling bahagia. Sutan sangat menikmati masa kecilnya di asrama. Apalagi menjelang akhir pekan sudah terbayang duduk paling belakang di Bioskop Horas atau Bioskop Tapanuli menonton film India. Inilah hiburan favoritnya. Ibu Siregar, istri Komandan Kodim Sidempuan sangat baik hati. Ia selalu memberikan jatah kelebihan karcisnya untuk keluarga Sutan. Komandan Kodim setiap pekan selalu mendapat jatah karcis gratis untuk keluarganya. Sutan selalu mendapatkan karcis itu.

Film India durasinya panjang dan pasti ada joget serta nyanyinya. Itu yang paling Sutan sukai. Film India juga tidak mempertontonkan adegan porno. Untuk adegan ciuman saja saat itu yang ditampilkan dua burung merpati. Apalagi buka-buka ‘barang’ seperti sekarang, tidak ada.

Aktor dan aktris India pun sangat akrab dalam ingatan Sutan seperti Rajaskana, Sami Kapoor, Sarmila Tagor, Sri Devi, Sunil Duth dan Amitha Bachan. Film Milan menjadi favoritnya dengan lagunya yang dikenal sampai sekarang Sawan Ka Mahina yang dinyanyikan Mukesh dan Lata.

Mukesh:

Hmmm..

Sawan ka mahina, pawan kare sor

Lata:

Sawan ka mahina, pawan kare sor

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun