Mohon tunggu...
Rahmat Hidayat
Rahmat Hidayat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penjaga Toko | Toko Rahmat Mandiri | Membaca | Menulis | Puisi | Sosial Budaya | Diari | Jeneponto | Sulawesi Selatan | Email : rahmatcembo@gmail.com | Blog : lentera-turatea.blogspot.com |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Transformasi Bendi, Transportasi Tradisional yang Hampir Punah

20 Januari 2025   17:30 Diperbarui: 20 Januari 2025   17:30 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
delman atau bendi sebagai kendaraan wisata di sekitar istana Bogor (KOMPAS.COM/ MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA)

Masihkah kalian kenal dengan bendi? Atau pernah merasakan sensasi menumpangi kendaraan bendi semasa dulu? Atau mungkin masih ada yang menggunakannya sampai saat ini?

Membahas tentang bendi kita semua pasti akan teringat dengan lagu "delman istimewa" yang menceritakan perjalanan sorang anak kecil bersama ayahnya saat ke kota, lagu yang kerap kita nyanyikan semasa kecil.

Dengan perkembangan teknologi dan mesin transportasi yag kian maju saat ini, keberadaan kendaraan tradisional seperti bendi menjadi semakin tergerus, jumlah bendi dan minat masyarakat yang mulai berkurang membuat bendi nyaris punah.

Bendi atau delman pertama kali dibuat pada ahun 1845 oleh Charles Theodore Deeleman, seorang insyinyur Belanda yang bekerja di Batavia. Oleh sebab itu kendaraan ini dikenal dengan nama delman meski di beberapa daerah dikenal dengan istilah yang lain seperti andong, bendi, dokar, nayor dan cidomo.

Bendi atau delman merupakan transportasi yang banyak digunakan masyarakat Indonesia jaman dulu, menjadi angkutan umum atau angkutan barang antar kampung hingga kecamatan.

Pada masa kolonial, bendi menjadi kendaraan yang terbatas yang hanya digunakan oleh kalangan tertentu saja seperti penguasa dan tokoh masyarakat. Memasuki masa kemerdekaan, bendi yan semakin polpuler kemudian bertransformasi menjadi kendaraan umum dan angkutan barang.

Sebagai generasi yang lahir pada tahun 90-an, pengalaman menggunakan transprtasi bendi sudah tidak masif. Saya mungkin hanya beberapa kali merasakan sensasi menumpangi bendi, itupun ketika masih usia anak-anak.

Saat masih duduk di bangku SD, di tempat saya bermukim, keberadaan bendi saat itu sudah tidak banyak. Hanya beberapa bendi yang sering hilir mudik sebagai pengangkut hasil pertanian, sementara untuk transportasi umum nyrais tak ada.

Transformasi bendi dari kendaraan umum dan pengangkut barang hingga menjadi kendaraan wisata bahkan mulai tak digunakan sangat dipengaruhi oleh kehadiran kendaraan bermotor yang bertenaga mesin.  

Tak bisa dipungkiiri jika eksistensi bendi perlahan akan hilang dan hanya menjadi catatan transportasi masa lampau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun