Mohon tunggu...
Rahmat Hidayat
Rahmat Hidayat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penjaga Toko | Toko Rahmat Mandiri | Membaca | Menulis | Puisi | Sosial Budaya | Diari | Jeneponto | Sulawesi Selatan | Email : rahmatcembo@gmail.com | Blog : lentera-turatea.blogspot.com |

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Tiga Jenis Bubur yang Enak dan Aku Suka, dan Pastinya Harus Diaduk

15 Oktober 2024   20:06 Diperbarui: 16 Oktober 2024   16:30 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: ResepMamiku.com / Pinterest

Bubur adalah makanan yang kerap kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari meski tidak menjadi makanan pokok. Saya sebenarnya tak paham betul perihal sejarah dan asal-usul mengapa makanan ini dinamai bubur, makanan ini saya kenal semenjak masih kecil sebab ibu sering kali membuatkan bubur untuk makanan selingan pada waktu-waktu tertentu. 

Pada dasarnya, saya bukanlah tipe yang sering makan bubur, apalagi jika harus dengan sengaja mengunjungi tempat-tempat yang menjajakan bubur, tetapi bukan berarti saya tidak menyukainya. Sedari dulu hingga kini, jika disuguhkan bubur, saya pasti akan memakannya sebab bubur terbilang dapat mengenyangkan. Beberapa jenis bubur yang pernah saya coba yakni, bubur beras biasa, bubur beras gula merah, bubur kacang hijau, bubur bassang bonnyok, dan bubur barobbo.

Dari beberapa yang saya sebutkan tadi, bubur kacang hijau, bassang bonnyok dan barobbo adalah bubur yang menurutku terbilang enak dan saya sukai. Seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya bahwa saya bukanlah orang yang sering makan bubur apa lagi bela-belain untuk mencarinya, tetapi ketiga bubur tersebut patut saya acungi jempol karena rasanya. Jika disediakan di depan saya saat ini, pasti akan habis saya lahap.

Pertama, bubur kacang hijau. Bubur  yang bahan dasarnya berasal dari jenis kacang ini sepertinya sudah cukup familiar di lidah masyarakat Indonesia, dengan campuran gula merah dan santan membuat bubur kacang hijau menjadi favorit dan memanjakan lidah yang mencicipinya. Di pinggir jalan-jalan kota Makassar banyak penjual bubur kacang hijau yang menjajakanya. Hal ini mengindikasikan bubur kacang hijau sudah menjadi bubur favorit orang banyak. Soal bahan-bahan yang lain dan cara buatnya saya kurang paham, hanya ketiga bahan itu yakni kacang hijau, gula merah dan santan saya tahu, selebihnya saya tidak mengetahuinya.

Kedua, bubur bassang bonnyok. Jika yang pertama bahan dasarnya berasal dai kacang, bassang bonnyok sendiri memiliki bahan dasar yang berasal dari jagung. Istilah bassang bonnyok merupakan istilah lokal yang berasal dari Makassar untuk bubur yang terbuat dari jagung ini. Di wilayah tempat saya tinggal saat ini yakni Jeneponto, sejak kecil bubur ini dinamakan bonnyok saja. Sementara di kota Makassar sering dinamakan bassang, namun jika kita menyebut bassang bonnyok pasti semua akan paham jika yang dimaksud adalah bubur dari jagung ini. 

Sepanjang yang saya ketahui, bahan dasar bassang bonnyok itu menggunakan jagung pulut atau jagung punu' bagi orang makassar menamainya. Bubur bassang yang sudah disajikan bisanya mengeluarkan aroma khas jagung, campurannya yakni santan dan juga ditaburi gula pasir saat disajikan. Meski dibuat dengan bahan jagung, bassang bonnyok sangat lembut saat disantap. Bubur ini sangat disarankan disantap dalam keadaan hangat, ini akan menambah cita rasa pada bassang bonnyok.

Ketiga, bubur barobbo. Sama dengan bubur yang kedua, barobbo berbahan dasar jagung untuk bisa membuatnya. Barobbo adalah bubur khas yang juga berasal dari makassar, dengan campuran yang lebih kompleks dibanding dengan bassang bonnyok yang terlihat lebih sederhana. Jika bubur bassang berbahan dasar jagung pulut, barobbo itu berbahan dasar jagug manis. Barobbo memiliki tampilan yang lebih menarik dengan beragam macam bahan yang turut menemaninya, seperti sayur kangkung, udang,ikan atau ayam, dan bumbu-bumbu penyedap tambahan lainnya. 

Itulah ketiga jenis bubur yang kerap saya jumpai di wilayah tempat saya bermukim selama ini, bubur dengan memanfaatkan aneka bahan lokal merupakan keunikan tersendiri. Saya meyakini bahwa di tempat lain, di daerah teman-teman pasti juga terdapat beragam jenis bubur yang menjadi ciri khas daerah masing-masing yang tentunya memiliki rasa yang bisa diandalkan. 

Saya hanyalah penikmat bubur yang sudah tersaji sebab tak punya bakat dalam hal masak-memasak, saya juga tak mau berdebat panjang lebar perihal aduk -mengaduk saat menyantap bubur. Sepanjang pengalaman hidup, selama saya menyantap bubur, pasti saya akan selalu mengaduknya terlebih dahulu. Semoga ulasan ini dapat membantu dan menambah wawasan bagi siapa saja yang membacanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun