Mohon tunggu...
Rahmat Hidayat
Rahmat Hidayat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penjaga Toko | Toko Rahmat Mandiri | Membaca | Menulis | Puisi | Sosial Budaya | Diari | Jeneponto | Sulawesi Selatan | Email : rahmatcembo@gmail.com | Blog : lentera-turatea.blogspot.com |

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Lihat Carry 90-an, Ingat Bapak

12 November 2024   20:01 Diperbarui: 13 November 2024   19:54 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: instagram/groupotomotif1990

Entah kenapa?  melihat mobil carry 90-an, pasti saya mengingat bapak

Suzuki Carry adalah mobil yang masih sering kita jumpai saat ini meski tak lagi menjadi mayoritas di jalanan setelah munculnya beragam jenis dan model yang terbaru. Sesekali kita akan mendapati Carry yang digunakan sebagai mobil angkot atau pete-pete dalam bahasa makassar, atau kadang juga sebagai mobil pengangkut barang dengan jenis pick up ataupun boks.

Berbicara tentang Suzuki Carry, menjadi sesuatu yang sangat berkesan bagi saya mengingat carry menjadi saksi perjalanan almarhum bapak semasa hidupnya. Seingat saya, dua mobil carry yang pernah dimiliki olehnya, yang pertama dengan model lampu yang masih bulat dan yang kedua yaitu jenis carry super. Saya tak tahu betul tahun berapa dan berapa lama ia menggunakan jenis yang pertama sebab saat itu usia saya masih kanak-kanak. Begitu pula dengan jenis yang kedua saya kurang tahu tahun berapa persisnya ia memilikinya tetapi mobil ini  dipakai hingga akhir hayatnya.

Carry super bapak terbilang bertahan cukup lama ia gunakan sebab saya masih mengingat betul ketika saya masih duduk di bangku sekolah dasar sudah menjadi kendaraan yang kerap digunakannya kemana-mana. Meski saat itu bapak juga memiliki motor jet cooled, tetapi ia lebih sering menggunakan carry supernya untuk berangkat ke tempatnya ia mengajar di SMA 1 Jeneponto.

Baca juga: Topang Rasa

Meski hanya berjarak sekitar lima kilometer dari tempat tinggal, bapak tampaknya lebih senang menggunakan cary supernya untuk pergi mengajar, entah karena alasan apa, itu saya kurang tahu. Sebagai seorang guru yang sering berangkat pagi ke sekolah, tak jarang ia mengangkut beberapa siswa yang kebetulan bersekolah di tempatnya mengajar, begitupun ketika tiba waktu pulang sekolah, ia sering pulang dengan beberapa siswa yang ada di kampung tempat kami tinggal.  

Dengan rumah panggung yang kami tinggali, bapak lebih memilih kolong rumah sebagai bagasi tempatnya ia menyimpan mobil. Memang rumah panggung menjadi keuntungan tersendiri bagi orang-orang yang memiliki mobil, tidak perlu lagi repot-repot membuat bagasi yang tentunya akan menghemat pengeluaran. Saya yang selepas pulang sekolah kerap bermain di bawah kolong rumah terkadang harus bubar ketika melihat mobil bapak sudah datang, selain karena akan ditempati parkir mobil, bapak juga kerap menyuruh kami tidur siang ketika ia sudah pulang.

Minibus Bapak Penuh Kenangan

Semenjak bapak wafat, mobil carry miliknya menjadi salah satu kenangan yang cukup berkesan buat kami bersaudara, terlebih buat ibu kami yang terkadang begitu sedih ketika meilhat mobil carry bapak setelah bertahun-tahu beliau tinggalkan. 

Suzuki carry tahun 90-an itu merupakan peninggalan bapak yang sempat kami pakai bertahun-tahun hingga akhirnya tak terurus lagi sebab sudah memilki banyak kendala. Tinggal terparkir membuat kondisinya semakin memprihatinkan. Beberapa kali mobil bapak ini mendapat penawaran oleh orang yang ingin membelinya, tetapi ada perasaan berat untuk melepas mobil yang penuh kenangan itu.

Meski tak pernah lagi digunakan, melihatnya saja akan membuat kami mengingat bapak yang telah lama berpulang. Tak ingin menjualnya seakan kami tak ingin melepas banyak kenangan, meski pun terkadang orang-orang menyayangkan mobil itu terparkir saja tanpa digunakan. 

Cukup lama kami bertahan untuk tidak menjual mobil bapak yang penuh kenangan itu. Hingga setelah ibu kami pun turut berpulang menyusul bapak, kami bersaudara akhirnya dengan ikhlas dan perasaan berat, merelakan mobil bapak untuk dipinang seseorang. 

Melepas mobil bapak bukan berarti melepas semua kenangannnya. Tak ada pilihan lain, biarlah mobil bapak terjual, tetapi kenangannya tak akan pernah hilang dalam ingatan kami. 

Hinggat saat ini, ketika melihat mobil carry yang melintas di jalanan, saya selalu saja mengingat kenangan bersama bapak dengan mobilnya. Melihat mobil carry, pasti ingat bapak.

Selamat Hari Ayah Nasional

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun