Mohon tunggu...
Ibnu Khayath Farisanu
Ibnu Khayath Farisanu Mohon Tunggu... Pengajar -

masih belajar - belum menjadi penulis produktif

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cara Belajar Sesungguhnya - Pelajaran Bulan Ramadhan

4 Juni 2016   14:06 Diperbarui: 4 Juni 2016   14:29 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Wayang Unyu Facebook Sticker

Bulan dimana umat muslim akan menjalankan kewajiban puasa sebulan penuh sebagai ibadah semata-mata pembuktian ketakwaan pada-NYA, sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran, "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa." ( QS.Al-Baqarah (2):183), hampir tiba. Marhaban ya Ramadhan!

Ramadhan adalah bulan yang dipilih Allah SWT untuk menurunkan kitab-kitab dan ajaran-ajaran-NYA. Dikutip dari Rahasia Pencinta Ramadhan, Watsilah bin al-Atsqa meriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau pernah bersabda:

Mushaf Ibrahim telah diturunkan pada malam pertama di bulan Ramadhan, kemudian Taurat diturunkan pada malam keenam bulan Ramadhan, Injil diturunkan pada malam ketiga belas bulan Ramadhan, Zabur diturunkan pada malam ke delapan belas bulan Ramadhan, sedangkan Al Quran diturunkan pada malam ke dua puluh empat bulan Ramadhan.

Yang istimewa adalah ajaran pertama Al Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah Al Alaq ayat 1-5 yang diawali dengan kata  yang berarti BACALAH. Ini disampaikan kepada Nabi Muhammad yang kala itu tidak tahu tulis-menulis dan baca-membaca namun Malaikat Jibril tetap memaksanya.

Ini menunjukkan bahwa membaca merupakan hal dasar dalam belajar. 151.825 artikel dalam Kompasiana pun telah menunjukkan pentingnya membaca. Ini pun disadari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan sehingga harus mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) No.23/2015 yang didalamnya mewajibkan pelajar membaca selain buku mata pelajaran selama 15 menit sebelum hari pembelajaran (setiap hari). 

Gambar : Wayang Unyu Facebook Sticker
Gambar : Wayang Unyu Facebook Sticker
Namun bukan hanya membaca yang menjadi dasar belajar. Hal lain yang selanjutnya harus disadari ketika belajar adalah kesediaan untuk menahan hawa nafsu. Ya ... menahan hawa nafsu sebagai hikmah dari puasa itu sendiri. 

Ketika seseorang ingin belajar harus mampu tahan godaan dari segala macam hawa nafsu. Di era modern saat ini, hawa nafsu itu datang dalam beragam bentuk, mulai dari menonton begitu banyak ragam tayangan menarik dari aneka media, bermain permainan elektronik, dan lain-lain. 

Bukan berarti tidak boleh menyalurkannya, tetapi sebagaimana puasa mengajarkan ada masanya untuk menyalurkan hawa nafsu tersebut, saat azan maghrib dikumandangkan. Terlepas dari apakah penyaluran tersebut "balas dendam" yang kerap dilakukan oleh orang, yang dimaksud di sini pada dasarnya hanyalah kesadaran diri untuk mengelola kapan harus ditahan dan kapan harus disalurkan.

Gambar : Wayang Unyu Facebook Sticker
Gambar : Wayang Unyu Facebook Sticker
Terakhir, jangan lupa untuk merayakan keberhasilan. Idul Fitri memberi hikmah, sebagaimana dikutip dari Hadi Mulyanto dalam artikel Makna dan Hikmah Idul Fitri,  sebagai hari raya dimana umat Islam untuk kembali berbuka atau makan; dan kembali kepada asal kejadiannya yang suci dan mengikuti petunjuk Islam yang benar. 

Merayakan suatu pencapaian akan membawa perubahan dalam hidup dan pencapaian akan tujuan. Meskipun belajar merupakan suatu proses seumur hidup namun akan selalu ada suatu pencapaian kecil sebagai prestasi hasil dari pembelajaran tersebut. Diolah dari artikel  6 Reasons Why You Should Celebrate Success mengungkapkan beberapa alasan perayaan pencapaian prestasi, yaitu:

  • Untuk belajar dan beradaptasi 

Memahami apa yang telah dijalankan akan menginspirasi dan mengulangi kembali di masa mendatang di lain pekerjaan dan tujuan. Intinya adalah bagaimana menjadi lebih baik. 

  • Untuk membangun pola pikir keberhasilan

Bagian besar dari suatu kesuksesan berada dalam pola pikir, ini berarti tentang bagaimana memiliki pola pikir sukses. Teknik seperti afirmasi (affirmations) dan visualisasi (visualisation) memegang peranan dalam pelaksanaan, namun merayakan kesuksesan adalah teknik untuk mempertajam dan memperkuat (cultivation) pola pikir sukses. Ketika diri sadar dan merayakan kesuksesan maka diri akan memulai cara pandang sebagai seseorang "yang telah sukses" daripada seseorang yang "berusaha menjadi sukses".

  • Untuk memotivasi

Motivasi juga sangat terkait dengan pola pikir -karena termotivasi oleh kesuksesan diri. Untuk itu memberikan diri banyak kesempatan menjadi sukses sebanyak yang bisa dilakukan.

  • Untuk merasakan kebahagiaan

Salah satu alasan merayakan kesuksesan karena itu cara sederhana merasakan kebahagiaan. Ini akan memicu perubahan dalam kehidupan karena diri selalu menginginkan menjadi lebih baik, lebih senang dan lebih bahagia.

  • Untuk menyalurkan kimia otak

Merasakan kebahagiaan akan memicu reaksi kimia dalam otak. Dopamin akan dilepaskan dalam otak dan akan terasa membahagiakan sehingga diri akan selalu ingin merasakannya seterusnya.

  • Untuk berbagi kesuksesan

Merayakan kesuksesan bukan hanya tentang diri sendiri melainkan memberikan kesempatan bagi orang lain untuk bergabung dan akan termotivasi mengikuti dan mencapai kesuksesan tersebut.

Gambar : Wayang Unyu Facebook Sticker
Gambar : Wayang Unyu Facebook Sticker
Dari tulisan di atas dapat disimpulkan begitu luar biasanya Ramadhan memberi pelajaran tentang CARA BELAJAR YANG SESUNGGUHNYA. Ini berawal dari MEMBACA yang harus disertai dengan KESEDIAAN MENAHAN HAWA NAFSU selama proses tersebut, dan pada akhirnya RAYAKAN KEBERHASILAN ketika suatu mencapai satu prestasi dari proses pembelajaran tersebut, meskipun itu hanya suatu pencapaian kecil dari perjalanan panjang proses belajar yang harus dilakukan seumur hidup, untuk menjadi lebih baik di masa mendatang.

Selamat Belajar selama Bulan Ramadhan 1437 H!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun