Ibu Sri Mulyati menjelaskan sejarah Saung Ranggon. Saung ini didirikan di abad ke 16 sebagai tempat persembunyian anak Pangeran Jayakarta dari kejaran pasukan Belanda. Saat ini Saung Ranggon digunakan untuk menyimpan keris benda pusaka dan tempat petilasan.
Bangunan ini terbuat dari kayu ulin, yang belum pernah diganti sejak bangunan ini berdiri. Saya memandang ke sekitar.Â
Atap bangunan berbentuk segitiga dan tinggi sekali. Kayu bangunan masih bagus tak terlihat lapuk dimakan rayap. Lantai bangunan dialasi karpet, ada tirai kain yang menjadi sekat.
Saung Ranggon banyak didatangi orang untuk berziarah dan berdoa. Tujuan doanya macam-macam, dari mulai minta naik jabatan sampai minta kesehatan. Saya juga sempat berdoa, untuk tujuan yang tentunya rahasia.
Yang menjadi tujuan pengunjung adalah sebuah kamar di dalam Saung Ranggon, tempat penyimpanan benda pusaka. Ketika masuk, saya merasa merinding.Â
Hal yang wajar kita alami ketika memasuki tempat yang dianggap keramat. Namun hanya merinding saja yang saya alami. Saya tidak merasakan hal-hal lain.
Saung Ranggon menjadi cagar budaya. Sayangnya biaya perawatan belum mendapat bantuan dari pemda setempat.Â
Keluarga pengelola merawat Saung Ranggon menggunakan uang sumbangan dari pengunjung yang datang. Semoga Pemda menaruh perhatian pada cagar budaya ini.
Taman Buaya Indonesia Jaya