Curug Cibeureum yang Mempesona
Kami berangkat dari lokasi camping jam 8 pagi pada 29 Januari setelah sarapan dan melakukan pemanasan ringan. Pemanasan ini penting untuk menghindari kram, mengingat kami akan menempuh 2 jam perjalanan jalan kaki. Ada pemandu yang mendampingi kami jadi aman dan nggak akan nyasar.
Karena jalannya jauh menembus hutan dan jalurnya turun serta menanjak, kesiapan fisik memang diperlukan. Jika fisik tak kuat lebih baik jangan memaksakan diri untuk ikut. Namun saya meyakinkan diri sendiri bahwa saya kuat menyambangi Curug Cibeureum. Selain karena penasaran dengan curug ini, tanggung juga sudah sampai ke lokasi camping tapi kok nggak ikut menjelajahi hutan sekalian.
Nyatanya memang jalur menuju Curug Cibeureum bukan jalur yang sulit dilalui karena jalur ini memang diibuat khusus untuk orang-orang yang ingin mengunjungi Curug. Tantangannya adalah berjalan kaki menyusuri jalur yang menanjak dan berbatu-batu itu cukup melelahkan. Apalagi batu-batu ini banyak dilapisi lumut karena suhu yang lembab, jadi licin.
Kaki harus ekstra menjejak. Kadang saya berpegangan pada pohon atau teman agar tak jatuh terpeleset. Kalau Anda ke sini, pakailah sepatu yang alasnya tidak licin dan pakai pakaian yang tertutup. Banyak lintah yang iseng menempel di kulit seperti yang dialami beberapa teman. Hutan yang kami lalui adalah hutan konservasi jadi satwa liar yang dilindungi banyak terdapat di sini. Namun hari ini, hanya lintah yang kami temui.
Ada 3 pos yang bisa menjadi tempat istirahat. Bisa untuk melepas lelah atau berfoto untuk keperluan konten. Pemandangan alam yang indah dengan pepohonan hijau yang rapat memang sayang jika tak diabadikan.
Setelah melewati beberapa sungai yang airnya bening, akhirnya kami sampai ke tujuan, air terjun Cibeureum. Suara air yang turun dengan deras terdengar kencang sekali. Saya takjub memandangi air terjun yang tinggi. Pegalnya kaki spontan hilang setelah melihat indahnya air terjun Cibeureum.
Air terjun Cibeureum tingginya sekitar 60 meter dan debit airnya besar. Nama Cibeureum ini diambil dari Bahasa Sunda yang terdiri dari dua kata, yaitu Ci yang berarti Air dan Beureum yang berarti Merah. Dinamakan Cibeureum karena ada sebuah fenomena alam yang terjadi pada suatu pagi, yaitu warna air terjun yang kemerahan karena disinari cahaya matahari.